***
Mobil Pajero sport hitam ini terlihat sudah terparkir rapi di depan coffee shop yang masih ramai_nampak keduanya fokus pada dunianya masing-masing.
"Segera ambil barang-barangmu. Aku akan mengantarmu pulang." Gadis ini bergeming ia hanya diam seraya melepaskan plester di tanganya.
Plak
"Aw." Pekik Alma saat Ravindra memukul tangannya.
"Masih sakit kan? Kenapa dilepas? Bisa tidak berhenti berpura-pura kuat? Empat tahun berpisah aku kira kamu sudah berubah. Diam disini aku segera kembali." Ravindra belalu seraya menginggalkan Alma yang masih terpaku di dalam mobil.
"Permisi mbak, Saya mau mengambil barang-barang Alma." Shila nampak menatap Ravindra bingung_ia tidak pernah melihat laki-laki tersebut.
"Kamu siapa? Dimana mbak Alma?" Gadis ini menatap penuh selidik membuat Ravindra menjadi sedikit kesal.
"Aku Ravindra. Aku hanya ingin mengambil barang-barang Alma, dia sakit butuh istirahat." Shila masih belum percaya ia mengekori langkah Ravindra. Terlihat Alma sudah berdiri di depan mobilnya.
"Mana kunci mobilku?" Ravindra tidak menggubris ia masih sibuk memasukkan tas dan beberapa barang yang Alma miliki.
"Masuk!" Alma tersentak mendengar teriakkan Ravindra_Shila yang mendengar itu seketika menarik tangan Alma.
"Heh kenapa? Nggak apa-apa Shil, Titip Coffee shop ya." Shila mengangguk pelan seraya melepaskan pegangannya_matanya mengawasi Ravindra yang terlihat acuh padanya.
***
"Terimakasih, maaf merepotkanmu." Ravindra terkekeh ia menoleh menatap Alma yang tengah menatapnya dengan tatapan teduh.
"Besok tidak perlu bekerja, malam ini tidur lebih awal matikan ponselmu." Alma menggeleng cepat, membuat Ravindra menatapnya kesal.
"Kau masih keras kepala." Gadis ini terkekeh_ia membuang pandangannya ke luar.
"Bagaimana? Apa masih merindukanku?" Alma menoleh menatap Ravindra tajam.
"Apa? Nampaknya hingga sekarang aku masih tersimpan di pikiranmu? Setiap hari tanpa absen selalu mengirimiku pesan." Wajah gadis ini seketika berubah menjadi merah padam. Segera mencoba membuka pintu mobil namun ternyata Ravindra lebih dulu menguncinya.
"Aku juga merindukanmu." Ravindra menarik gadis ini kedalam dekapannya_Alma tersentak namun beberapa saat air matanya sudah keluar membanjiri seluruh wajahnya. Aroma maskulin yang ia rindukan kini kembali. Ia memeluk Ravindra erat menumpahkan seluruh air matanya.
"Kamu jahat. Kenapa harus memblokir sih, hiks..hikss jahat. Aku jadi kayak orang gila kan mengirimimu pesan setiap hari." Gadis ini memukul pelan dada laki-laki yang tengah mendekapnya ini. Ravindra terkekeh mengelus pelan punggung gadis yang berada di dekapannya.
"Maaf. Setelah kepergianmu rasanya aku harus segera memperbaiki diri. Memperbaiki semuanya, setelah kamu pergi duniaku kembali hampa untung saja tidak lama setelah itu aku masuk kuliah, aku mencoba memperbaiki pergaulan dan kehidupanku. Dan kamu tahu? Aku sudah sarjana, sekarang sedang menyelesaikan magisterku. Aku mengambil program fast track kamu tahu rasanya menyelesaikan skripsi tapi dibayang-bayangi tesis? Muak rasanya." Alma terkekeh ia mendengar cerita Ravindra dengan seksama.
"Lalu?" Ravindra tekekeh _ ia menarik Alma kedalam dekapannya lagi.
"Bersih-bersih ya, setelah itu Makan dan minum obat lalu istirahat." Ia mendengus kesal mendengar ucapan Ravindra.
"Sudah sana masuk, ini kunci mobilnya. Aku pulang." Tidak ada sahutan Alma hanya mematung menatap Ravindra dengan wajah kesalnya.
Ravindra berlalu begitu saja meninggalkan Alma yang masih menatapnya dari kejauhan.