Selama 7 tahun berpacaran, banyak sekali masalah kecil yang muncul untuk menguji hubungan pasangan tersebut. Justru permasalahan itu membuat mereka semakin mengenal satu sama lain lebih dalam.
Sudah satu minggu semenjak Abimana berbicara mengenai mantan kekasihnya, dan selama itu pula Gianna mendiamkannya. Padahal perempuan itu sendiri yang menyuruhnya untuk bercerita.
Kejadiannya sudah sangat lama, tentu saja semua orang pernah menyukai orang lain. Bahkan perasaan itu datang sebelum sosok Gianna muncul dalam hidupnya.
"Beneran sayangg aku udah nggak ada hubungan apa-apa ke dia. Setelah lulus kita bahkan nggak ada kontakan lagi,
Aku juga nggak pernah ketemu sampe sekarang. Semenjak kamu dateng, aku langsung beralih suka ke kamu." Jelas Abimana dengan sejujur-jujurnya kepada kekasihnya itu."Terus semisal cinta pertama kamu itu hubungin lagi, dateng lagi ke kamu. Kamu mau terima dia?"
"Nggak dong cantik, kenapa aku harus balik. Aku kan udah punya kamu."
Itu adalah percakapan terakhir mereka. Entah Abimana harus senang atau sedih, karena akhirnya perempuan itu cemburu kepadanya.
Selama ini Gianna hanya diam, saat banyaknya penggemar ataupun teman kampusnya yang terang-terangan menyukai laki-laki itu. Abimana sampai cemas, mempertanyakan dirinya kenapa kekasihnya itu tidak pernah kesal, dan cemburu? Apakah memang dia tidak menyukainya? Namun sekarang terjawab sudah rasa gelisahnya.
Ponselnya tidak dapat dihubungi, semua pesan yang masuk hanya dibaca oleh perempuan itu tanpa dibalasnya. Abimana sampai menyuruh managernya itu untuk mengganti jadwal latihannya, demi memperbaiki hubungannya itu dengan Gianna.
Laki-laki itu melangkahkan kakinya di gedung rumah sakit tempat kekasihnya bekerja. Sudah satu tahun sejak Gianna menyelesaikan pendidikan kedokterannya selama 6 tahun itu. Dan kini ia sudah diperbolehkan bekerja sebagai dokter umum di salah satu rumah sakit ternama.
"Permisi sus?"
"Iya ada yang bisa saya bantu?? eh mas Abimana, mau cari dokter Gianna ya?"
"Iya sus, dimana ya sekarang?"
"Dokter Gianna sedang memeriksa pasien di ruang inap, sebentar lagi juga selesai. Mas silahkan tunggu saja di ruangannya."
"Baik sus terima kasih ya."
"Iya sama-sama."
Beberapa menit kemudian, tibalah perempuan itu masuk ke ruang kerjanya. Disana sudah ada Abimana yang setia menunggu kedatangannya.
"Udah lama nunggunya?" Ucap Gianna sembari melepas jas dokter miliknya.
"Nggak kok aku baru aja sampe disini."
Gianna hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Suasana menjadi canggung setelahnya, perempuan itu bahkan menarik napas panjang sebelum memutuskan duduk di sebelah Abimana.
Telapak tangan Abimana naik untuk mengusap pipi kekasihnya. "Capek banget ya?" Tanyanya dengan suara pelan.
Gianna mengangguk. "Iya, IGD rame banget hari ini."
"Sayangg kamu masih marah sama aku?"
"Nggak kok."
"Kenapa telponku nggak diangkat? Kenapa semua pesanku cuma dibaca sama kamu hm?"
"I'm tired.. aku capek tapi nggak mau ganggu kamu. Karena aku tahu kamu lebih capek dari akuu.."
"Whyy?? Kenapa kamu bisa mikir kayak gitu?"
"Sekalipun aku nggak pernah ngerasa kamu nyusahin aku. Justru aku seneng kalo kamu mau cerita, mau bagi semua rasa kamu ke aku. Ada apa sayangg.. kamu mau cerita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (End)
Fanfiction"Kalau aja waktu itu kita nggak ketemu, kalau aja dulu kita nggak mutusin buat saling kenal, mungkin sekarang hidupku nggak akan sebahagia ini. Thank you Gianna, for choosing me to be a part of your life." -Abimana