" Selamat ulang tahun, babe!!! " seru Rossie mengecup pipi kiri dan kanan Hani dengan senang.
" Kamu harus menurunkan volume suaramu, Ross. Ini sungguh memekakkan. " Gerutu Hani namun tetap tersenyum, " Tapi, thank's for all. " Sharon memeluk erat sahabatnya.
" Kamu bisa berterima kasih padaku nanti setelah kita menghabiskan ini!! " Rossie mengeluarkan dua botol wiski mahal.
Hani memicingkan matanya, " Kamu sangat pengertian, Rocciez. "
" Jangan panggil aku dengan panggilan itu. Aku merinding jika kamu yang menyebutnya. " Rossie memeluk erat dirinya. " Sebaiknya kita mulai minum ini. " Rossie menuangkan wiski ke gelas kaca bening.
" Tunggu, sebaiknya kita campur dengan ini. " Hani berjalan ke arah kulkasnya dan mengambil tiga kaleng bir.
Rossie menyipitkan matanya, " Wooww... apa kita akan mati hari ini??!! " pekik Rossie.
" No..no...ini akan membuat kita beristirahat sebentaarrr sajaa. " Hani mencampurkan bir dan wiski dalam satu gelas dan menawarkannya pada Rossie namun sahabatnya itu menolak. Hani meminum semuanya dalam satu teguk. Rossie menggeleng pelan, Hani selalu seperti ini ketika merayakan ulang tahunnya, karena sifat Hani yang introvert jadi ia hanya merayakan ulang tahunnya bersama dengan Rossie. Hani memiliki keluarga di kampung halamannya hanya saja Hani tidak ingin sering berkunjung kesana. Alasan sepele karena Hani ingin melarikan diri dari pikirannya yang selalu teringat akan pria itu.
" Babe, sebaiknya kita berhenti minum minuman campuran ini. Kamu akan sakit kepala saat bangun jika minum sebanyak ini. " Rossie ingin mengambil gelas Hani tapi langsung ditahan.
" Tidak, aku akan minum sangat banyak hari ini, aku ingin mabuk Rocieez. " Hani menggeleng kesal.
Rossie menggeleng, " Ini saja kamu sudah mabuk. Ayolaah..."
Baru saja Rossie menggenggam tangan Hani untuk merebut gelas sahabatnya itu, tiba-tiba Hani menangis, " Aku benci hidup seperti ini. Jika saja aku bisa lebih peka dulu, mungkin aku bisa membuat dia jatuh cinta padaku, bukan? " Hani menatap Rossie dengan nanar.
Rossie melepas genggaman tangannya, " Baiklah, aku akan mengalah, minumlah sepuasnya. " Rossie menatap Hani lekat, " Padahal kau bis membuatnya jatuh cinta padamu sekarang, kenapa harus memikirkan masa lalu? Padahal biasanya kau tidak menggila seperti ini. " Decak Rossie menggeleng tidak mengerti. Meskipun Rossie baru berteman dengan Hani sejak kuliah tapi ia sudah sangat mengenal siapa pria yang selalu dipikirkan sahabatanya sejak usia 17 tahun itu.
Hani menggelengkan kepalanya lemah berkali-kali, " Kali ini, aku benar-benar tidak akan dapat mendapatkannya. " Hani menunjukkan sebuah foto dari ponselnya sambil menggigit bibir bawahnya menahan air mata.
Rossie langsung menutup mulutnya yang mengangga, " Dia akan menikah?! " Pekik Rossie.
Hani mengangguk, " Foto ini sudah sebulan yang lalu, kamu tahu, aku stop menggunakan medsos empat bulan yang lalu karena melihat dia sangat serasi dengan pacarnya. Tapi, ternyata dia sudah menikah. "
Mata Rossie berkedip beberapa kali sebelum menepuk pelan punggung Hani sambil memeluknya " Jangan sedih, itu tandanya dia bukan jodohmu, jika dia saja bisa menemukan tuan putrinya, dirimu pasti juga bisa mendapatkan pamgeranmu, Hani. "
Hani mengedikkan bahunya, " Entahlah, mungkin aku tidak pantas mengharapkan sebuah keajaiban. " Hani menuang kembali minuman ke gelasnya yang sudah kosong. Rossie enggan untuk melarang Hani untuk minum lebih banyak karena sahabatnya kali ini benar-benar butuh tempat pelarian pikirannya yang menumpuk.
Setelah meminum semuanya, Hani langsung tepar di meja, menyisakan Rossie yang sama sekali belum minum.
Rossie menghela nafas panjang, " Aku bahkan tidak mengerti, kenapa kau sangat setia pada cinta pertama yang tidak berbalas itu. " Rossie memapah tubuh Hani dan menidurkannya di kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The First and The Last
RomanceJika diingat lagi, masa-masa jatuh cinta pertama kali itu sangat memalukan namun semuanya serba pertama kali yang selalu membuat jantung berdetak cepat tapi memberikan adiksi yang membahagiakan. Hani Carlsson tahun ini akan menginjak usia 30 tahun...