Lintang Garis

5 2 0
                                    

Hani meraba dadanya gugup. Jantungnya berdebar kencang jika kembali mengingat hal yang dikatakan Lief tadi di pantai. " Aku adalah awalnya? " Hani tersenyum lebar lalu merebahkan tubuhnya ke kasur sambil menendang angin. " Tapi aku tidak boleh senang dulu. Aku sangat ingin menjawabnya tadi. Tapi, Rossie mengacaukan momen itu tadi. " Lirih Hani pelan. Tadi Hani bahkan tidak sempat menjawab pernyataan Lief karena Rossie yang menelponnya. " Padahal tadi katanya ia akan menunggu disini, kemana anak itu? " Hani bangkit dari tidurnya dan menatap jendela yang mengarah ke luar.

" Itu Rossie. " Hani memicingkan matanya memastikan penglihatannya, " Ia menangis?!! " Hani segera berlari keluar dan menghampiri Rossie.

" Rochieezz.. kenapa kamu?? " Hani memeluk Rossie yang terisak.

" Sepertinya aku mulai mencintai seseorang, Hani. " Isak Rossie.

Hani mengerjapkan matanya berkali-kali, " Ayo kita masuk dulu. " Hani membimbing langkah Rossie.

Hani menyuruh Rossie duduk di kasurnya, " Baiklah, sekarang ceritakan. " Kata Hani menyodorkan sekotak tisu.

Rossie mengusap air matanya perlahan, " Namanya Kevin. Aku bertemu dengannya pertama kali saat berbelanja di mall yang kita datangi bersama saat itu hanya saja saat itu aku pergi sendirian. Aku tertarik padanya karena membantu seorang anak yang menangis mencari orangtuanya. Entah kenapa rasanya menenangkan saat melihatnya. Mungkin kamu akan tertawa tapi ini nyata Hani. Saat melihatnya, aku seperti yakin mungkin dia akan jadi suami dan ayah yang baik untuk keluargaku. " Rossie mengulum senyum namun air matanya kembali berlinang.

" Rochiez, aku tidak menertawakanmu, kenapa kamu menangis? " Hani memeluk tubuh Rossie.

Rossie berusaha menahan isaknya, " Hani, kamu tahu, bukan? Aku paling tidak ingin mencintai seseorang karena aku akan tampak bodoh dan itu menyakitkan. Tapi, aku malah jatuh cinta padanya. Tapi, aku baru tahu ternyata dia tidak baik. "

Hani mengeratkan pelukannya, " Apa dia memperlakukanmu dengan buruk? Siapa dia? Biar kuhabisi dia. "

Rossie menggeleng, " Dia memperlakukanku dengan baik tapi ternyata itu dia lakukan pada semua orang. "

" Dasar playboy sialan!! Lalu bagaimana akhirnya kalian menjadi dekat? "

Rossie melepaskan pelukannya pelan, " Dia teman gameku, kamu tahu aku sedang tergila-gila game Drawn of Dragons dan kebetulan dia yang sering menjadi partnerku, aku langsung kenal itu dia ketika dia tidak sengaja mengubah foto profil akunnya, aku langsung mengajaknya untuk bertemu. Dan ternyata kita sangat cocok. Banyak kesamaan diantara kami. Lalu dia juga pendengar yang baik. " Rossie terdiam sejenak.

Hani meraih tangan Rossie, " Oke, oke aku mengerti bagaimana kalian bisa dekat tapi jangan bilang teman malammu juga dia? Kamu tidak tidur dengannya bukan? "

Rossie beralih menatap Hani, " Sayangnya, teman malamku adalah dia. "

Mata Hani melebar tapi ia berusaha menarik nafas dalam, " Baiklah, itu hal yang wajar untukmu tapi kamu tidak tidur dengannya, bukan? Rossie?? " Tanya Hani khawatir. Namun, sayangnya Rossie menganggukkan kepalanya.

Hani bangkit dari duduknya lalu berjalan memutar, " Astagaa..Rossie...aku sudah menduga gaya teman malam tanpa tidur bersama itu sangat aneh dan akhirnya semua prasangkaku menjadi kenyataan. Kau.. kenapa mudah sekali .. hal pertamamu kau berikan pada dia? Lelaki playboy itu?!! " Hani menghela nafas gusar lalu kembali duduk didepan Rossie. " Jelaskan padaku apa hal yang buruk yang dilakukan pria itu padamu?!! "

Rossie menggeleng, " Sebenarnya dia tidak terlalu buruk, dia orang yang lembut, diriku yang salah karena mulai menyukainya. Padahal dari awal pertemuan kita berdua sepakat tidak boleh ada perasaan. Tapi ketika melihatnya dekat dengan gadis lain aku cemburu. Bagaimana ini Hani ?? Aku sungguh menyukainya. " Ujar Rossie terisak-isak.

The First and The Last Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang