03

30 4 0
                                    

Happy Reading 👋

***

"Lama banget lo bangunnya, emang nggak mau pulang?" Suara Alan terdengar sayup-sayup ditelinganya. Fisly pun mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya sekitar. Ruangan bernuansa putih dengan khas aroma obat-obatan, ternyata ia berada di UKS sekolah.

Alan kembali melempar pertanyaan. "Heh! Jangan kesurupan."

Dengan sedikit kesusahan, Fisly bangkit dari tidurnya. "Kok lo disini?"

"Tadi gue nggak enak badan jadi tidur di uks, eh tiba-tiba ada lo." Fisly mengangguk mengerti penjelasan Alan.

"Cari temen lo?" tanya Alan melihat Fisly yang sepertinya sedang mencari keberadaan seseorang.

"Iya, Juliya mana ya? Gue mau minta tolong anterin ambil motor dibengkel."

"Dia udah pulang, katanya sih saudaranya ada yang meninggal."

Fisly tersenyum masam. Tega banget lo Jul titipin gue sama si Alan.

"Balik sama gue." putus Alan melihat keadaan Fisly yang tak mungkin ia biarkan pulang sendirian.

"Gak usah, nanti ngrepotin lo lagi. Gue bisa pesen grab aja."

Alan terkekeh mendengar ucapan Fisly. "Kan emang lo sukanya repotin gue." goda Alan membuat Fisly menunjukan raut muka bersalahnya.

"Sorii Lan."

"Eh enggak, gue becanda Fis. Serius amat lo."

"Dasar Alanjing."

"Yaudah ayo pulang, apa lo mau nginep sini aja?" Ajak Alan sembari menuntun Fisly turun dari brankar.

Parkiran sekolah kini terlihat sepi, hanya tersisa beberapa motor yaitu milik Alan dan para siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler saja.

"Lo mau anterin gue sampai rumah?" tanya Fisly, ia takut merepotkan lelaki itu.

"Iya lah, emang lo mau gue turunin dilampu merah Fis?"

"Gapapa kalo lo tega Lan."

Alan terkikik geli mendengar jawaban pasrah Fisly. "Enggak lah, buruan naik."

Jalanan menuju rumah Fisly hari ini tidak terlalu macet dan ramai seperti biasanya. Angin menerbangkan rambut Fisly yang tak tertutup helm, Fisly menikmati perjalanannya dengan sedikit rasa senang. Entah kapan terakhir ia menikmati rasa setenang ini.

Namun tak berselang lama tiba-tiba kepala Fisly kembali berdenyut, penglihatan Fisly berkunang-kunang, beberapa kali ia memejamkan mata dan kembali membukanya untuk menjernihkan penglihatanya. Namun nyatanya nihil, rasa sakit itu malah semakin bertambah.

Tubuh Fisly serasa lemas, tanpa sengaja ia menyenderkan kepalanya dibahu Alan dan melingkarkan tangan dipinggangnya.
Alan yang merasakan perbuatan Fisly pun sedikit khawatir. "Fis? Kenapa?"

"Gapapa Lan gue ngantuk." Bohong Fisly menutupi rasa sakitnya.

Setelah beberapa menit menjalankan motornya, kini mereka sudah sampai didepan gerbang rumah Fisly. "Sampai Fis."

"Kok lo tau rumah gue?" Fisly heran karena dijalan Alan tidak bertanya arah rumahnya sama sekali.

"Tau lah, pake indra feeling. Dan benerkan? Hebatnya gue." bangga Alan, sembari terkekeh melihat ekspresi Fisly.

"Dih, ga jelas lo."

Fisly akhirnya turun dari motor dengan perlahan, pusing dikepala Fisly membuat ia sedikit oleng jika tidak berpegangan pada bahu Alan.

What about me? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang