***
Angin malam berhembus menabrak pelan wajah cantik yang terlihat tengah asyik memandangi langit yang dipenuhi Bintang. Senyumnya terukir indah memandangi langit malam yang membentang.
"Kenapa?" Gadis ini menoleh_Laki-laki itu menghempaskan tubuhnya tepat di samping Alma.
"Aku kebangun, susah tidur lagi." Ravindra masih terdiam, ia fokus pada rembulan yang memancarkan cahayanya.
"Lin. Apapun yang terjadi kuat ya." Alma menoleh_Ravindra menatapnya tulus membuatnya mengangguk pelan.
"Vi aku bingung setelah besok hidupku bagaimana ya?" Ravindra mengusap lembut puncak kepala Alma_Gadis ini menyandarkan kepalanya di bahu Ravindra.
"Tetap kuat ya Lin" Alma mengangguk pelan.
"Sudah, sana tidur." Ravindra tersenyum hangat_Alma bangkit seraya mencubit pelan pipi Ravindra.
"Selamat Malam Vi." Tubuhnya menghilang dibalik tenda. Ravindra kembali pada posisinya melihat pantulan rembulan di lautan yang terlihat tenang.
"Lin kamu seperti lautan, terlihat tenang tapi gelombang di dalamnya terlalu ramai. Semoga kamu selalu kuat ya Lin." Monolog Ravindra.
***
"M O N Y E E E E E E E T." Teriakkan Doni menggelegar.
"Apasih berisik!" Ketus Meli dengan tatapan membunuh_Doni masih sibuk berlari mengejar seekor monyet yang berlari membawa kabur sesuatu.
"Kenapa?Kenapa?" Gian yang baru saja bangun seketika berlari keluar tenda.
"M O N Y E T." Ucap Doni penuh penekanan.
"E buset baru bangun udah dikatain Monyet." Adit yang baru saja keluar tenda menatap tajam kearah Doni.
"Ituloh monyet tadi dia gangguin persediaan makanan kan, yaudah aku lempar pake sandal. Eh sandalnya dibawa kabur sama dia. Aku coba kejar dia kabur larinya cepat sekali." Doni segera menjelaskan saat melihat Adit menyipitkan matanya.
"Beneran monyet? Kamu tidak sedang mengejek saya kan????" Adit melangkah mendekat kearah Doni membuat laki-laki ini semakin mengibas-ngibaskan kedua tangannya.
"Ini sandal aku sebelah kemana ya?" Nuna yang baru saya bangun terlihat sibuk mencari sendalnya yang tidak terlihat. Wajahnya masih mengantuk lengkap dengan roll yang menempel di rambutnya.
"Nah berarti sandalnya Nuna tuh." Semua mengangguk setuju_Nuna yang masih belum mengerti masih saja mencari keberadaan sandalnya.
"Hayoloh Don." Radit yang daritadi menyimak tiba-tiba menimpali.
"Apa? Doni liat sandal aku?" Doni menyeringai seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sedangkan Radit dan yang lain hanya bisa menahan tawannya.
"He he Na, Maaf ya sandalnya dibawa kabur monyet." Ucapnya dengan wajah tanpa dosa.
"DONIIIIII." Semua tertawa melihat Nuna yang sibuk menghujani Doni dengan pukulan. Di sisi lain Alma dan Aufa yang baru saja kembali setelah menikmati sunrise bingung melihat Radit yang tertawa sambil memegangi perut.
"Kenapa?" Semua menoleh kearah suara_Ravindra yang ikut menoleh seketika menutupi Alma.
"Itu diikat yang bener. Leher kamu." Alma melotot seraya mengeratkan ikatan pada hoodie yang ia kenakan. Aufa yang melihat interaksi keduanya hanya bisa tersenyum tipis seraya menjauh dari keduanya.
"Duh Dit aku jadi pengen pake Hoodie juga deh." Goda Aufa
"Eeh jawab, kenapa?" Aufa kesal karena fokus yang lain malah teralihkan ke Alma dan Ravindra.