***
Minggu merupakan hari yang digunakan Alma untuk beristirahat dan menyelesaikan pekerjaan yang ia bawa pulang.
"Kak?" Alma menoleh_Ibu terlihat tengah menatapnya dengan lembut.
"Ibu tahu soal adiknya bu Amina?" Ibu mengangguk cepat membuat Alma mendengus kesal "Ibu serahkan ke kakak."
"Bu, kakak tidak mengenalnya. Lagipula kakak belum pernah bertemu dengannya, kakak takut salah lagi." Alma terlihat menunduk.
"Kak. Sebenarnya ibu ingin mengenalkanmu pada seseorang. Sebenarnya dia anak teman ibu." Alma bergeming_Ibu membenarkan posisinya.
"Dia anak yang baik, sayang sekali dengan orangtua. Dia bekerja sebagai General Manager." Alma hanya mengangguk.
"Lalu? Selama ini ibu selalu menceritakanmu pada teman-teman di sekolah, sama seperti bu Rina dia selalu menceritakan putranya. Dia pulang sebulan sekali, ibu pernah bertemu langsung. Anaknya sopan dan baik, ibu berdoa semoga kakak berjodoh dengannya." Alma hanya tersenyum mendengar cerita sang ibu.
"Kak sepertinya dia juga mau dikenalkan dengan kakak. Beberapa kali bu Rina meminta untuk mempertemukan kalian tapi ibu selalu menolak, ibu belum ada keberanian untuk jujur ke kakak. Dan kak, ibu minta maaf sebenarnya ibu sudah mengirimkan foto kakak ke bu Rina." Alma tersentak_lalu tersenyum seraya memeluk ibunya.
"Apapun yang menurut ibu baik. Kakak akan ikut." Ibu tersenyum dan mengusap kepala Alma.
***
Keesokan harinya sekolah begitu heboh dengan kabar bahwa beberapa siswa ditangkap polisi karena mengeroyok siswa dari sekolah lain_ beberapa siswa dipanggil dan diamankan.
"Ah anak itu." Alma terlihat kesal menghentakkan kakinya setelah melihat daftar nama siswa yang terlibat kasus tersebut.
"Bu?" Alma menoleh. Terlihat seorang siswa laki-laki dengan kacamata tebalnya menatap Alma dengan wajah tegangnya.
"Ada apa? Eh kamu yang waktu itu?"
"Tolong bantu Ravindra. Dia tidak melakukannya, kemarin dia kecelakaan. Nama-nama itu nama siswa yang tidak masuk kemarin." Alma masih bergeming_antara percaya atau tidak pecaya ucapan siswanya itu.
"Dua hari yang lalu dia kecelakaan saat pulang sekolah. Saya lihat sendiri bu karena kemarin dia kecelakaan persis di depan ruko saya." Alma bergeming ia masih mencoba mencerna ucapan tersebut.
"Ibu bisa telfon orangtua saya. Mereka yang mengantarkan Ravindra ke IGD."
Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Terlihat beberapa polisi masih melontarkan beberapa pertanyaan kepada para siswa tersebut. Secara bergilir mereka diintrogasi dan ini merupakan giliran Ravindra dengan wajah datarnya ia menatap kosong kearah polisi yang tengah melontarkan pertanyaan padanya.
"Jawab!" Laki-laki ini hanya terdiam. Matanya menatap sebal kearah polisi, ntah sudah berapa kali ia ditampar bahkan beberapa kali diberikan bogeman.
"Permisi." Terlihat polisi tersebut saling berbisik .
"Kamu boleh keluar." Ravindra terlihat bingung_menoleh kearah teman-temannya yang menatapnya tajam.
***
"Kenapa tidak membela diri sih." Alma yang sedari tadi mengomel membuat Ravindra terkekeh
"Cerewet!" Ravindra bergeming_tersenyum tipis dan dilanjutkan dengan menyantap mie ayam pesanannya.
Kini keduanya tengah berada di sebuah warung mie ayam. Setelah mendengar salah satu teman Ravindra_Alma segera menghadap kepada kepala sekolah. Lama sekali ia meyakinkan kepala sekolah mengingat catatan kasus Ravindra di sekolah yang lumayan banyak_dilanjutkan dengan menjelaskan pada polisi dengan memberikan beberapa bukti dan membawa saksi