Duduk di pelataran Keraton memenangkan situasi nyaman dalam keadaan apapun, angin sepoi-sepoi meniup beberapa helai rambut. Rianti memandangi sebuah pohon jambu yang ada di depannya.
"Andai saja."
"Ah ayolah berat sekali!" Rianti bergumam dalam hatinya, ia berusaha mengayuh sepeda hingga sampai di rumah Agung dengan berbekalkan mengingat alamat yang ada di ingatannya.
Jalan demi jalan ia lewati, beberapa kali ia kebingungan saat berhadapan dengan perempatan jalan, hingga seseorang mulai memanggilnya, ia tampak menjemur sebuah kerupuk.
"Hey Gung! Aduh itu Agung kan ya, mbak mau dibawa ke mana Agung itu?" pria itu memanggil dan berlari kecil layaknya perempuan.
Rianti menghentikan sepedanya, ia menoleh ke belakang, pria itu menghampiri mereka berdua, ia tampak terkejut melihat Agung yang terikat di tubuh Rianti dan berwajah pucat.
"Aduh gustii, Agung.. Agung kenapa mbak? Duh kasian banget, ayo ayo masuk rumah dulu."
Pria itu melepas ikatan tali mereka, ia membopong tubuh Agung menuju ke dalam sebuah rumah yang hening, pria itu membaringkan tubuh Agung di sebuah kasur lantai dan pergi ke dapur untuk mengambil minuman, dan memberikannya kepada Rianti.
"Agung kenapa bisa kaya gini mbak? Ya Gusti manisku Agung." Rianti terheran-heran.
"Mas Agung diracun pak, saya teman kerjanya di Keraton."
"HAH? DIRACUN?" pria itu sontak terkejut. "Siapa yang tega melakukan ini kepada Agung, dia anak yang baik, tidak akan ada orang jahat yang menyakitimu Agung, aku selalu ada di sampingmu!"
Rianti tampak memperhatikan bapak itu dengan keheranan, sampai bapak itu mengenalkan dirinya.
"Oh iya, saya Arif, Arifqi Cahyo Mukti. Saya tinggal di sebelah rumah Agung, yaa lebih tepatnya saya adalah tetangganya. Kedua orang tua Agung meninggal dua tahun yang lalu, sebenarnya Agung punya sih saudara gitu, laki-laki dia, Heru, tapi ia tinggal di Solo dengan anak istrinya untung ada saya mbak di sini bantuin sama eee, nemenin Agung hehe."
"Saya Rianti pak, jadi seperti itu keadaan mas Agung di sini? Apakah pak Arif bisa jaga mas Agung saat saya tidak ada di sini?"
Arif mengangguk, ia memberikan ibu jarinya ke Rianti.
"Aman mbak, masalah itu saya bisa bantu."
Rianti memberikan sekantong obat yang ada di sakunya, obat itu diterima oleh Arif dengan baik, ia beranjak dan mengambil segelas air, meletakkannya di samping Agung, berjaga jika dia sudah terbangun, ia bisa memberikan obat itu padanya.
Rianti masih memandangi Agung dengan tatapan penuh harapan, ia benar-benar ingin melihat Agung kembali sehat seperti biasanya.
Rianti mengemasi tasnya, ia berdiri, berpamitan pada Arif, dan memberikan sebuah amanah untuk menjaga Agung sampai dia benar-benar pulih.
"Saya balik dulu pak, kalau ada apa-apa dengan mas Agung, kabari saya ya, rumah saya nggak jauh dari sini kok, Pak Arif bisa kapan saja pergi ke rumah saya, terima kasih ya pak."
"Oalah nggeh mbak, hati-hati ya." Arif mengangguk, ia mengantarkan Rianti menuju pagar rumahnya.
Rianti berjalan menjauh, ia memutuskan untuk berjalan kaki saja karena rumahnya berjarak tak jauh dari sana, sepanjang jalan Rianti merasa bersalah atas peristiwa yang menimpa Agung.
Sampai ia memutuskan untuk mampir di sebuah warung yang sama saat Agung mengajak Rianti untuk membeli teh hangat, benar saja, Rianti memesan menu yang sama. Saat ia merogoh sakunya, ia memegang sebuah benda yang aneh dan mengeluarkannya.
Sebuah bungkusan dan tercium wangi bunga kering di dalamnya, saat Rianti membukanya, terdapat berbagai macam jenis bunga yang tidak ia ketahui, meski begitu, harumnya masih tercium.
"Kapan aku membawa bungkusan bunga ini? Sebentar, bukankah ini pemberian Mbah Arum?" Rianti mengingat ucapan Mbah Arum kemarin padanya dan Agung.
"Nduk, jaga dirimu baik-baik ya, kamu juga le, jaga dirimu ya, mbah titipkan Rianti padamu."
"Ah, ini memang benar pemberian Mbah Arum, jadi bunga kering ini yang melindungi ku?"
Rianti berjalan hingga ia berada di teras rumahnya, terlihat emak sedang menjemur pakaian yang telah ia cuci.
Rianti masuk ke dalam rumah tanpa sepatah kata apapun, emak hanya kebingungan dan melanjutkan pekerjaannya.
"Huftt, jangan sampai hal itu terjadi."
"Riantii.. Nduk.. Ada yang manggil
kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Langit Yogyakarta
Teen Fiction.⋆。⋆˚。⋆。˚。⋆. .⋆。⋆˚。⋆。˚。⋆.⋆。⋆˚。⋆。˚。⋆. .⋆。⋆˚。⋆。˚。⋆. Rianti, anak perempuan dari dua bersaudara yang terpaksa putus sekolah karena ekonomi, menjadikannya sebagai pembantu di keraton, akankan kehidupannya akan berjalan lebih baik atau sebaliknya? Apa...