(Warning Harsh Word!)
Bunga Bougenville atau biasa dikenal sebagai bunga kertas, kini mekar sempurna di pekarangan rumah sakit. Setiap mendekati bulan mei, bunga itu selalu menghiasi pagar yang mengelilingi rumah sakit. Tidak terasa sudah hampir dua bulan Freya bekerja di tempat yang penuh dengan pasien itu tanpa ada kehadiran Fiony. Ia hanya menyadarinya lewat bunga kertas yang mulai berubah warnanya menjadi lebih terang. Biasanya, ia akan merayakan pesta kecil-kecilan bersama Fiony karena bulan itu memiliki makna yang sangat berarti baginya. Bulan mei adalah bulan jadian mereka. Freya selalu suka dengan keindahan bunga yang ikut merayakan kebahagiaannya. Tetapi, sekarang ia tidak merasa bahagia.
Bunga kertas berwarna merah jambu itu terlihat abu-abu di matanya.
Sekilas, kenangan dialog serta bayangan seorang gadis berkulit putih dengan rambutnya yang hitam legam itu menari-nari di depan pintu masuk rumah sakit.
Betapa manisnya senyum Fiony di ingatan Freya. Freya sangat merindukan Fiony. Setiap hari ia selalu menunggu pintu masuk itu kedatangan gadis yang dicintainya. Sayang sekali. Fiony tak pernah datang.
Freya selalu membayangkan betapa menyenangkannya hari-hari bersama perempuan dengan tanda lahir khas di matanya tersebut. Menggoda Fiony setiap jam istirahat, memandang Fiony dari ruang periksa, bahkan paling tidak ia melihat sosok gadis itu minimal 3 kali dalam sehari.
Sungguh, ia berharap awan mendung selalu hadir setiap kali ia merindukan Fiony. Pemandangan yang sekarang Freya lihat terasa begitu menyesakkan dada. Dengan hujan, ia akan merasa lebih baik karena akhirnya ia melihat jikalau bunga kertas pun ikut menangis menyadari keadaannya. Setiap melamun menatap sekelilingnya, ia berpikir apakah ini balasan dari apa yang telah ia perbuat? Mengapa cinta yang ia harapkan menjadi sesakit ini? Atau pemikiran soal, "Apakah sebenarnya aku tidak layak untuknya?"
"Lo bener. Gue bodoh soal cinta"
Seseorang tiba-tiba menggoyahkan lamunan dari perempuan berkacamata itu. Freya menoleh mendapati Azizi yang sedang berdiri disampingnya sambil melipat tangannya.
"Lo kelihatan kehilangan banget ya. Padahal lo bukan orang pertama yang dicintai dia.", ujar Azizi tanpa ekspresi.
Freya tidak hanya menoleh, namun ia lekat-lekat menatap sosok yang lebih tinggi darinya tersebut, "Berisik lu anjing."
Pukulan mendarat di pipi Azizi dari seorang dokter residen yang baru saja bekerja selama hampir tiga tahun di rumah sakit tersebut. Perempuan dengan badannya sedikit goyang akibat pukulan yang lumayan sakit itu menghadap Freya dengan tatapan yang mengintimidasi.
"Yang kehilangan bukan lo doang. Berani-beraninya lo mukul gua hanya karena amarah lo yang jelek itu."
Freya mengerutkan dahinya bersikeras, "Kalo lo pengen ngehancurin hidup gue, bunuh gue langsung, Zee! Harusnya lo gak usah baik sama gue pas pertama kali kita ketemu."
Azizi yang awalnya bersikap tenang, kini seolah terpancing dengan kalimat akhir yang Freya lontarkan.
"Tarik kata-kata lo, njing. Ini gaada hubungannya sama persahabatan kita.", ketus Azizi dengan muka marah.
Kondisi mereka mulai menarik perhatian sekitar. Kata-kata yang tak pantas itu meluncur dan membuat yang mendengar merasa penasaran. Namun, sepertinya dua insan yang masih saling bertatapan itu sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Mereka saling tersinggung satu sama lain akibat permainan kata yang tak pernah selesai dengan kepala dingin.
"Sahabat? Sahabat macam apa kayak gini? Pfft. Jadiin cewe bergilir tuh sahabat? Kayanya lo--"
Azizi menarik kerah Freya, "Lisan lo dijaga ya Freyanashifa. Sebelum gue hancurin kehidupan serta masa depan lo sampe habis tak tersisa."
![](https://img.wattpad.com/cover/331576532-288-k322973.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FREYANA
FanficPrimrose Violet favoritku, Freyana. . . . TAMAT ((Prequel Unlocked = PIYO))