Abimana memilih jadwal konsernya sendiri pada akhir tahun, alasannya agar hari-hari itu lebih mudah diingat dalam hidupnya. Tur kota itu akan diadakan selama satu bulan penuh, di 10 kota besar Indonesia.
Laki-laki itu hampir menangis saat menyelesaikan konser pertamanya di kota Surabaya. Ribuan penggemar mendatanginya, menyanyikan lagunya, mendukung dirinya sepenuh hati mereka. Membuatnya seketika meneteskan air mata saat melihat suasana di atas stage miliknya.
Finally. Perlahan semuanya akan tercapai satu persatu.
Sebagai seorang musisi, konser selalu menjadi sebuah impian. Menunjukkan kepada semua orang, bahwa penyanyi tersebut sudah mencapai titik kesuksesannya.
Album pertamanya sukses meledak dimana-mana. Lagu utamanya berhasil menduduki peringkat tangga nada nomer satu Indonesia.
Semua crew, staff di belakang panggung memberikan selamat untuknya. Deon dan Theo yang sudah dianggapnya sebagai kakak sendiri itu juga selalu memberikan dukungan untuknya.
Langkahnya memasuki ruangan tunggu, melepaskan semua atribut dan mengganti kostumnya.
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok ibunya yang juga datang untuk menonton anak laki-lakinya itu. Abimana memeluk Nara dengan pundaknya yang bergetar hebat. Tangisnya tumpah, ia terus menggumamkan rasa syukur atas semua pencapaiannya sampai hari ini.
"Selamat ya nak, you made it. You always make me proud, you're very amazing superstar in my heart. Kamu keren, kamu bisa melakukan semuanya, bunda bangga sekali sama kamu, selalu." Anara turut menangis memeluk putranya, dia mengecupi puncak kepalanya beberapa kali sebagai wujud rasa bangga terhadapnya.
Nara satu satunya keluarga yang selalu menemani anak laki-lakinya itu. Ia bahkan berjanji akan menonton semua pertunjukannya.
Abimana harus segera beristirahat di hotelnya. Senyumnya seketika muncul melihat beberapa notifikasi masuk pada ponselnya. Pelakunya sudah pasti Gianna, perempuan yang tidak pernah absen menanyai keadaanya dimana pun laki-laki itu berada.
Sambungan video call dengan kekasihnya terhubung cepat.
"Hei sweetie." Abimana menyapanya dalam keadaan telanjang dada setelah mandi.
"Pake baju duluu."
"Kenapa emangnya? Bukannya kamu suka liat aku kaya gini?"
"Nggak usah mancing aku ya mas, kita masih jauhan."
Abimana melepas handuk yang dikenakannya, lalu sengaja menggantinya dengan celana pendek calvin klein yang membuat kejantanannya terlihat menonjol. Ia membiarkan tubuh bagian atasnya shirtless memperlihatkan otot-otot perutnya yang keras.
Gianna berusaha mengalihkan pandangannya dari bagian intim kekasihnya itu.
"Gimana tadi konsernya?"
"Seru, aku masih nggak nyangka bisa berdiri di panggung besar terus ditonton sama ribuan orang."
"Glad to hear that, aku bangga banget sama kamu."
"Sayang banget nggak bisa dateng nonton langsung, maaf ya mas."
"Nggak papa cantik. Aku udah merasa cukup seneng liat kamu sekarang ini. Tiba-tiba rasa capekku juga ilang."
"Ah bohong. Paling juga kalo dipijitin tetep mau kamu."
"Iya apalagi dipijitin kamu hehe."
"Lagi ngapain sih kok daritadi kayak sibuk banget jalan jalan mulu."
"Aku abis belajar terus ini masih beresin buku."
"Aduh rajinnya ibu dokterr.."
"Aku mau liat kamu dong sayang.."
"Loh ini kan juga udah liat?" Balas Gianna mengezoom wajah miliknya.
"Sampe bawah dong sayang hehe." Pintanya lagi.
"Hehe hehe mulu kayak orang mesum."
Walaupun sambil menggerutu, Gianna tetap menuruti kemauan kekasihnya. Dia mengarahkan ponselnya keatas, menyibak rambut panjang yang menutupi bahunya. Perempuan itu tengah duduk di atas ranjang, hanya mengenakan celana dalam beserta tanktop mini yang hanya menutupi setengah dari payudara besarnya saja.
"Tau nggak, junior aku ini jadi tegang banget habis liat nen kamu." Laki-laki itu mengarahkan kameranya ke kejantanannya. Dia mengusapnya dari luar celana dalamnya itu.
"Dasar lemah baru gitu aja udah tegang."
"Eh nggak usah ngeledek ya, kamu juga kalo nen nya diremes langsung desah keenakan."
"Diem dehh.."
Selanjutnya mereka malah melanjutkannya dengan vcs (video call sex). Padahal keduanya baru berjauhan sekitar 3 hari yang lalu. Dan sebelum pergi, Abimana juga sudah (menggempurnya) tanpa henti.
Selama satu jam mereka melakukan aktivitas itu. Gianna mengakhirinya, dia memaksa laki-laki itu untuk tidur karena besoknya ia harus berlatih kembali untuk konser selanjutnya.
"Bentar bangett.."
"Besok kan bisa lagi."
"Habis ini pap ya cantik, yang banyak. Mau yang (itu) juga."
"Byee goodnight, selamat tidur mas." Gianna tidak menggubris ucapannya tadi. Ia langsung mematikan sambungan teleponnya begitu saja setelah berpamitan padanya.
Namun beberapa menit setelahnya terdengar dentingan suara notifikasi dari ponsel miliknya.
Gianna send 27 photos on you..
Abimana kembali menarik senyumnya. Mengetik balasan singkat untuk kekasihnya itu, "I love sayang."
Sebelum benar-benar tidur, laki-laki itu membuka lagi celana dalamnya. Dia melakukannya sendiri sambil melihat foto kekasihnya yang berpose seksi tanpa sehelai benang pun di tubuhnya.
"Shhh ahhh fuck fuckk Gianna ahhh.." usai mencapai klimaksnya, barulah Abimana tidur lelap di ranjang miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (End)
Fanfiction"Kalau aja waktu itu kita nggak ketemu, kalau aja dulu kita nggak mutusin buat saling kenal, mungkin sekarang hidupku nggak akan sebahagia ini. Thank you Gianna, for choosing me to be a part of your life." -Abimana