Pulang dan Kebenaran

266 25 0
                                    

Pemakaman Ravian sore ini diikuti oleh semua teman-temannya, termasuk teman kampusnya yang sebagian besar masih tidak menyangka dengan apa yang terjadi. Teman mereka, Ravian Askara pergi secara tiba-tiba untuk selamanya.

"Kalian masih mau di sini?" tanya Tomas pada Jefino, Haksa dan Jerio yang memang masih berada di makam Ravian.

Haksa tersenyum kecil lalu mengangguk. "Iya Om."

"Kalau gitu Om duluan ya? Istri Om di rumah kayaknya masih belum sadar. Om juga masih harus nenangin dia nanti."

"Iya Om, titip salam buat Tante Devi ya Om. Om juga harus kuat, Davian masih butuh Om," ucap Jefino.

Tomas mengangguk pelan. "Makasih ya. Om pulang dulu."

Setelah kepergian Ayah Ravian, mereka bertiga langsung berjongkok di makam Ravian.

Menatap papan nama Ravian dengan senyum getir. Entahlah, mereka bertiga masih berharap jika semua ini hanya mimpi, mereka masih berharap jika Ravian ternyata berada di suatu tempat.

"Rav, sejujurnya gue gak suka banget sama rencana lo yang ini. Lo boleh kok Rav berusaha balikin semuanya ke Davian, semua kebahagiaan Davian, kayak apa yang selalu lo omongin. Tapi gak gini caranya Rav," lirih Haksa.

Jerio menghela napas. "Kita tau lo sayang banget sama Davi, sampai lo rela ngelakuin apapun demi dia. Tapi gue gak nyangka aja, lo sampai rela ngorbanin diri lo juga."

"Kita gak akan benci sama Davi karena takdir ini kok Rav, lo tenang aja. Kita bakal ngelakuin apa yang lo minta ke kita. Kita bakal jaga Davi kaya lo jaga dia," ucap Jefino.

"Davi itu juga adik kita kok Rav," imbuh Jerio.

Haksa mengepalkan tangannya kala terlintas suara Ibu Ravian saat masih di rumah Ravian. "Tapi Rav, kita gak tau gimana caranya buat pandangan nyokap lo berubah ke Davi."

Ucapan Haksa tentu membuat Jefino dan Jerio sama sama terdiam. Mereka mendengar secara jelas ketika Devi mengucapkan banyak kalimat menyakitkan yang ditujukan untuk Davian.

"Gue sedikit tenang karena lo dan Davi gak denger secara langsung apa yang nyokap lo omongin Rav," lirih Jerio.

Sungguh, Jerio sebenarnya ingin mengatakan pada Devi apa yang sebenarnya sudah terjadi. Dia ingin mengatakan jika Davian telah menyelamatkan hidup perempuan itu. Jerio ingin membuat Devi menyesal karena sudah berlaku buruk pada Davian.

Tapi Jerio sadar, dirinya tidak berhak untuk melakukan itu karena dia hanyalah orang luar. Dan dia sendiri hanya mendengarkan cerita sekilas dari Ravian. Yang berhak menjelaskan semuanya adalah Ravian dan Davian sendiri.

"Lo udah jadi sosok Kakak yang hebat buat Davi kok Rav. Lo berhasil lindungin Adik lo selama ini, dan gue yakin lo juga sebentar lagi bakal berhasil balikin mimpi besar dia," ucap Jefino.

Haksa mengangguk setuju. "Lo emang selalu bilang kalau Davi selama ini hidup dengan banyak rasa sakit yang dia dapet dari sekitarnya. Tapi lo juga harus tau Rav, kalau ada lo di sekitarnya itu bukan rasa sakit bagi dia. Karena gue yakin, Davi bersyukur dipertemuin dengan lo sebagai sosok Kakak buat dia."

"Iya Rav. Davi mungkin gak pernah ngomong ini secara langsung sama lo, tapi percaya deh kalau Davi emang bersyukur karena kehadiran lo sebagai Kakak buat dia," tambah Jerio.

Tes!

Hujan. Mereka bertiga serempak menatap langit yang sudah mulai berubah mendung. Tetesan air perlahan mulai turun dengan cepat.

"Gue harap ini bukan tangisan lo Rav," gumam Haksa pelan.

"Kita pulang dulu, udah hujan. Tenang aja, kita bakalan sering mampir ke sini," pamit Jefino.

DaviRaviTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang