Happy Reading 👋
***
Gadis yang kini akan segera menginjak usia tujuh belas tahun itu membawa langkah kakinya mendekati sang ibu yang tengah berkutat dengan alat dapurnya. Membuat sarapan dipagi hari, makanan sederhana yang menjadi candu dilidahnya.
Kecupan singkat Fisly berikan kepada sang ibu yang masih terfokus pada penggorengan.
"Pagi ibu. ""Pagi Fisly, ayo sarapan," langkah Adira sembari membawa masakannya yang sudah matang ke meja makan.
Sarapan pagi pun berlangsung. "Emang ya masakan ibu paling enak ga ada duanya deh." Pujian Fisly untuk masakan ibunya.
"Halah, bisa aja kamu Fisly," Ucap Adira sembari tersenyum geli.
Selesainya Fisly sarapan ia berpamitan untuk berangkat sekolah. "Ibu, Fisly berangkat dulu, ya?"
"Iya hati hati. Jangan kebut kebutan!" peringat Adira. Terlampau hapal dengan perilaku Fisly yang gemar membawa motornya dengan kecepatan diatas rata-rata.
"Siap!" Fisly menyalami kedua orang tuanya dan melangkah pergi meninggalkan Fery dan Adira yang diselimuti keheningan.
Adira," Tak disangka Fery memecahkan keheningan terlebih dahulu.
"Apa mas?"
Fery menatap Adira sekilas sebelum beranjak dari duduknya. "Hari ini aku pulang malem, nggak usah nungguin aku pulang."
"Lembur lagi ya mas?"
"Iya"
"Lembur apa main gila sama wanita itu?" Batin Adira.
°°°Waktu menunjukan pukul tujuh lebih lima puluh lima menit yang artinya, apel pagi yang selalu diwajibkan SMK Satya Persada tengah berlangsung.
"Fisly Widi Alkeira! Kamu telat lagi?! Sini!" teriakan itu berasal dari bu Widia guru kesiswaan SMK Satya Persada.
Fisly meringis mendengar teriakan maut bu Widia "Anjing ketahuan, perasaan tadi gue udah ngebut deh."
Fisly tersenyum semanis mungkin. "Eh bu Widia
Selamat pagi bu, cantik banget pagi ini. Kayak pangling nih saya.""Apa puji-puji saya? Nggak mempan dan nggak akan lepas kamu dari hukuman."
"Bentar bu, jagan gegabah gitu lah. Kan, saya masih kurang lima menit dari jam pembelajaran," Fisly mencoba menawar agar Bu Widia mengurung niat memberi hukuman.
"Tetep aja telat apel," Bu Widia terus mengomel. Bahkan diluar tema. Semua unek unek Bu Widian tentang Fisly dikeluarkan membuat Fisky mengorek telinganya menggunakan jari kelingking.
Ditengah-tengah Bu Widia mengeluarkan unek-uneknya seorang siswa dengan baju yang dikeluarkan dan dua kancing atas terbuka berjalan melewati Fisly dan Bu Widia dengan santai. Siswa itu dikenal sebagai urakannya SMK Satya Persada.
"Alan Riski! Kamu juga telat lagi?! Sini kamu!"
Tanpa banyak bantahab, Alan langsung menempatkan dirinya disamping Fisky. Lalu sedikit memiringkan tubuhnya. "Lo telat lagi, Fis?"
Fisly yang tadinya sedang mengamati lelaki itu pun tersenyum kikuk. "E-eh iya". Alan terssnyum kecil mendengar jawaban gugup dari Fisly.
"Anjir malu banget. Kenapa ni mulut kaku banget sih. Kan udah biasanya ketemu, ayolah Fisly jangan gini."
"Ayolah bu, mau masuk kelas ini ada praktik lab kalo satu murid nggak ada, praktiknya ga akan dimulai dan kelas Fisly kan ada persentasi hari ini, kasian kalo dia nggak ikut." Alan mencoba merayu Bu Widia dengan Fisly sebagai tameng. Lagian, dia juga malas kalau harus dihukum.
Bu Widia menghela nafasnya." Baiklah hari ini kalian ibu bebaskan, tapi awas besok kalau kalian telat lagi jangan harap ibu ada belas kasihan!."
"Iya bu Widia cantik, jangan kebanyakan marah-marah, nanti darah tinggi," ucap Fisly dengan manis.
"Fisly!"
"Becanda, Bu," Fisly tertawa kencang. Merasa senang saat amarah Bu Widia dapat dipancing dengan mudah.
"Ya udah bu kita masuk kelas dulu ya, makasih ibu guru cantik." Alan menarik lengan Fisly.
"Makasih ya, Lan. Udah bantuin gue dari Bu Widi yang kayak maung itu."
"Iya, lain kali jangan telat lagi. Mau jadi duta telat?" Alan tertawa seraya mengacak acak rambut Fisly.
"Ih Alan, jangan digituin, jadi berantakan tau nggak!" Mencibik kesal. "Lo nggak lupa kan? Lo itu duta telat."
"Telat gua beda, Fisly"
"Mana ada telat yang beda,"
"Ada Fisly, nih gue."
"Ye dasar Alanjing."
Setelah mengucapkan itu, Fisly langsung berlari kecil menuju kelasnya. Meninggalkan Alan yang tengah tertawa kecil karena tingkahnya.
"Ciee uhuy ada yang berbunga bunga nih merkah amat tuh senyum neng," Sambutan Juliya sahabat Fisly menggoda dengan nada gelinya.
"Apasih lo, enggak ya biasa gini."
Juliya tersenyum menggoda kearah Fisly. "Coba gua tebak, pasti lo tadi telat bareng Alan lagi yaa? Cieelah pantesan tuh muka bercahaya banget kayak lampu lima puluh watt."
Fisly memutar bola matanya malas. "Enggak ya Jujul apasih gajelas lo! Lagian gue sama Alan cuma temen biasa, kebetulan aja telatnya bareng" ketus Fisly.
"Inget Jul cuma teman ini tuh gak lebih ya,"
"Dengerin bro, gak ada ya cowok cewek murni temenan pasti ada salah satu yang suka, dan itu, lo Fisly."
Setelah Juliya selesai dengan dialognya,sebuah buku langsung menghantam wajah cantiknya.
"Terserah lo Jul! Tuh kerjain tugas lo belum selesai!"
"Anjing sakit inii cok!,"
"Eh mana gua nyontek punya lu deh, sulit ini otak gua nggak sampe." ucap Juliya dengan tawa modusnya.
"Dasar anak monyet".
KAMU SEDANG MEMBACA
What about me?
Teen FictionFisly yang hidup bersama dengan rasa sakit yang pernah ayahnya berikan.