Andra Thomassen Ren '2

2 1 0
                                    

Cucu satu-satunya keluarga Ren, serta pemegang saham tertinggi di Ancortech, Andra Thomassen Ren.  Masih menjadi tanda tanya kenapa dia tidak membangun perusahaan sendiri alih-alih ikut andil bekerja di perusahaan Ancortech. Prestasi yang memukau, jaringan sosial yang luas, hal yang mudah baginya jika ingin beralih mengatur perusahaan milik keluarga Ren.

Banyak yang berspekulasi bahwa Andra masih berhubungan darah dengan CEO Ancortech namun ada juga yang berpikiran Andra hanya bom waktu di Ancortech karena bisa saja dia mengambil alih Ancortech lagipula posisinya adalah pemegang saham tertinggi disana.

Namun, ternyata hanya ada satu alasan sederhana Andra tetap bertahan bekerja disana, tidak lain karena Andra jatuh cinta pada Hani yang ia temui di hari pertama penandatanganan kontrak dengan Ancortech. Seakan tersihir, perhatian Andra hanya pada Hani. Sejak itu Andra menyelidiki tiap bagian hidup Hani bahkan Andra sering mengirimkan banyak hadiah kejutan namun Hani tetap tidak bergeming, beberapa kali Hani pernah menerima perasaan dari pria yang menyukainya namun hubungan itu tidak bertahan lama karena Hani tidak tertarik sama sekali dengan semua pria itu. Hal ini membuat Andra selalu menguntungkan niatnya untuk mendekati Hani. Namun Andra memulai sedikit pendekatan dengan menjadi atasan yang baik. Setidaknya hubungannya tidak lagi terlalu asing. Sampai akhirnya pria yang membuat Hani memasang benteng pertahanan datang.

Lief Chrissper Yren, pria yang menyamar menjadi karyawan di Ancortech padahal anak dari CEO Ancortech. Ah, salah, anak angkat dari CEO Ancortech yang dulunya hanya seorang dokter lalu mengambil alih perusahaan ketika ayahnya atau kakek Lief tidak lagi sanggup memegang kewajiban perusahaan.

Andra tersenyum sinis menatap keakraban Lief dan Hani yang duduk didepannya, " Berani-beraninya hanya anak angkat mengusik hal yang kuinginkan. " Bathin Andra menyesap kopinya lagi.

" Saya pernah dengar, Pak Lief akan menikah, pasti senang sekali bisa menjadi pengantin baru. " Kekeh Andra sinis namun memasang wajah yang tersenyum.

Seisi meja langsung terdiam sejenak, Kevin menyenggol bahu Andra, " Kenapa kau ungkit hal itu? Bukankah sudah pernah kubilang.." Bisik Kevin lalu dipotong oleh Lief, " Saya tidak perlu menjelaskan permasalahan saya pada Anda bukan, Tuan Ren? " Kata Lief penuh penekanan.

Lief menyisir rambutnya kebelakang dengan gusar, " Tapi jika Anda ingin tahu juga, Anda bisa melihatnya di pencarian internet. Anda tahu, saya sangat terkenal di Amerika. Anda bisa membacanya disana, jika memang ingin mencari-cari masalah hidup yang saya alami. " Lief tersenyum sinis.

" Baiklah, maaf saya menyinggung Pak Lief. Seperti yang Anda lihat kita belum berkenalan baik, jadi saya hanya ingin mulai berkenalan. " Kata Andra tersenyum namun giginya menggigit bagian dalam mulutnya dengan keras menahan kesal. 

Hani mengirim pesan dari bawah meja melalui ponselnya pada Rossie agar membantunya untuk membuat alasan keluar dari acara malam ini. Rossie menatap Hani sebentar lalu mengangguk.

Rossie berpura-pura membaca pesan dari ponselnya, " Hani, bibi mengirimkan pesan padaku, bahwa mereka sudah di bandara sekarang bersama dengan paman. "

" Benarkah? " Hani juga ikut berpura-pura membaca pesan yang dikirimkan oleh Rossie. " Akhirnya mereka pulang setelah 3 tahun di luar negeri. " Hani tersenyum lalu membungkukkkan badannya sedikit. " Saya mohon maaf harus pulang lebih awal, tapi ini adalah urusan mendadak, saya disuruh menjemput ke bandara. "

" Benar, lagipula mereka hanya sebentar di Indonesia, bagaimana jika Lief tolong antar Hani lagipula bibi dan paman pasti senang melihatmu setelah sekian lama. " Usul Rossie.

Kevin terkekeh melihat betapa hebatnya akting dia bersahabat ini, " Pergilah Hani, orangtuamu menunggu. Lief tolong bantu Hani. " Lief mengangguk lalu berjalan keluar dari restoran bersama dengan Hani.

Rossie tersenyum menatap Hani dan Lief yang berjalan beriringan, " Mereka serasi, bukan? " Bisik Kevin di telingamu Rossie yang langsung dijauhi sedikit oleh Rossie.

Rossie berdeham mengatur nafasnya yang memburu akibat jantungnya berdetak lebih kencang, Rossie menatap sekelilingnya, ia baru sadar. Membiarkan Hani pulang malah membuatnya seperti tamu yang tidak diundang di acara makan malam antar karyawan Ancortech. Sebuah pesan masuk ke ponsel Rossie dari Hani.
' Maaf dear, aku membuatmu canggung disana. Aku pasti akan membalas kebaikanmu, Rochiez. '

Rossie terkekeh lalu menyimpan ponselnya, " Dia memang hanya menyukai Lief dari dulu. " Bathin Rossie.

" Tidak usah canggung, lagipula kita saling kenal. " Bisik Kevin.

Rossie memutar matanya, " Jangan pengaruhi aku lagi, Tuan Playboy. Urus saja wanitamu yang lain. " Decih Rossie pelan lalu membuka pembicaraan dengan Gea dan Bara. Kevin menatap lekat Rossie.

" Sepertinya ia jadi membenciku. " Bathin Kevin lalu meminum satu botol wine pesanannya tadi menghiraukan tatapan penuh tanya dari Gea dan Bara.

🌿

" Kamu sengaja keluar dari acara untuk menolongku? " Tanya Lief berjalan pelan beriringan dengan Hani.

Hani mengangguk, " Aku melihatmu mengepalkan tangan daritadi. "

Lief terkekeh, " Kamu terlalu khawatir, aku bukan remaja SMA yang suka berkelahi lagi. Aku pandai mengatur emosi sekarang. "

" Aku tidak khawatir kamu memukul Pak Andra, hanya saja perkataannya sudah keterlaluan. " Jawab Hani menatap langit, " Meskipun dia memiliki jabatan yang lebih tinggi, tapi sebenarnya dia tidak berhak menghakimi masalahmu. "

Hani beralih menatap Lief, " Tapi, jika kamu kelepasan lalu meninju Pak Andra, itu akan menjadi kesalahan fatal untuk kita yang hanya karyawan di Ancortech meskipun kamu seorang direktur tapi dia pemegang saham tertinggi dibawah CEO apalagi CEO juga terlihat dekat dengannya. " Kata Hani menghela nafas pelan. " Hidup ini tidak adil bagi orang biasa. "

Lief tersenyum kecil, " Jika kamu takut hal itu. Aku bisa membuatmu tidak perlu lagi menjaga sikap di perusahaan. "

Kening Hani mengernyit, " Tidak perlu menjaga sikap, apa mungkin kamu membeli semua saham di Ancortech? " Hani tertawa lebar.

" Mungkin. "

Hani tertawa lagi. " Baiklah, kuhargai tekadmu, Pak Pemegang Saham. " Hani berhenti berjalan lalu duduk di sebuah kursi halte. " Tapi, sikap Pak Andra sangat aneh. Padahal biasanya dia orang yang lembut dan sopan, kenapa hari ini malah sangat kasar. Apa mungkin kau pernah menyinggungnya? " Tanya Hani.

Lief ikut duduk disebelah Hani, " Hanya ada satu hal yang mungkin menyinggungnya jika perkiraanku benar. "

" Satu hal? " Tanya Hani bingung. " Sepertinya daritadi kamu mengigau Lief. Kamu selalu berkhayal dari tadi. Menurutmu apa hal yang tidak bisa didapatkan dengan mudah oleh orang yang memiliki semuanya. "

Lief mengedikkan bahunya, " Mungkin hal yang bisa kudapatkan hanya dengan garis takdir. Tapi tidak pernah dia dapatkan meski memberi seluruh dunia pada hal yang digariskan padaku. Meskipun begitu aku tidak akan membiarkannya merebutnya dariku. " Lief menatap bola mata Hani dalam, " Yaah, kurasa otakmu juga tidak akan mengerti saat ini, Hani. "

" Otakku tidak akan mengerti? " Tanya Hani kesal. " Apa kamu masih berpikiran aku bodoh seperti dulu??!! "

Lief mengacak-acak rambut Hani, " Tidak kamu pintar kok. " Lief berdiri lalu mengulurkan tangannya pada Hani. " Sudah lama kita tidak pulang sambil bergandengan tangan. " Hani tersenyum kecil namun tangannya menerima uluran Lief dengan lembut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The First and The Last Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang