15 Mei, 1998
Seokhan bersiap untuk berangkat kerja di salah satu bank Indonesia. " Ayah, sepertinya harga bahan bakar akan naik lagi. " Kata Yujie khawatir. " Apa kau benar-benar harus bekerja hari ini? Sepertinya demo mahasiswa masih berlanjut. "
Seokhan tersenyum, " Tidak apa-apa, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, lagipula Jia akan masuk sekolah dasar bulan depan. Aku perlu mengumpulkan banyak uang untuk putriku. Benar, bukan putriku ? " Seokhan berlari kearah Jia yang sedang menonton televisi dan menggendongnya tinggi sambil tersenyum, Jia tertawa senang. Digendong setinggi ini, ia merasa seperti terbang.
" Tetap saja, aku masih khawatir, kemarin kau saja hampir tidak bisa pulang karena jalan dihambat oleh para mahasiswa dan rakyat yang lainnya. " Yujie menatap suaminya kalut.
Seokhan menurunkan Jia perlahan dan memeluk istrinya, " Aku akan berusaha cepat pulang hari ini, jangan khawatir ya. " Jia ikut memeluk kaki ayah dan ibunya. " Ayah harus cepat pulang ya, janji bawakan boneka kelinci yang muncul di televisi tadi."
Seokhan mengangguk pelan lalu melepas pelukannya pada Yujie, " Ayah pergi dulu, ya. " Ujar Seokhan melambaikan tangannya, dia terus melambaikan tangan hingga perbelokan dan akhirnya tidak terlihat oleh Yujie dan Jia.
" Ayo kita masuk, Jia. " Yujie menggandeng tangan Jia yang mengangguk sambil tersenyum.
Pada 12 Mei 1998, mahasiswa dari sejumlah kampus yang berkumpul di Universitas Trisakti mendesak berdemonstrasi di luar kampus untuk mempertanyakan HAM tiap rakyat yang dilanggar seperti orang hilang, pemerkosaan, perampokan dan pembunuhan yang masih belum ditemukan titik terangnya. Pada tanggal 14 Mei 1998 diketahui ada 4 mahasiswa Trisakti yang ditembak oleh aparat, hal ini yang semakin menimbulkan kemarahan rakyat. Saat ini, para rakyat maupun mahasiswa sudah berdemo di beberapa kota.
" Tidak akan aman bagi kita pulang hari ini. " Keluh Steven, teman sekantor Seokhan menunjuk berita yang ditayangkan di televisi prihatin.
Tean mengangguk, " Sepertinya ini akan berlanjut cukup lama, kemarin juga diberitakan ada korban jiwa di aksi demo ini. "
Seokhan menghela nafas panjang, " Meskipun sulit, harus kucoba untuk melewatinya, putriku memintaku cepat pulang hari ini. " Seokhan tersenyum menatap foto Jia yang terpampang di meja kerjanya. " Dia alasanku tetap bekerja meski sulit. " Seokhan tersenyum kecil.
" Aah, benar, kau mempunyai seorang putri. Senangnya. Aku jadi ingin menikah. " Gelak Tean.
Seokhan menepuk pundak Tean, " Jika kau ingin menikah, setidaknya kau harus mencari pasanganmu dulu, Tean. " Gelak Seokhan menatap jam dinding di sudut kantor. " Aku harus segera pulang. "
DOOR!!!
Suara tembakan melengking keras, " Demonya sudah sampai di gedung MPR, tidak akan aman bagimu pulang sekarang Seokhan. " Tutur Steven.
Tean menganggukkan kepalanya setuju, " Besok pagi saja pulangnya, Han. "
Seokhan melirik gerombolan pendemo dari lantai 2 tempat kerjanya, " Hari ini lebih ramai dari kemarin. " Seokhan memikirkan jalan terbaik untuk kabur tanpa terluka sedikitpun.
Seokhan menjentikkan jarinya dan berlari ke dinding kecil yang terbentuk karena retakan beberapa hari yang lalu. Seokhan tersenyum senang ketika merangkak keluar dari lubang itu tidak dilihatnya kelompok demo itu berada di sekitarnya. Namun, sesuatu hal membuat langkahnya terhenti,. Suara tangis seorang anak yang bersembunyi dibalik bangku dengan wajah penuh ketakutan. Seokhan langsung berlari kearah anak yang meringkuk itu dan menggenggam tangannya, " Nak, kenapa kamu bisa sampai disini? "
Anak itu menggeleng lemah, kedua tangannya tetap berpaku menutup telinganya, " Jangan takut, paman akan membawamu ke tempat yang aman. " Seokhan merangkul pundak anak itu dan mengajaknya berlari cepat tapi karena ketakutan yang sudah menjalar di tubuhnya, anak itu menghentikan langkahnya tiba-tiba hingga tubuh Seokhan dan juga anak itu terjatuh. " Aakhh .. " Rintih Seokhan sakit karena satu keping pecahan kaca menusuk perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The First and The Last
RomanceJika diingat lagi, masa-masa jatuh cinta pertama kali itu sangat memalukan namun semuanya serba pertama kali yang selalu membuat jantung berdetak cepat tapi memberikan adiksi yang membahagiakan. Hani Carlsson tahun ini akan menginjak usia 30 tahun...