Garis yang tidak pernah dimulai

5 1 0
                                    

2005, dua bulan setelah Hani pindah sekolah.

Hani menatap lama wajah Lief yang tertidur disampingnya. " Tampan sekali. " Bathin Hani.

" Apa kamu menyukainya? " Bisik Selin pelan tanpa sadar Hani mengangguk sambil tersenyum menatap Lief

Hani menggeleng cepat, " Aah, bukan itu maksudku. " Selin hanya mengangguk kecil tapi senyumnya terlihat semakin melebar hingga akhirnya Hani harus menarik Selin keluar untungnya jam istirahat belum berakhir.

Hani membawa Selin ke taman yang terletak tidak jauh dari perpustakaan sekolah. " Sudah kuduga, kau menyukainya. " Selin tersenyum lebar sambil bersidekap dada.

" Aku memang menyukainya tapi itu hanya sebatas suka dengan teman. Aku juga menyukai Tari dan juga dirimu Selin. " Kilah Hani.

" Hungg...hungg .." Selin menggeleng sambil menggoyangkan jari telunjuknya. " Sukamu pada teman yang lain itu berbeda dengan rasa sukamu pada Lief, jangan berbohong lagi. Matamu menjawab semuanya. Tatapanku berbeda ketika melihat Lief. " Selin menatap lama mata Hani yang terdiam, " Bahkan semua orang juga akan tahu kamu menyukainya jika melihat mata ini. "

Mata Hani melebar, " Apa sejelas itu? " Selin mengangguk. " Aku harus bagaimana? "

Selin mengajak Hani duduk di kursi taman, " Mudah saja. Jika dia juga menyukaimu, kamu bisa berpacaran dengannya. "

Hani menggeleng cepat, " Aku tidak bisa. Aku saja belum pernah berpacaran pasti akan sangat aneh. "

" Belum pernah berpacaran? Serius?!! Waah..dengan wajahmu ini aku berpikir setidaknya kamu sudah pernah berpacaran dua atau tiga kali. " Selin memperhatikan wajah Hani yang tergolong cantik manis.

" Itu karena aku tidak pernah menyukai orang lain. " Lirih Hani.

" Whaaatt!!! Jadi dia cinta pertamamu??!! Waaah .. itu artinya kamu harus bersiap untuk dua kemungkinan. " Selin menggeleng cepat.

" Memangnya ada apa dengan cinta pertama? " Tanya Hani bingung.

" Mitosnya, cinta pertama tidak akan pernah berhasil. Aku jadi turut iba untukmu, Hani. " Selin menepuk bahu Hani. " Tapi jangan patah semangat, setidaknya kamu harus kejar hatinya dulu. "

" Kejar hatinya?? " Selin mengangguk cepat, " Yappss..kejar hatinya, aku hanya bisa memberi saran ini karena aku belum pernah mengejar orang yang kusuka sebaiknya kita tanyakan ini pada Tari. "

" Kenapa harus Tari? Dia juga pernah mengalami hal ini? "

Selin mengangguk, " Nanti sepulang sekolah kita kerumah Tari dulu, okay? "

" Mengejar orang yang disukai? " Hani dan Selin mengangguk semangat. " Aku memang lebih sering mengejar orang yang kusuka tapi siapa yang dikejar dan siapa yang mengejar? " Tanya Tari.

Selin langsung menunjuk Hani yang menunduk malu, " Lief yang dikejar dan Hani yang mengejar. Ayo cepat kita beri tips. "

" Apaa??!! Lief!! Kamu menyukai pria pemarah itu? " Tari bergidik ngeri.

" Kenapa?? Apa yang salah dengan Lief, dia pria yang manis. " Hani tersenyum malu.

" Sepertinya hanya dirimu sendiri yang berpikiran dia manis, aku selalu melihat wajah menakutkannya tiap aku meminta uang tabungan kelas. " Tari mengingat wajah Lief yang bahkan tidak pernah tersenyum ia lihat.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The First and The Last Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang