" Keputusan ini sudah saya pikiran secara matang, keluarga saya telah menerimamu sebagai keluarga baru kami. Dan saya sepenuhnya ingin mengangkatmu menjadi teman hidup saya."
Dengan cinta untuk Rianti Koeswohardjo .
Sleman, 09-01-1985.
Di bawah langit Yogyakarta Lindhuaji Arto Hastanto"Emaak!.. Emaaak!!, teriak Rianti memanggil Ibunya yang sedang sibuk di depan tungku.
"Ada apa nduk ? emak lagi masak lho Ini."
Rianti berlari kecil menuju ibunya lalu menyodorkan selebaran kertas, sepertinya sebuah lowongan pekerjaan.
"Mumpung emak lagi butuh uang Rianti siap bantuin emak bekerja di keraton, apakah emak memperbolehkan Rianti bekerja di sana?"
Emak terdiam. Bapak yang hanya bekerja serabutan tidak dapat sepenuhnya memenuhi keluarganya apalagi untuk adik Rianti yang masih kecil. Emak memutuskan untuk bertanya dengan Bapak nanti setelah beliau pulang dari pekerjaannya.
"Waah bekerja di keraton adalah impianku sejak kecil, menjadi dokter sangat susah apalagi kondisi perekonomian keluarga ini diambang miskin. Apakah disana aku akan bertemu seseorang yang tampan? Oh..oh setidaknya disana lebih menyenangkan dari pada dirumah terus, rasanya membosankan."Rianti Koeswohardjo adalah anak dari keluarga kecil yang tinggal di salah satu desa di Yogyakarta. Dia putus sekolah sejak Sekolah Dasar. Rianti ingin bekerja mencari uang untuk membiayai keluarga kecilnya apalagi untuk adiknya yang masih kecil. Rianti bertekad untuk bekerja sebagai pembantu di keraton Impiannya.
"Bapak.!.. Rianti punya kabar bagus untuk Bapak !"
"Apa itu nduk ?"
"Rianti dapet brosur lowongan dari keraton yang membutuhkan pembantu, iya buat tambahan kebutuhan kita sehari hari."
Bapak terlihat sedikit ragu. Membebaskan anak gadis nya yang masih berusia 15 tahun itu bekerja jauh dari rumahnya. Dan akhirnya dengan berat hati Bapak memperbolehkan Rianti bekerja disana. Bapak hanya berpesan
"Jaga dirimu baik-baik ya nduk, jangan lupa ibadah sama makannya, sering-sering balik kerumah nemenin emak." Rianti meng iyakan Perkataan Bapak.
Malam pun tiba Rianti beserta keluarga kecilnya bersiap siap untuk makan malam bersama,sambil tersenyum bahagia. Rianti membantu Ibunya menyiapkan makanan,
"Emak..., Rianti bantuin siapin makanannya ya."
"Aduh nak kenapa sepertinya bahagia,keliatan dari senyumanmu."
Rianti pun menjawab pertanyaan emak dengan bahagia.
"Katanya bapak,Rianti boleh kerja di keraton sebagai pembantu lho emak, memang ada sedikit keraguan tapi bapak yakin kalau Rianti baik baik saja."
Emak pun ikut bahagia mendengar Rianti diperbolehkan oleh bapak untuk bekerja di Keraton.
"Waaah Alhamdulillah nak akhirnya diizinin bapak.""Mbak bawa makanan apa itu?" Rianti menjawab sambil meletakkan makanan tersebut.
"Tadaaaa.. ini mbak bawa lauk ikan buat kita makan bersama dek."
Emak pun menaruh nasi dan piring di atas alas tikar lalu menyuruh Rianti mengambil sesuatu yang kurang.
"Naaah ini nasinya sama piring sendoknya,nak tolong ambilkan sayur kangkung tadi di piring."Rianti bergegas mengambil apa yang emaknya suruh sueuh sambil berlari kecil ke bagian dapur yang berada di belakang.Di sela sela Rianti mengambil sayur Emak memanggil bapak yang sedang istirahat di teras rumah.
"bapak ini makanannya sudah matang ayo makan bersama." Bapak lalu berjalan ke dalam sambil menjawab perkataan emak.
Bapak duduk berjejer dengan Emak yang sedang menyiapkan nasi di piring untuk makan bersama.Rianti pun kembali dengan membawa sayur kangkung yang baunya sangat membuat mereka lapar.
"Naaah ini sayur kangkungnya."
Dengan tangannya yang merasa kepanasan ia pun segera meletakkannya.
Rianti bersama keluarganya pun menikmati hidangan malam malam itu, walaupun sederhana kebersamaan keluarga lah yang membuat semuanya terasa bahagia.
Rianti beranjak ke kamar tidur berharap hari esok ia dapat berangkat ke keraton untuk menyampaikan surat lamarannya, ia memejamkan matanya dan tidur terlelap.
Keesokan harinya Rianti di bangunkan emaknya, seperti biasanya untuk menunaikan ibadah.
Rianti yang masih setengah sadar pun terbangun dari tidurnya sambil menutupi mulutnya yang tengah menguap. Rianti beranjak keluar dari kamarnya untuk mengambil air wudhu, ia baru teringat akan hal kemarin. Sepertinya suara emaknya tadi tidak terdengar sampai ke telinganya.
"Aduuuh..iyaaa nanti mau ke keraton ngasih surat lamaran pekerjaan, aku harus segera bergegas."
Rianti memang suka membantu emak karena sejak putus sekolah ia hanya bisa terdiam di rumah sambil membantu kegiatan emak sehari hari. Emak menaruh nasi di tempat biasanya dan pergi ke kamar adik Rianti untuk membangunkannya.
Selang beberapa lama adik Rianti keluar dari kamarnya. Melihat kakanya yang sedang menggoreng sesuatu ia berlari kecil menuju kakaknya.
"Adek jangan deket deket nanti kena percikan minyak looh panas nanti."
Adik kecilnya yang baru keluar dari kamarnya pun mengiyakan perkataan kakaknya itu. Dan akhirnya setelah selesai Rianti pun bergegas membawa lauk ke tempat mereka makan bersama, sembari memanggil adik kecilnya.
"Adek sini makan bareng bareng yuk!"
Terlihat di tempat mereka makan bersama ada bapak dan emak yang sudah menyiapkan makanan.Dari belakang adik kecilnya berjalan lalu duduk disamping emak.
Mereka pun menyantap hidangan pagi mereka sebelum melakukan aktivitas seperti biasanya. Selesai makan Rianti membawa piring ke dapur di barengi dengan emak yang membawa nasi,lauk, dan sayur untuk makan siang nanti.
Rianti meletakkan piring di tempat cuci piring lalu berjalan menuju kamarnya. Ia mengambil surat lamaran pekerjaan yang telah di persiapkan dan mulai mengisi kertas tersebut dengan tulisannya setelah itu ia segera bersiap-siap untuk berangkat ke keraton.
"Aduuh sudah jam segini harus bersiap-siap sekarang deh." Ucap Rianti sambil membawa surat lamaran itu lalu ia masukkan ke dalam tas.
Rianti pun segera meminta izin kepada kedua orangtuanya yang sedang berbicara di depan rumah sebelum masing masing melakukan pekerjaan seperti biasanya.
"Emak Bapak Rianti mau berangkat ke keraton ingin menyampaikan surat lamaran ini."
"Eh iya nak, jangan lupa pesan bapak." Ucap bapak yang bersiap siap untuk berangkat kerja.
Emak lalu bertanya kepada Rianti.
"Nak apa kamu ada uang untuk berangkat kesana?" Rianti berdiri dari duduknya lalu menjawab pertanyaan emak.
"Rianti tidak punya uang sama sekali emak,tapi emak jangan khawatir Rianti jalan kaki saja."
Mendengar Rianti berkata seperti itu lalu bapak mengatakan.
"Maafin bapak ya nak bapak sama sekali tidak punya uang juga."
"Tidak apa apa emak bapak tidak perlu memikirkan itu Rianti kan jalan kaki jadi biar lebih sehat juga, Rianti tidak mau meminta uang ke emak sama bapak, sekalian ini sebagai langkah awal Rianti agar diterima bekerja di Keraton." Emak memeluk anak gadisnya yang membuatnya sangat terharu.
"Nak tetap hati hati di jalan ya nak bapak sama emak menunggumu kembali ke rumah ini semoga selamat sampai tujuan ya nak."
"Aamiin ,emak terima kasih sudah mendoakan Rianti emak jangan khawatir, Rianti akan jaga diri baik-baik Rianti akan membuktikan kepada emak bapak bahwa Rianti pasti keterima bekerja di Keraton." Rianti lalu berpamitan kepada emak dan bapak lalu adik kecilnya memanggilnya.
"Mbak mau kemana pagi pagi sekali ini?"
Rianti pun mendekati adiknya. "Ini adek mbak mau pergi ke keraton buat melamar pekerjaan."
Adiknya yang masih kecil belum begitu paham apa perkataan kakaknya barusan pun mengiyakannya saja. Lalu Rianti memberikan pesan kepada adik kecilnya.
"Adek nggak boleh nakal ya, harus nurut sama emak bapak, nanti mbak cepet pulang koo."
"Siap mbak adek nggak nakal ko."
"Nah baguslah,adek mbak kan pinter iyakan hehe."ucap Rianti diikuti senyumannya.Rianti melangkahkan kakinya menjauh dari rumah.
"Daaahh.. mbak! hati hati di jalan yaa." ucap adik kecil Rianti dari kejauhan dengan senyum manis yang terukir di wajahnya.
"Siap adek daah.."
ia melanjutkan langkahnya menuju jalan raya.
Rianti berjalan melewati jalanan di Jogja. Awalnya dia sangat bahagia namun lama kelamaan penat mulai memenuhi kakinya. Sambil mengusap keringat di dagunya, ia masih sanggup untuk berjalan beberapa meter lagi. Tiba-tiba,
"Becak mbak, biar nggak cape jalan terus hehe."
Rianti dikejutkan oleh abang abang becak yang berada di sebelahnya menawarkan tumpangan. Sebenarnya, Rianti sudah capek untuk berjalan, namun dia tidak mengantongi uang sama sekali. Mau tidak mau Rianti harus menolak tawaran abang becak tadi.
"Nggak pak, saya lagi nggak ada uang. Jalan kaki aja deket kok." Ucap Rianti sambil memegangi kakinya.
"Memangnya mau kemana sih mbak? Yauda deh buat mbak gratis aja hehe sekali sekali berbagi." Ucap abang tadi yang sebenarnya mengetahui kalau Rianti sudah tidak kuat berjalan lagi.
"Mau ke keraton pak ehehe, saya mau daftar jadi pembantu disana itung itung bisa bantuin orang tua sama kebutuhan adik saya."
Rianti secara tidak langsung merasa nyaman berbicara dengan abang abang tadi, entah mengapa Rianti ingin berbicara dengannya lebih lama lagi.
"Waduh, jauh itu mbak. Tapi kebetulan juga saya mau mangkal di dekat sana sekalian aja jalan e ehehe yuk."
"Eh, iya pak makasi ya jadi ngerepotin. Besok saya ganti dobel ya jadi nggak enak saya."
"Eeh, nggak usah mbak oh iyaa panggil saya mas aja kalo pak kesan e uda tua banget, saya masih umur 19 loh mbak hehe."
"Owalaa aduh maap pak eh maksud e mas." Rianti terlihat gugup melihat tatapan manis abang tadi. Rianti langsung naik ke becak lalu abang tadi mengayuh sepedanya.
"Mbaknya asli mana? Daerah Sleman ya?" Abang tadi mulai membuka topik obrolan dengan Rianti yang daritadi hanya terdiam.
"Saya pendatang baru mas, saya aslie dari Jatim. Pindah kesini ngikutin pekerjaan bapak saya.
"Owalah mbaknya umur berapa nih ko wajah e masi terlihat muda dan cantik." Abang tadi menggoda Rianti, namun Rianti terlihat biasa saja tidak terlihat kurang nyaman yang ada di dirinya.
"Saya masi umur 15 mas. Saya putus sekolah sejak sekolah dasar. Orang tua nggak mampu buat bayar jadi saya manfaatkan waktu ini untuk bekerja. Saya nggak mau adik saya bernasib sama kaya saya."
"Yang sabar ya mbak, saya juga sama kaya mbak. Saya memang anak tunggal tetapi bapak saya sakit sakitan. Jadi, saya sama ibu saya yang cari uang ehehe."
"Owalaa iya semoga kita selalu diberi rejeki yang cukup mas, biar bisa bantuin orang tua dirumah."
"Iya mbak amiin, hanya Allah yang berkehendak."
Tanpa mereka sadari mereka sudah sampai di depan keraton. Rianti segera turun dari becaknya lalu berpamitan. Sepertinya Rianti tak ingin berpisah dengan abang tadi. Entah kenapa.
"Eh uda sampe makasih mas uda dianterin gratis pula."
"Iya mbak, nama saya Lindhu mbak panggil aja mas Lindhu ya. Saya biasanya mangkal disini sama di dekat rumah orang Belanda yang mbak lewatin tadi."
"Iyaa mas hehe nama saya Rianti, senang berkenalan dengan mas." Rianti lalu bergegas masuk ke dalam gerbang keraton. Meninggalkan Lindhu sendirian diluar.
"Gadis yang manis, betapa beruntungnya aku bertemu dengannya." Gumam Lindhu dalam hatinya yang sedang berdebar debar. Sama halnya dengan Rianti yang memiliki rasa yang sama dengan Lindhu.
"Rianti berjalan memasuki Keraton yang megah itu. Sesekali Rianti melamun liat pemandangan yang belum pernah ia lihat sebelumnya, lalu lamunannya pergi saat dikejutkan oleh seseorang paruh baya yang berdiri di belakangnya.
"Mbaknya mau cari siapa ya?" Ucap seorang ibu ibu yang kisaran berumur 30 tahunan di belakang Rianti
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Langit Yogyakarta
Teen Fiction.⋆。⋆˚。⋆。˚。⋆. .⋆。⋆˚。⋆。˚。⋆.⋆。⋆˚。⋆。˚。⋆. .⋆。⋆˚。⋆。˚。⋆. Rianti, anak perempuan dari dua bersaudara yang terpaksa putus sekolah karena ekonomi, menjadikannya sebagai pembantu di keraton, akankan kehidupannya akan berjalan lebih baik atau sebaliknya? Apa...