***
Hembusan angin malam semakin menusuk, mata hitam itu bergerak liar mengamati suasana kota yang terlihat semakin sepi. Berkali-kali mencoba menyalakan ponsel yang ia miliki.
"Ibu, kakak takut." Sesekali menghembuskan nafas beratnya.
"Sendiri dek? Yuk ikut abang saja bagaimana?" Mata gadis ini membulat saat medapati seorang bertubuh kurus dengan penampilan lusuh menarik kasar tangannya. Ia berontak menepis kasar tangan laki-laki itu.
"Tidak terimakasih!" Alma menatap tajam kearah laki-laki tersebut_deguban jantungnya benar-benar tidak beraturan.
"Jangan sok jual mahal kamu, ayok." Laki-laki itu menarik kasar tangan Alma dan menyeretnya dengan kasar. Gadis ini berusaha memberontak tetapi tetap saja tenaganya lebih kecil membuatnya dengan mudah dibawa oleh laki-laki itu.
"Arrrgghhhh, Beg*." Pekik laki-laki itu saat Alma berhasil menggigit lengannya_reflek ia mendorong tubuh Alma ke terotoar.
Alma meringis saat tubuhnya menghantam terotoar_Laki-laki itu memicingkan matanya bergerak menarik kasar kerudung yang Alma kenakan. Anak-anak rambut gadis ini terlihat_Ia berusaha mempertahankana kerudung yang ia kenakan kaki nya bergerak cepat menendang keras perut laki-laki tersebut.
Bugh Bugh Bugh
Gadis ini membeku air mata yang sedari tadi ia tahan meluncur bebas_tubuhnya bergetar hebat. Tubuh laki-laki itu tersungkur ke terotoar. Terkulai begitu saja_wajahnya babak belur setelah mendapatkan pukulan bertubi-tubi.
"Maaf." Alma masih diam tangannya dengan perlahan menggenggam tangan laki-laki di depannya. Tangannya masih bergetar. Keduanya saling menggenggam seolah saling menyalurkan energinya.
"Aku takut sekali." Tangan laki-laki ini mengelus pelan puncak kepala gadis ini, memasukkan beberapa helai rambut yang keluar dari kerudung. Gadis ini seketika terisak, ia menangis sejadi-jadinya. Menggenggam erat tangan laki-laki di sampingnya ini. Menggenggamnya dengan kedua tangan dengan begitu erat,
"Ravindra." Gumam Alma masih dengan tangan yang menggenggam tangan laki-laki ini_Yap, Ravindra dialah yang menyelamatkan Alma. Setelah mencari hampir lebih setengah jam ia berhasil menemukan Alma di sebuah Halte yang tidak jauh dari Mall.
"Sudah?" Laki-laki ini tersenyum hangat seraya menatap Alma yang mulai tenang_Alma mengangguk pelan kedua tangannya masih menggenggam tangan Ravindra.
Alma dengan perlahan mulai bercerita mengapa ia bisa berada di Halte sendirian_Ravindra hanya terdiam seraya membuang nafas beratnya.
"Vi." Ravindra menoleh menatap Alma bingung.
"Boleh aku manggil kamu Vi aja?" Ravindra mengangguk pelan seraya tersenyum.
"Aku panggil kamu Lin ya?" Alma tersenyum lebar masih dengan posisi yang sama_keduanya saling diam tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Pulang?" Alma menggeleng cepat_Ravindra mengerutkan kening seraya melirik arloginya. Waktu sudah menunjukkan pukul 00.45 dini hari.
"Aku tidak berani pulang, nanti kalau ada tetangga yang liat aku pulang jam segini bagaimana? Sudah ayah dan ibu tidak ada di rumah. Bisa-bisa aku semakin menjadi bahan pembicaraan tetangga." Alma menggelembungkan pipinya.
Tanpa mengatakan apapun Ravindra melajukan mobil_Alma hanya terdiam masih mencoba melupakan kejadian tadi.
"Ini aku nyetirnya pake satu tangan nih." Alma terkekeh_bukannya melepaskan genggamannya ia semakin menggenggam erat tangan Ravindra.