Berulangkali Nara menyuruh laki-laki itu untuk menemuinya. Dan hari ini tepatnya Abimana mengajak Gianna ke Semarang untuk pulang bersamanya.
"Kita perlu beli apa gitu nggak mas buat bunda?" Tanya Gianna kepada Abim.
"Bunda kayaknya nggak butuh apa-apa, tapi kita butuh stok kondom yang banyak."
Plak. Sebuah tepukan ringan mendarat di lengan laki-laki itu. "Mulutnya ih!" Abimana hanya balas menyengir kepadanya.
Senyum hangat Nara menyambut kedatangan keduanya di depan pintu rumahnya.
"Kalo nggak disuruh balik juga nggak inget bunda ya kamu mas Abimm." Gemas Anara mencubit lengan anak laki-lakinya.
"Mana ada begitu bunn, rencananya kan Abim emang mau pulang kalo libur semester," jawabnya dengan raut cemberut merayu ibunya.
Keduanya dibawa ke dapur, disana Anara sudah menyiapkan aneka kue dan camilan hasil dari buatannya.
"Mumpung liburnya lamaaa nginep disini nemenin bunda paling enggak 2 sampe 3 hari."
"Nggak bisa sampe beberapa hari gitu bunda, kan Abim harus latihan musik juga disana."
Anara mendesah kecewa mendengar ucapan Abimana. "Yaudah ndak apa biar nanti bunda yang kesana sama ayah." Jelas akhirnya.
Setelah menata jamuannya, Nara ikut duduk bersama kedua remaja itu. "Gimana cantik kuliahnya seneng?"
"Seneng udah pasti dong bunda, kan aku berhasil masuk ke jurusan impian aku. Capek Iya sedikit, materinya banyak banget kadang bikin stres, harus hafalan setiap waktu. Tapi ya selama ini aku enjoy aja bunda, karena seneng ngejalaninnya."
"Syukur ya kalo gitu, jangan lupa kabarin bunda terus, jangan bosen buat cerita sama bunda."
Perempuan itu balas tersenyum kepadanya. "Pasti dong bunda," jawab Gianna.
Malam harinya pukul 10 malam, Abimana dan ayahnya duduk di halaman belakang, meminum kopi, merokok, sembari berbincang tentang kehidupannya masing-masing.
"Udah berapa kali kamu nidurin Gianna?" Tanya Reno tiba-tiba.
Dahinya mengkerut heran, lalu ia mengepulkan asap rokoknya yang telah dihisapnya. "Mana ada aku nidurin yah ah."
Reno terus memicingkan mata pada anak laki-lakinya itu, membuat Abimana kesal merotasikan bola matanya. "Ck, tidur bareng sih sering, tapi kalo nidurin ya adalah 3 atau 4 kali lah," jawab Abimana sambil membuang muka ke arah lain.
Pria dewasa itu hanya menganggukkan kepalanya mengerti. "Ya kamu pasti udah paham, udah besar, udah dewasa, tau baik buruk perbuatanmu, sama konsekuensinya nanti gimana. Jangan lupa main aman, sedia kondom sekardus biar puas mainnya," ucap Reno dengan nada santainya.
"Pantesan lo jadi bapak gue." Abimana mengepalkan tangannya ke arah Reno yang langsung mendapatkan tos dari pria tersebut.
"Gue juga pernah muda ya Bim."
"Udah sana masuk pacarnya dikelonin." Perintah Reno akhirnya.
"Kalo masih kurang buka aja laci ruang kerja ayah Bim banyak stoknya."
"Siap yah!"
Setelah hisapan terakhirnya, Abimana membuang puntung rokok itu di tempatnya. Kemudian, ia menuruti ayahnya untuk pergi ke kamar miliknya bersama dengan Gianna.
"Abis ngobrol sama ayah mas diluar?"
"He um."
Tangan nakal Abimana mulai menyusup kedalam gaun tidur yang dikenakannya. "Ini dirumah orang tua kamu loh mas." Peringat Gianna.
"Satu ronde aja sayang, penis mas udah tegang banget ini mau masuk sebentar."
"Aku ngantuk banget mass." Tolak Gianna dengan halus.
"Its okay sambil bobo, asal suaranya nggak kenceng pas kamu desahnya."
Tanpa membuang waktu Abimana segera melucuti celananya. Ia juga menaikan gaun tidur Gianna serta menyingkirkan celana dalamnya. Setelah melakukan penetrasi sebentar pada kejantanannya, laki-laki itu langsung memasukkan benda tersebut pada lubang kewanitaannya.
Dengan posisi tidur Gianna yang menyerong, Abimana terus menggenjot penyatuan itu tanpa jeda.
"Shh ahh.." desah perempuan itu dengan pelan.
Sesuai janjinya tadi, setelah masing-masing mendapat pelepasannya, Abimana pun mencabut penisnya dari dalam kewanitaan tersebut.
"Thank you sayang." Abimana memberinya kecupan singkat pada bibirnya, sebelum ia ikut tidur bersama dengan perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (End)
Fanfiction"Kalau aja waktu itu kita nggak ketemu, kalau aja dulu kita nggak mutusin buat saling kenal, mungkin sekarang hidupku nggak akan sebahagia ini. Thank you Gianna, for choosing me to be a part of your life." -Abimana