11

8 1 0
                                    

Happy Reading 👋

***

"Fis,"

Fisly mengangkat kepala menghadap sesorang yang memanggil namanya, menampilkan wajah yang begitu kacau rambut yang selalu terlihat rapi kini tampak kusut dan berantakan, matanya sembab karena terlalu banyak air mata yang dikeluarkan sedari tadi

"Udah jangan nangis terus, nanti tante Adira ikut sedih." Sungguh Darren ikut prihatin atas kesialan yang menimpa Fisly hari ini.

"Lo mana tau rasanya diposisi gue Der." Celetuk Fisly begitu saja, pikiran gadis itu sangat kacau melihat Ibu nya terbaring lemah tanpa kesadaran. Fisly takut jika harus kehilangan Adira sekarang, ia tak sanggup jika harus menghadapi kehidupan yang begitu kejam ini sendirian. Bagi Fisly Adira adalah dunia nya, jika dunia itu runtuh ia harus bagaimana? Kehilangan arah atau bahkan separuh jiwa nya ikut lenyap.

Darren menghela napas, ia memahami keadaan Fisly yang sedang tidak baik-baik saja. Bagaimanapun sikap gadis itu, Darren akan berusaha untuk tetap berada disampingnya.

Lelaki itu mengusap kepala Fisly sembari tersenyum manis. "Gue keluar sebentar ya?"

"Lo marah?"

"Siapa? Gue? Enggak lah, mana bisa gue marah sama cewek cantik satu ini. Gue mau beli makan, dari tadi kita belum makan."

Fisly mengangguk tersenyum mendengar jawaban Darren, syukurlah lelaki itu tak marah dengan perkataan Fisly. Darren segera melangkah keluar meninggalkan Fisly yang masih termenung disebelah brankar Adira. Sebenarnya berat jika harus meninggalkan gadis itu sendiri, namun ia harus membeli sesuatu untuk Fisly konsumsi agar gadis itu tidak jatuh sakit.

°°

"Tolong kamu cek pasien kamar nomor enam puluh dua, saya khawatir dengan kondisinya."

"Baik dok."

"Hati-hati kalau mau benerin selang infus, tanganya penuh luka dan lebam."

"Pasien itu sakit apa dok?"

"Dia habis mengalami kecelakaan, namun anehnya kenapa banyak luka pukulan disekujur tubuhnya. Benturan keras berulang kali dikepala membuat pasien mengalami koma, jadi kita harus sering cek keadaanya."

Miris sekali batin perawat tersebut. "Baik dok, saya cek sekarang."

Suara ketukan pintu kaca itu terdengar ditelinga Fisly, namun ia enggan untuk mengalihkan tatapanya dari sang Ibu. Tak berselang lama pintu terbuka menampilkan sosok perawat muda, sepertinya ia seumuran dengan Fisly.

"Permisi, saya disuru doker Vidi buat cek keadaan pasien." Ucap perawat cantik sembari memeriksa selang infus Adira. Fisly yang mendengar pernyataan itu pun terbangun untuk menyingkir sejenak agar pemeriksaan Ibunya berjalan lancar.

Sang perawat memperhatikan Fisly, seperti tidak asing baginya. Gadis yang masih mengenakan seragam sekolah dengan penampilan sedikit kacau itu berhasil membuat sang perawat tercengang.

"Fisy?!"

Fisly menoleh mendengar panggilan itu, bagaimana bisa perawatan itu memanggilnya dengan panggilan kecil yang sering diucapkan oleh seseorang yang begitu sepesial bagi Fisly.

What about me? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang