Chapter 29. Rahasia (2)

411 56 13
                                    

(Warning 18+! Harsh Word!)

Freya berlutut dengan nafasnya yang terengah-engah karena kelelahan mengejar angkot dimana Fiony berusaha kabur. Azizi ikut berhenti berlari karena tahu jika usahanya akan sia-sia. Alasan ia ikut mengejar Fiony ialah merasa menyesal telah berbicara tidak sopan serta menyakitinya. Niatnya, hari ini ingin mengunjungi kediaman Freya lalu membahas masalah di rumah sakit yang belum selesai. Tetapi, ia baru sadar jika ternyata mantan tercintanya itu tinggal bersama dengan kawan karibnya. Emosi merajai pikirannya, ia sangat kesal hingga tidak mempedulikan ucapannya.

Freya berdiri tegap lalu mendorong perlahan tubuh Azizi yang mulai tak seimbang sehingga hampir terjatuh di pinggir jalan.

"Gila lu ya. Kalau sampe Fiony kenapa-napa, gue gak akan pernah maafin lu, Zee.", Seru Freya dengan tenaganya yang masih penuh jika sekadar mengumpat dan mengolok-olok Azizi.

Azizi mengusap-usap wajahnya dengan kasar, "Aneh. Fiony selalu pilih gue."

"Lu tolol kalo di pukul kayanya bakal tetep tolol deh. Sadar, Zee. Sadar! Keadaan udah gak sama lagi. Berubah! Lo nyakitin orang lain terus!"

Azizi menarik nafas kuat-kuat ketika Freya berteriak kepadanya. Selama ini ia selalu denial dan berpikir jika kisah cintanya akan baik-baik saja meskipun sikapnya yang bejat dan tidak tau diri. Selama hampir tiga tahun ini, tanpa Fiony ia merasa sangat kosong. Di hari dimana ia meninggalkan gadis cantik dengan tanda lahir yang khas di sekitar matanya tersebut, ia berpikir bahwa Fiony akan kembali lagi kepadanya. Ia pikir Fiony hanya menunggunya datang lagi dan meminta maaf.

Tapi, semuanya tidak seperti yang ia bayangkan. Fiony, wanita pertama yang membuatnya jatuh cinta itu terlalu sering disakiti olehnya. Ia pikir Fiony akan memaafkannya seperti biasa.

"Jauh-jauh dari kehidupan gue."

Kata Freya yang langsung meninggalkan Azizi dan beralih pergi kembali ke apart-nya untuk mengambil ponsel dan jaket karena hari sudah mulai malam. Dingin pasti akan mengganggu jika mencari keberadaan Fiony di waktu yang seperti ini.

Ketika Freya sedang mencari jaket di lemari kamar, ia melihat kabinet yang menyimpan data-data penting miliknya terbuka. Terdapat foto yang tergeletak di atas album kenangan semasa ia masih bersekolah. Foto itu adalah foto lama ia bersama gengnya. Disana terlihat ada dirinya, Azizi, Adel, Ashel dan seorang perempuan berambut pendek tipis agak ikal yang bernama Christy.

Freya memundurkan kaki selangkah saat melihat gambar itu berantakan di bawah ranjang tidurnya. Fiony pasti mengetahui semuanya. Tanpa pikir panjang lagi, ia melesat menuju lift untuk turun dan mencari keberadaan Fiony lagi. Teleponnya tidak di angkat dan ia tidak bisa melacak lewat cara apapun. Sangat menguras tenaga hingga membuatnya sedikit putus asa.

Satu-satunya yang ia pikirkan sekarang adalah pemberhentian terakhir angkutan umum tersebut, yakni dekat dengan taman kota. Freya memarkirkan mobilnya di sebuah minimarket dekat taman kota yang setelah itu berlari mengelilingi taman sambil berharap ada sosok yang ia kenal berada disana.

Di bangku tengah taman, lampunya yang redup dengan suara angin malam yang mendengungkan telinga, seorang perempuan dengan rambut panjangnya tergerai sedang memeluk tas kecil miliknya sambil memejamkan mata. Ia menangis tersedu-sedu. Sepinya sekitar membuat tangisan itu nampak puas untuk dikeluarkan. Freya menghampiri sosok itu dengan perlahan, lalu melepaskan jaketnya dan memasangkannya ke tubuh ringkih perempuan tersebut.

Fiony membuka kedua matanya yang menjadi tampak merah dan sembab. Kilauan matanya menghilang. Wajahnya nampak muram dipenuhi oleh kesedihan. Ia menatap Freya dengan sejuta pertanyaan yang melayang di otaknya.

FREYANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang