Perasaan yang Sebenarnya

8 2 0
                                    

Lief mengetukkan jarinya di meja kerjanya. Lief belum pernah makan di kantin kantor tapi hidangan yang tersedia hari ini sungguh terlihat menggiurkan. Di perusahaan ini disediakan sebuah forum chat food yang berisi apa hidangan yang akan disediakan per hari. Lief berpikir sebentar, hingga akhirnya Lief memutuskan untuk segera ke kantin.

Namun, begitu Lief membuka pintu ruangannya, seseorang yang begitu tidak ingin Lief lihat, berdiri didepan ruangannya.

" Hai, Babe. " Sapanya dengan senyuman lebar sambil melentikkan jarinya.

Lief memutar matanya jengah dan memilih menghiraukan wanita itu, " Hei Lief, kenapa kau begitu dingin. Padahal perpisahan kita bukan salahku tapi salahmu. "

Lief menghentikan langkahnya dan menatap Margareth sinis, " Aku rasa urusan antara kita sudah selesai, kenapa kau kesini lagi? "

" Bagiamana jika kita berbicara di kafe ujung sana? Ada yang ingin ku bicarakan denganmu. " Tunjuk Margaret.

" Aku tidak punya waktu untuk duduk santai romantis denganmu di sebuah kafe, jangan ganggu aku lagi. " Kata Lief sebelum berjalan menjauh dari Margareth tapi tampaknya wanita itu pantang menyerah dan malah mengikuti Lief masuk kedalam Lief. Dan sialnya, hanya mereka berdua yang berada didalam lift saat ini.

Lief memejamkan matanya sebentar sebelum menatap Margareth kesal, " Sebenarnya apa maksudmu datang kesini??!! "

Margareth mendekapkan kedua tangannya didepan dada, " Aku ingin meminta sisa bagianku atas rumah yang kau bangun untukku. "

" Rumah? " Lief menghembuskan nafas gusar, " Bukankah kau sudah mengambil semuanya? Apa kau datang untuk meminta 1/4 bagianku? Begitu? "

Margareth mengangguk, " Bukankah itu wajar, dulu kamu sendiri yang mengatakan bahwa rumah itu milikku. Jadi apa salahnya kuminta, haah? Dasar pelit. "

" Dasar gila, jangan meminta padaku lagi. Minta saja pada lelaki barumu itu. "

Margareth terkekeh, " Whahahaha, hei !! Apa kau masih kesal dengan perselingkuhanku? Jika kau tidak punya penyakit mental itu mungkin aku tidak selingkuh, Lief. "

Pintu lift berdenting, Lief langsung berjalan cepat meninggalkan Margareth yang terkekeh pelan, " Dasar lelaki angkuh. "

" Kenapa kau masih mengikutiku, haah?? Aku akan panggil satpam untuk menyeretmu keluar. " Keluh Lief kesal lalu mengeluarkan ponselnya hendak menelpon satpam.

" Jika kau mengusirku sekarang, akan ku ungkapkan bahwa kau adalah seorang pembunuh. " Bisik Margareth.

Lief melebarkan matanya, " Apa maksudmu? "

" Aah, aku dengar wanita itu juga bekerja disini. Bagiamana jika dia tahu ya? " Margareth tersenyum licik. " Ckckck, kau menuduhku selingkuh padahal sejak awal kau sendiri mengisi hatimu dengan yang lain selain aku. "

Lief memejamkan matanya lagi dengan kesal, " Baiklah, aku akan memberimu uang sisa rumah itu, jadi sekarang pergilah dari hidupku. " Tekan Lief.

Margareth tersenyum lagi, " Seharusnya kau berikan uangnya dari tadi, jika kau memberikannya sekarang, ada konsekuensi yang harus kau bayar. "

Kedua alis Lief tertaut bingung menatap Margareth, "Biarkan aku ikut makan di kantin. Kau mungkin lebih memilih kesalahpahaman, bukan? Daripada jati dirimu yang sebenernya terbongkar. "

Lief mengepalkan tangannya menahan amarah, " Baiklah, tapi tutup rapat mulutmu itu. " Margareth menganggukkan kepalanya acuh lalu melangkah mendului Lief yang berusaha merendam amarahnya.

Ketika sampai di kantin kantor, Margareth langsung menjaga imagenya, murni dan baik. Itulah citra dirinya yang terlihat oleh banyak orang. " Ayo kita duduk disana, Lief. " Kata Margareth lembut yang membuat Lief jengah karena sikap munafik Margareth.

The First and The Last Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang