Hubungan keduanya menjadi sangat akrab. Seperti sekarang, sembari menunggu ibu selesai bekerja, Gianna meminta tolong Abimana untuk mengajari tugas sekolahnya. Mereka saat ini berada di halaman belakang rumah Abimana. Duduk di bangku kayu bersama secangkir teh dan biskuit sebagai camilannya.
"Nah jadi ini nanti angka 2 nya tinggal dikali sama hasilnya." Jelas Abimana.
"Loh ternyata segampang itu, tadi kok aku ngitung nggak nemu-nemu ya hasilnya."
"Matematika itu nggak cuma harus hafal rumusnya, tapi lo juga harus teliti sama angka-angkanya."
"Aduh aduh kepalaku nyut-nyutan."
"Hadehh alesan nih pasti."
"Ih tapi serius deh kok kamu bisa pinter gitu sih." Puji Gianna dengan raut wajah seriusnya.
"Enggak ah biasa aja."
"Nih ya, cara kamu jelasin tadi tuh kaya udah menguasai materinya banget. Terus penjelasannya juga singkat dan jelas. Makanya aku langsung ngerti."
"Bagus dong kalo gitu. Nanti kalo ada materi yang susah lagi tanya gue aja."
"Emang bolehh??"
"Bolehh lima puluhh.." Abimana melanjutkan meme yang sedang viral di aplikasi tiktok tersebut.
"Hahaha." Dan mereka pun tertawa karenanya.
Mereka menyelesaikan acara belajar dadakannya. Gianna mengemasi semua buku-bukunya karena hari sudah mulai gelap. Sebentar lagi ibunya pasti akan memanggilnya.
"Oh iya by the way minggu depan sekolah gue sama lo mau tanding basket."
"Wah beneran kah?" Tanyanya dengan antusias.
"Iya, sekolah lo jadi tempat opening turnamen basket tahun ini. Turnamen ini juga jadi pertandingan terakhir buat team angkatan gue sebelum lulus dari sekolah."
"Aku usahain buat nonton dehh."
"Harus dong."
Semua kelas dibubarkan lebih cepat dari biasanya. Dikarenakan sekolah Gianna terpilih sebagai tuan rumah turnamen basket tahun ini. Acara ini diadakan setiap satu tahun sekali. Sekolah yang memenangkan pertandingan, akan menjadi tuan rumah di turnamen berikutnya.
Kedua teman Gianna, Aruna dan Adista sangat antusias untuk menonton pertandingan tersebut. Mereka berdua segera berkemas sebelum pergi ke lapangan basket indoor.
"Aku ikut dong," ucap Gianna.
"Hah? Nggak salah denger nih gue??" Heran Aruna.
"Boleh nggak?" Tanya perempuan itu lagi.
"Ya boleh lah. Pasti bakalan seru kalo kita nonton bertiga, iya nggak Ta?"
"Hooh, lagian lo tumben amat mau ikut, biasanya juga malah mlipir ke perpustakaan tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (End)
Fanfiction"Kalau aja waktu itu kita nggak ketemu, kalau aja dulu kita nggak mutusin buat saling kenal, mungkin sekarang hidupku nggak akan sebahagia ini. Thank you Gianna, for choosing me to be a part of your life." -Abimana