Part 19

11 7 0
                                    

Assalamualaikum semuanya

Semoga suka dengan cerita ini, jangan lupa kasih saran dan kritiknya agar novel ini berkembang menjadi lebih baik°-°

Semoga suka dengan cerita ini, jangan lupa kasih saran dan kritiknya agar novel ini berkembang menjadi lebih baik°-°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

][][][][

P A R T 19

"Duduk aja dulu dek, nanti ibu panggil kalau udah selesai bicara" wanita paruh baya itu mulai melihat kearah Viola. Viola yang kaku dan hanya berdiri disana yang  membuat ibu itu sedikit kasian karna ia yakin Viola pasti capek.

Viola pun hanya menganggukkan kepala, mulai berjalan kearah kursi terdekat. Menumpu wajahnya pada kedua telapak tangannya.

Yang hanya bisa dia lakukan adalah melamun. Banyak hal yang dia pikirkan. Mengenai Rian yang pastinya khawatir dan mencarinya. Bagaimana keadaan sepupunya itu sekarang, apakah dia sudah balik kebandung meninggalkan dia.

"Ehhmm" suara deheman seseorang menyadarkan Viola dari lamunannya.

Viola melihat orang itu beberapa saat. Sebelum membuang muka.

"Nama lu siapa?" Tanya pria itu yang ternyata penjaga perpustakaan. Viola yang takut dengan suaranya yang terbilang sedikit serak dan penuh intimidasi. Tidak berani melihatnya yang terus menatapnya. Viola memilih untuk tetap menunduk.

"Kenalin nama gua Andra Elvano Abrisam, panggil aja Andra" tak kehabisan ide. Pria itu mengulurkan tangannya kearah Viola berniat ingin bersalaman.

"Vi- Viola" ucap Viola gugup. Tak berniat membalas uluran tangan  pria itu. Pria itu hanya menghela nafas sebelum kembali membuka pembicaraan.

"Bu Desi dah jelasin semuanya tadi, lu gak tau jalan pulang" kernyit pria itu yang merasa aneh dengan Viola. Tidak habis pikir bagaimana bisa seorang gadis remaja bisa lupa akan rumahnya sendiri, Viola juga bukan anak kecil yang tersesat.

"I-iya, tadi jalannya ngelamun, makanya gak sadar dah sampe sini" terang Viola. Mengatakan apa yang terjadi dengannya.

Lu gak sakitkan" pria itu menyatukan alisnya menanti jawaban Viola. Sebab jawaban Viola yang bisa dibilang tidak masuk akal.

"Gua sehat, gua pengen pulang" ucap Viola lemah. Hanya dia harapan Viola untuk bisa kembali pulang.

Pria itu mengangguk mengerti.
"Gua anterin lu pulang habis ini, tapi tunggu teman gua kesini buat nutup perpustakan" ucap pria itu. Sekarang pria itu sudah berpindah untuk duduk di samping Viola.

Sorot mata teduh dengan wajah tampannya yang tercetak, tidak lupa juga terdapat tindik telinganya beserta mulutnya yang diberi tindik juga. Itu yang dapat Viola simpulkan.

"Lu tinggal dimana" tanya pria itu lagi.

"Di kompleks perumahan A1B" tukas Viola.

"Ouhh sebelah kompleks gua, gua di A1C" ucap pria itu.

Don't Disturb Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang