Eps 10: Kenyataan Tak Datang Sendiri

14 2 0
                                    



"Menurutmu, apakah sikapku padanya begitu membuat hatinya robek? Aku tak tahu apakah dia selamanya akan seperti itu dan semakin jauh dariku, aku berharap, dia benar-benar kembali, padaku."













"Kamu?!" Agung mengkerutkan dahinya dan tangannya yang mulai megepal, memandangi seseorang yang datang itu dengan tatapan yang penuh kekesalan."

"Iya, aku, ada apa Agung? Kamu pasti terkejut melihatku datang bukan?" senyum tipis jahatnya semakin melebar, ia mulai mendekati Agung dan Rianti yang memperhatikannya.

"Bagaimana kamu bisa kembali kesini, kakimu tidak pantas untuk menyentuh tanah di keraton ini." Rianti mendengar ucapan Agung spontan membelalakkan matanya, heran dan kebingungan.

"Maka dari itu, aku memakai sepatu ini bukan?" ia mengangkat sepatu milik Rianti dengan tinggi."

"Mbak, kembalikan sepatu saya." Rianti meminta wanita itu dengan nada pelannya, lirikan mata wanita itu seketika beralih ke Rianti.

Wanita itu kemudian melemparkan sepatu itu hingga mengenai dada Rianti, rasa perih dan terkejut campur menjadi satu.

"Apa-apaan kau ini.." Agung mendekati wanita dengan langkah lebarnya dan mengangkat tangannya untuk mengenai wajah wanita itu. Namun ayunan tangannya di tepis dengan mudah oleh wanita itu.

"Santai saja, aku hanya
mengembalikan sepatu miliknya." ia mulai membalikkan badannya dan kembali masuk ke dalam keraton dengan suara gelang kakinya yang gemerincik.

Agung menghela nafas perlahan, lalu ia menghampiri Rianti dengan barang belanjaan di kanan kirinya. Agung mengambil barang-barang itu lalu mengajak Rianti menaruhnya di dapur.

"Dia tadi siapa mas?" tanya Rianti dengan kebingungan.

"Dia Radin, aku heran bagaimana ia bisa kembali ke keraton setelah masalah besar yang ia perbuat." Agung menghela nafas.

"Apa yang telah ia perbuat?"

"Dia adalah wanita licik yang cerdik, dengan kecerdikannya ia mengadu domba keluarga keraton hingga konflik yang panjang.

Hampir saja keluarga keraton mengalami perpecahan, setelah aku menemukan akar masalahnya, dan ia dikeluarkan dari keraton." tuntasnya.

"Aku heran bagaimana ia kembali masuk ke dalam keraton, mungkin aku perlu mengadukan ini ke keamanan keraton agar ia diusir dari sini, sebelum ia membuat masalah lagi."

Rianti mendengarkan Agung dengan seksama, hingga sampailah mereka di dapur, disana cahayanya remang-remang mengingat waktu itu menjelang malam, Agung menaruh barang belanjaan dan duduk di salah satu kursi.

"Aku memperingatkan padamu, Rianti. Hati-hatilah terhadap wanita itu, dia akan melakukan segala cara jika kamu berusaha mengganggu atau ikut campur urusannya. Jika ia berperilaku seperti tadi, jangan ragu untuk bilang padaku, kamu mengerti?"

Rianti hanya mengangguk, ia belum pernah melihat sikap Agung yang se serius itu dan se perhatian itu padanya.

"Baiklah, ayo kita pulang, sebelum larut malam, ikutlah bersamaku, pastinya kita pulang dengan sepeda antik yang reot itu ahaha." candaan Agung memecah suasana.

Rianti pulang bersama Agung. Suasana kala itu gelap dan hening, tak ada siapapun di jalan raya, meski begitu, mereka tetap tenang dan melalui jalan tiap jalan dengan sepeda.

Hingga sampailah Rianti di gang rumahnya, ia berterima kasih kepada Agung dan berjalan menuju rumah. Emak sudah meyambut Rianti dengan ke-khawatiran.

"Tumben larut nduk, gak ada masalah kan disana?"

"Enggak kok mak, semua baik baik saja."

"Yaudah, kamu bersih bersih langsung istirahat ya, dan ini ada yang kirimin kamu surat, katanya surat dari temenmu."

"Surat? Surat apa itu?" Rianti kebingungan.



Emak mengeluarkan sebuah surat dari kantongnya dan memberikannya kepada Rianti. Rianti menerima surat itu dan masuk ke kamar. Ia membaca kata demi kata kalimat yang ada di surat itu

"Kali ini kamu bisa selamat, Rianti. Tunggu saja hari hari selanjutnya."











Di Bawah Langit Yogyakarta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang