❝RAMPAS SEJARAH MENANGKAN MASA DEPAN!❞
⋆⋆⋆
𝐍𝐀𝐊𝐔𝐋𝐀 dan 𝐒𝐀𝐃𝐄𝐖𝐀. Sepasang anak kembar yang terlahir sebagai lambang persatuan keluarga, namun tumbuh bersama dendam dan kebencian. Terbalut kema...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
᛫◧᛫
❝Musuh bebuyutan kita sekarang tampaknya sedang berusaha menggulingkan kita secara terang-terangan, setelah kamu membangunkan mereka.❞
MIMPI buruk itu datang kembali.
Bukan sekedar mimpi, itu adalah ingatan masa lalu Nakula. Harusnya Nakula melupakannya, tetapi dendam dan api amarah yang meluap di dadanya, menolak.
⋆⋆⋆
Lima tahun lalu ...
Nakula tidak salah lihat. Ibunya terbaring di lantai dengan mata tertutup tanpa ada sedikit pun tanda-tanda bernapas, mati.
Tepat di depan jasad ibunya itu, berdiri Sadewa dengan pistol tergenggam di tangan.
"Sadewa?" Nakula berusaha keras memahami apa yang terjadi, pemandangan di depannya menimbulkan pikiran-pikiran subjektif yang menyeramkan.
Belum sempat Nakula bertanya, Sadewa berbalik dan langsung menembaknya.
Dor!
Suara tembakan menggema di ruang keluarga itu. Dari bahu Nakula mengalir darah, dengan cepat membasahi kemejanya. Lampu-lampu ruangan yang mati, permadani usang yang terkotori darah, menambah suasana dramatis yang terjadi.
"SADEWA!" teriak Nakula sebelum tubuhnya jatuh terkapar di lantai. Lemah tak berdaya, matanya perlahan menutup, sesaat kemudian jiwanya tersedot masuk ke dalam kegelapan yang membingungkan.
⋆⋆⋆
Nakula terbangun. Tubuhnya tersentak dan napasnya terengah-engah.
Sial. Mimpi itu lagi.
Nakula memukul bantal di sampingnya, hal yang biasa ia lakukan setiap mendapatkan mimpi menyebalkan itu. Tiap malam, tanpa bisa berkompromi dengan alam bawah sadarnya, Nakula disiksa oleh ingatan kelam masa lalunya.
Ia ingat jelas bagaimana wajah pucat dan dingin ibunya waktu itu. Dengan Sadewa berada di dekatnya, mencengkeram pistol, berdiri dengan gagah seperti singa yang senang telah berhasil melumpuhkan lawan.
Muak.
Kapan mimpi itu akan berhenti menerornya? Nakula benci terus-terusan melihat wajah Sadewa yang memandangnya dengan tatapan seolah Nakula adalah satu-satunya pendosa yang harus diberi karma seburuk-buruknya. Sesekali Nakula ingin giliran ia yang menembak Sadewa di mimpi itu. Bila perlu, meretakkan tulang-tulang kepala anak itu di tempat.
