Warning! Harsh Word!
Pukul 15.45 sore hari.
Oniel sedang bermain ponsel di sebuah coffeshop, begitu sibuk hingga wajahnya menampakkan semburat senyum yang lewat setiap menitnya.
Indah datang membawa pesanan mereka dengan raut muka yang spontan berubah cemberut melihat Oniel yang tengah keasyikan bermain ponsel. Dua cup es kopi yang baru saja di bawanya tersebut sudah berkeringat embun karena tak ada yang menyentuhnya setelah beberapa menit ke depan.
Akhirnya, Indah berdehem untuk mencoba menarik perhatian pria dengan jas biru tua didepannya.
"Es kopinya pahit ya?", kata Indah dengan tatapan lumayan tegas.
Oniel menoleh kemudian memperhatikan es kopi yang masih penuh di dalam cup, "Perasaan belum kamu minum."
"Oh, iya kah?"
Ketus Indah yang langsung mengambil cup es kopi miliknya kemudian menyeruputnya sambil memalingkan wajah. Melihat pemandangan itu, Oniel baru sadar bahwa ia mengabaikan seorang wanita cantik yang menginginkan perhatiannya di sore hari ini. Senyum kembali mencuat dari bibirnya sembari ia mengambil tisu di atas meja dan menyodorkannya kepada Indah.
Oniel menatap Indah seksama, "Maaf, saya keasyikan stalk akun Instagram kamu"
Sontak Indah langsung terbatuk-batuk setelah mendengar penjelasan dari Oniel. Panik, Oniel berdiri lalu mengambil alih es kopi yang di genggam perempuan dengan berambut panjang yang bergelombang ini dan kembali memberikan tisu yang masih ia pegang tadi. Indah berusaha menenangkan diri dan menerima sodoran tisu tersebut sambil tersenyum kikuk serta tak lupa mengucapkan terimakasih kepada Oniel.
"Kamu baik-baik aja?"
Indah mengangguk, "Agak kaget. Kenapa tiba-tiba penasaran sama akun sosial media saya?"
Oniel menghela nafas setelah Indah sudah nampak lebih tenang dari sebelumnya. Meskipun sedikit terbatuk-batuk karena kerongkongannya yang masih terasa sakit akibat tersedak.
Oniel memanyunkan bibirnya, "Saya suka lihat postingan kamu. Bikin kamu gak nyaman ya?."
Kali ini Indah tidak berani menatap Oniel. Ia memalingkan wajahnya dengan pikiran yang lari entah kemana. Akun Instagram-nya kebetulan masih terdapat komentar-komentar dari teman lamanya yang beberapa masih mention nama seseorang yang Indah tidak ingin memberitahu Oniel untuk sekarang ini. Ya, mantannya. Kejadian sebulan sebelumnya membuatnya takut jika Oniel menyadari bahwa ia menyembunyikan sesuatu yang sangat besar dan tidak mampu untuk di utarakan.
"Kalau itu ganggu, saya minta maaf."
Indah menyela, "Pak Oniel. Maaf ya kalau masa lalu saya buruk."
Oniel mengerutkan dahinya kebingungan.
"Maksud kamu?", tanya Oniel lagi.
"Ada hal yang seharusnya pak Oniel tau. Saya tidak berhak merahasiakan ini, tapi saya takut pak Oniel akan membenci saya. Namun.."
Indah menelan ludahnya dengan kesusahan, seakan-akan tercekat di tengah-tengah pembicaraan yang serius ini. Sebelum perkataan Indah berlanjut, Fiony datang kemudian meletakkan setumpuk berkas di atas meja.
Entah mengapa, Indah merasa baru saja di tolong oleh kehadiran Fiony. Sebenarnya, ia yang menghubungi gadis resepsionis tersebut untuk mengantarkan beberapa dokumen dan juga sekalian mengajak Fiony untuk bersantai di sore hari.
"Eh? Maaf ya sepertinya aku mengganggu.. perbincangan serius?"
Fiony memperhatikan dua raut wajah yang saling menegang sebelumnya, tetapi kini sudah menjadi lebih santai karena kedatangannya.