05

24 4 0
                                    

Happy Reading 👋

***

Suara pintu terbuka itu samar-samar Fisly dengar, ternyata itu Adira. Sudut bibirnya yang terluka menampilkan senyum manis melihat Ibunya tengah melangkah memasuki kamar, yang sedari tadi gadis itu harapkan kehadiranya. Fisly merasa lega melihat wanita itu baik-baik saja tidak ada luka seperti dirinya.

Adira yang melihat keadaan putrinya itu menangis sembari memberi pelukan. "Fisly, maafin Ibu sayang, Ibu nggak becus jagain kamu, maaf.."

"Gapapa. Yang penting, Ibu baik-baik aja."

Adira mengecup dalam kening Fisly. Ia merasakan rasa sakit yang menimpa putrinya, menyalahkan diri karena gagal melindungi Fisly dari amarah suaminya.

Pelukan hangat itu berlangsung cukup lama, sesampainya Adira menyadari tak ada respon lagi dari putrinya. Ia melepaskan peluk itu perlahan, pertama kali yang ia lihat yaitu Fisly dengan mata yang terpejam dan tubuhnya yang sudah melemas.

Adira menepuk pelan pipi Fisly, berharap akan kesadaran putrinya. "Fisly? Bangun sayang, Fisly!" namun nihil, mata sayu itu masih terpejam dengan tenang.

Adira memekik panik, harus kepada siapa ia meminta pertolongan. Fery? Mana mungkin suaminya yang tengah tertidur itu akan membantunya, jika pun ia mencoba membangunkan pasti bisa berujung keributan. Hingga tak sengaja Adira menoleh arah jendela balkon menampakan seorang lelaki yang tengah bersantai dengan sebatang rokok ditanganya. Adira pun langsung berlari ke arah balkon.

"Mas! Tolong bantu bawa anak saya ke rumah sakit." Nada bicara bergetar karna kepanikanya.

Lelaki itu terkejut mendengar ucapan Adira, detak jantungnya memacu kencang, ia langsung beranjak dari tempat duduknya.

"Iya tan, saya kesitu sekarang. Saya ambil jaket sama kunci mobil dulu."

"Terimakasih. Saya tunggu disini."

Fis, lo kenapa. Bertahan, gue mohon.

Lelaki itu sudah berada dikamar Fisly, melihat dengan jelas banyaknya luka ditubuh gadis itu, seakan ikut merasakan sakitnya. Ia menggendong tubuh Fisly dan memasukanya ke dalam mobil. Saat diperjalanan menuju rumah sakit, terlihat dari kaca spion menampilkan seorang Ibu yang tengah menangis mengkhawatirkan putrinya.

Sesampainya mereka dirumah sakit, lelaki itu langsung membawa Fisly menuju ruang yang bertulis ICU. Membaringkan tubuh gadis itu dengan perlahan lalu melangkah keluar sembari merangkul lengan Adira. Membiarkan dokter menanganinya.

Adira terduduk lemas dengan air mata yang tidak berhenti turun membasahi pipi. Memikirkan bagaimana keadaan putrinya dengan rasa bersalah yang begitu besar. Aku bodoh, aku gagal melindungi Fisly. Tuhan berikan keselamatan pada putriku.

"Tante, minum dulu." ucap lelaki itu dengan menjulurkan sebotol air mineral.

Adira meneguk air itu, semoga dengan minum pikiran kacaunya sedikit mereda.

"Makasih mas, sudah bantuin bawa anak saya kesini." Ucapan terimakasih Adira dibalas anggukan seraya senyum manis.

Setelah beberapa jam mereka menunggu, akhirnya pintu ruangan bernuansa putih itu terbuka menampilkan seseorang yang bergelar dokter.

What about me? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang