Kejadian setahun yang lalu membuat Viola Raqilla berubah drastis. Ia yang dulunya ceria menjadikannya takut akan semua orang. Ia lebih banyak menutup diri dikarenakan semenjak kejadian itu mengharuskannya home schooling.
Viola yang sudah terbiasa de...
Semoga suka dengan cerita ini, jangan lupa kasih saran dan kritiknya agar novel ini berkembang menjadi lebih baik°-°
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
][][][][
P A R T 21
"Ini rumah siapa pah" Farah masih tak mengerti kemana suaminya membawanya. Rumah tersebut sangat asing dan seingat dia David tidak memiliki kenalan yang tinggal dirumah ini.
David masuk begitu saja kerumah tersebut setelah sempat janjian terlebih dahulu. 2 pelayan datang dari arah dapur untuk mempersilahkan David mengikutinya dimana sudah ada seseorang yang menunggu.
David sudah mulai hafal dengan beberapa ruangan pada rumah tersebut. Ini menandakan bahwa dia sering berkunjung kesini.
"Duduk Pak, Buk" seorang pria paruh baya mempersilahkan mereka berdua duduk. Meminum kopinya beberapa tegukan sebelum akhirnya memulai pembicaraan.
"Sepertinya ibuk baru pertama kali bertemu saya, baik perkenalkan nama saya Ares Dwiyanto. Selaku direktur SMA Negeri Langit" Pria itu beberapa kali membenarkan letak kacamata bulatnya.
Farah yang mulai mengerti kemana arah pembicaraan itu. Menerima jabatan pria paruh baya di hadapannya.
"Apa boleh langsung kepada intinya?" Tanya David tak sabar dengan apa yang dikatakan Ares.
"Jadi begini pak David, buk Farah. Saya mendapat kabar bahwa sepupu dari orang yang pernah membuly anak anda sudah dipastikan berada di sekolah itu. Cuma untuk sekarang yang bisa saya informasikan bahwasanya dia berada di kelas 12. Masih belum tau kelas 12 apa, sebab sebagian data di privasikan sehingga sangat susah untuk menjebol data pribadi" tukas pria paruh baya itu melepas kacamatanya dan mulai mengurut dahinya yang mulai terasa pening. Pria itu sudah tau dengan apa yang terjadi kepada anak dari kedua orang yang berada dihadapannya. Temannya Bagas telah menceritakan, bahkan meminta dia untuk melakukan sesuatu hal agar kejadian tersebut tidak terulang. Sebenarnya bukan masalah besar untuknya mencegah tindak pembulyan, lagipun dia juga membenci bully yang sering terjadi kepada anak yang tidak berdosa hingga berakhir kehancuran bagi mental anak tersebut. Namun sayangnya, semakin terjerat dalam semua masalah ini, makin banyak juga yang ia paham. Bahwa ini bukan masalah biasa. Orang tua yang bersangkutan bukanlah orang yang bisa di anggap remeh. Bisa saja mereka akan balas dendam atau bahkan melakukan hal nekad lainnya.
"Pah gimana ini, Mama makin takut buat nyekolahin Viola" Farah mulai memasang raut muka cemas. Tidak ada orang tua yang ingin anaknya terluka, semuanya pasti akan melakukan segala cara agar bisa mengatasinya. Dan itulah yang dilakukan David dan Farah.
"Mama tenang dulu" bisik David.
"7 hari lagi pak, apakah bisa semua informasi lengkapnya ada" harap David.