Ikatan

4 2 0
                                    

2007, Hari kelulusan

Hani meremas tangannya gugup, detak jantungnya berdebar berpacu kencang dengan detik jarum jam. Sudah satu tahun sejak Hani tidak bertegur sapa dengan Lief. Ini juga terjadi tanpa sengaja, dibalik Hani yang beda kelas karena masuk kelas olimpiade, hubungan mereka juga merenggang karena Hani yang canggung lalu Lief yang juga menjaga jarak karena berpacaran dengan Shion. Insting Shion mungkin berdering karena tahu Hani suka pada pacarnya. Yah, walaupun hubungan Shion dan Lief hanya bertahan satu bulan karena Shion kembali bersama dengan cowok yang disukainya. Artiannya, selama ini ia hanya mempermainkan perasaan Lief. Perasaan yang bahkan sulit dicapai oleh Hani malah dengan mudahnya dipermainkan oleh Shion.

Hari ini, Hani bertekad untuk menyatakan perasaannya. Meskipun ditolak, Hani akan berusaha melupakan Lief. Apalagi mereka juga tidak akan bertemu lagi, jadi meskipun ditolak, Hani tidak akan terlalu malu.

Acara pertama adalah kata-kata sambutan dari kepala sekolah dilanjutkan dengan pidato oleh para perwakilan guru lalu acara perpisahan oleh murid seperti tarian, puisi untuk guru dan lain sebagainya. Hani yang memang tidak suka menonjol, memilih tidak ikut serta untuk tampil di panggung. Tatapan mata Hani terus melihat punggung Lief yang berada dua baris dari Hani. Meskipun terbilang cukup dekat dulu, Hani selalu merasa bahwa Lief jauh dari jangkauannya. Semakin lama pria itu semakin populer berbeda dengan Hani yang semakin lama semakin pendiam sehingga tidak banyak siswa disini yang mengenal Hani.

" Lief sekarang semakin populer sejak ikut klub renang. " Bisik Selin yang duduk disebelah kiri Hani sambil menunjuk Lief dengan pandangan matanya.

" Apa kamu yakin akan mengutarakan perasaanmu diruangan ini? Didepan semua orang ini? " Bisik Tari pelan.

Hani mengangguk, " Aku ingin dia selalu mengingatku meskipun akhirnya aku ditolak setidaknya dia akan mengingatku. "

Selin menggeleng prihatin, " Sepertinya semua orang salah paham karena mengira kamu adalah si cantik misterius padahal sebenarnya kamu adalah si cantik gila. "

Tari mengangguk, " Benar, masih ada kesempatan untuk mengubah momen itu. Aku bisa mengajak Lief nanti ke taman belakang, kamu tinggal tunggu saja disana. "

Hani menggeleng, " Aku sudah yakin dengan pilihanku. "

Selin dan Tari saling bertatapan dengan raut wajah pasrah sambil mengedikkan bahunya.

Akhirnya acara perpisahan selesai, kegiatan terakhir diisi oleh keinginan para siswa yaitu memberikan bunga, coklat juga tanda tangan orang yang disukai atau teman berharga di baju seragam putih milik kita.

Hani menarik nafas dalam-dalam sebelum berjalan pelan kearah Lief sambil menghembuskan nafas dengan pelan kembali. Semakin dekat dengan Lief, jantung Hani semakin berdetak kencang.

Hani mengetuk bahu Lief pelan, " Permisi Lief, bisa kita berbicara sebentar. "

Lief menunjuk dirinya, " Kamu ingin bicara denganku? Serius? " Hani mengangguk pelan.

Hani mengajak Lief duduk di taman belakang karena hanya ini tempat yang sedikit sepi. Awalnya Hani ingin mengungkapkan perasaannya didepan banyak orang hanya saja Hani tiba-tiba merasa gugup ketika melihat lautan manusia itu. Hani meremas tangannya gugup sambil menggigit bibir bawahnya. Lief yang tahu Hani gugup mencoba memulai percakapan, " Sudah lama kita tidak berbicara. Pidato penutupan yang kamu sampaikan tadi juga sangat indah. Bahkan banyak yang menangis mendengar pidatomu. " Kekeh Lief berusaha mencairkan suasana hanya saja Hani tetap terdiam. " Kita menjadi sangat canggung ya sekarang. "

Hani mengangguk pelan, " Padahal dulu untuk dekat denganmu saja perlu banyak usaha bagiku tapi kita malah saling menjauh. "

" Ini semua karena aku egois, seharusnya aku tidak menghindarimu. " Ujar Lief.

The First and The Last Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang