13

21 1 0
                                    

Happy Reading

***

"Dari mana saja kamu?"

Langkahnya terhenti ketika suara penuh penekanan itu memasuki telinga. Fisly menoleh ke belakang menampilkan seorang pria yang terlihat urakan dengan mata memerah dan bau alkohol.

"A-ayah."

Fery membawa tubuhnya untuk mendekati Fisly, ia sengaja menyentuhkan ujung rokok yang panas itu ke leher Fisly sehingga kulit putih itu menjadi perih dan memerah. Fisly memejamkan mata untuk menahan sakit. Tangannya kini beralih mencengkram lengan Fisly, gadis itu meringis menahan sakitnya cengkeraman dari sang ayah.

"Habis jual diri sama ponakkan Linda?!" suara keras bak sambaran petir itu memasuki indra pendengar Fisly, apa dirinya serendah itu dimata sang Ayah?

"Seburuk itu aku dimata  Ayah?"

"Iya! Kamu dan Ibumu itu sama-sama wanita murahan! Sekarang Ibumu jual diri dimana sampai dia lupa pulang?"

Kepala Fisly yang semula tertunduk kini mulai terangkat sembari tertawa hambar setelah mendengar pernyataan Fery.

"Jual diri? Lucu ya Ayah! Dasar pria brengsek!"

PLAKK

Wajah Fisly kesamping usai tamparan yang dilayangkan sang Ayah. "Jangan kurang ajar kamu!"

Sembari memegangi pipinya yang terasa panas gadis itu tersenyum semirik menatap ayahnya.

"Emang Ayah brengsek kan! Ibu lagi dirumah sakit yah! Ibu kayak gitu juga karna Ayah! Tanpa rasa bersalah dibelakang ayah malah seneng-seneng selingkuh! Dan sekarang ngatain Ibu murahan? Apa namanya kalo bukan brengsek!" ucap Fisly dengan nada yang tak kalah tinggi.

Usai mendengar penuturan itu, tangan Fery terulur menjambak rambut Fisly. Sakit, itu yang dirasakan Fisly. Jika dimata anak perempuan lainya seorang Ayah adalah superhero, namun bagi Fisly kini Ayahnya adalah seorang monster yang menakutkan.

"A-ayah lepasin, s-sakit.."

"Sakit? Ini balesan buat anak sialan sepertimu!"

"Ampun Ayah."

Suara benturan terdengar, kepala Fisly saat ini terasa ingin pecah, penglihatanya mulai mengabur. Tubuh gadis itu meluruh bersama rasa sakit yang ia rasakan, ia sangat berharap lebih baik sekarang pingsan saja daripada harus merasakan sakit namun harapan itu sia-sia kesadaran masih memihak Fisly. Matanya terpejam menahan rasa sakit, darah kental mulai mengalir dari hidung Fisly menetesi baju yang dikenakan.

Fisly meringkuk menangis bersama dinginya lantai, sang ayah yang melihatnya hanya tersenyum puas lalu melangkah pergi begitu saja tak perduli akan kondisi putrinya.

Ayah, dibanyak cerita yang aku dengar dan dibanyak film yang aku tonton, anak perempuan akan menyandarkan kepalanya pada bahu tegas milik ayahnya, membiarkan air mata membasahi baju ayahnya. Tapi, kenapa bahumu itu terlalu jauh untuk bersandar?

Apa harus Fisly menyerah untuk mendapatkan cinta dari sang Ayah? Lantas bagaimana dengan Ibu yang selalu mengingatkan untuk menyayangi Ayah bagaimanapun sikapnya kepadaku.

Tidak, Fisly harus menyudahi kesedihanya ia harus segera meninggalkan tempat ini takut jika Fery akan kembali menyiksanya. Dengan kepala yang masih terasa sakit, Fisly memaksakan tubuhnya untuk bangkit dan segera melangkah menuju kamar agar ia dapat beristirahat berharap sakitnya akan sembuh besok.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

What about me? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang