Davian mengernyit melihat beberapa anak lelaki dari kelas lain tiba-tiba mendatanngi kelasnya saat jam pulang. Entah kenapa Davian merasakan hawa di kelasnya menjadi tidak enak terutama ketika para siswa itu menatap kearahnya dan ke-empat temannya.
“Lo pada ada buat masalah?” bisik Davian.
Azka menggeleng pelan, “ya kali?”
“Mana yang namanya Arseno?” tanya salah satu siswa itu.
Seno mengernyit, dia berdiri dan menghampiri lelaki itu. “Gue, ada apa?”
“Brengsek!”
Bugh!
“SEN!!” teriak Davian dan ketiga temannya secara bersamaan. Mereka langsung menghampiri Seno dan membantu lelaki itu.
Jarga menatap tajam siswa yang baru saja memukul Seno tadi. “Lo ada masalah apa sebenernya?”
“Gak usah ikut campur! Masalah gue sama temen lo!”
“Ck, ngomong dulu minimal ada apa, bukan langsung gebug. Jangan so preman di lingkungan sekolah,” ucap Azka dengan penekanan.
Siswa tersebut, panggil saja Bagas, dia mendengus dan menatap Azka marah. “GUE BILANG GAK USAH IKUT CAMPUR, BRENGSEK!”
“BAGAS!!” Safa datang menghampiri mereka, dia menahan lengan Bagas dan menatap sendu pada Seno yang wajahnya sudah terdapat biru keunguan akibat tinjuan Bagas tadi. “Lo apa-apaan sih Gas? Gila ya?”
Bagas menunjuk Seno dengan tatapan yang mengarah pada Safa. “Dia yang gila. Dia udah buat lo nangis kemarin.”
Satya mendecih keras membuat Bagas dan Safa langsung menatapnya. “Jadi karena itu? Lo so bilang gue sama temen-temen gue gak boleh ikut campur karena lo yang udah nonjok Seno tiba-tiba. Sedangkan lo so ikut campur dan so jadi pahlawan di masalah Safa sama Seno. Sehat lo bro?”
“Ceplosnya Satya kadang bikin suasana malah makin tegang,” batin Davian kesal.
“Bacot lo bangsat!” Bagas yang akan maju dan meninju Satya segera dihadang oleh Davian.
Davian sedikit meringis karena dia tak mengindahkan perintah Ravian untuk tidak ikut campur jika itu berbahaya. “Maaf bang.”
Davian menghela napas dan menatap lawannya dengan tajam, sedikit menunduk karena perbedaan tinggi mereka. “Main kasar mulu, bisa pake kepala dingin gak?”
“Temen lo tuh suruh jadi cowok, jangan bisanya nyakitin cewek.”
“Emang lo tau masalah awalnya apa?”
“Dia—“
“Sepupunya Seno lagi nangis, pasti Seno khawatir. Dia mau nyamperin sepupunya tapi terus di halangin sama Safa, gimana Seno gak kesel? Di situasi dia yang lagi panik dan malah ada orang yang ngehalangin dia, itu gak menutup kemungkinan buat dia bicara kasar,” jelas Davian.
“Sepupu?” gumam Safa.
“TAPI ITU BUKAN SALAH SAFA!! Lo bisa langsung berurusan sama gue gak usah pake nyakitin Safa,” ucap Bagas.
Seno mengernyit bingung, “kenapa gue berurusan sama lo?”
“Karena gue yang udah ngelempar Alika sama darah!”
“BRENGSEK!!!”
BUGH!
“SIALAN LO!!!”
BUGH!
BUGH!“SENO!!” Azka dan Jarga langsung menarik Seno yang siap memukuli Bagas kembali. Mereka tidak begitu takut guru akan mengetahuinya, mereka hanya takut temannya itu kenapa-napa.

KAMU SEDANG MEMBACA
DaviRavi
FanficDavian harus rela masa depan yang dia impikan hilang demi menyelamatkan nyawa ibu tirinya. Tapi sayang, ibu tirinya malah menganggapnya sampah. Walau begitu, Davian tidak pernah membenci ibu tirinya. Karena ibu tirinya lah yang sudah melahirkan Ravi...