" Lief ? Kenapa pria itu bisa ada disini? Dari yang kudengar di cabang Amerika, dia anggota direksi. Kenapa malah jadi ketua tim pemasaran disini? " Bathin Hani bingung tapi memilih tersenyum kecil pada Lief sebelum kembali duduk di mejanya.
Selepas kepergian Lief dan Pak Edward dari ruangan, Gea langsung menghampiri Hani, " Dia memang benar-benar tampan. " Pekik Gea.
Bara mengangguk, " Baru kali ini aku lihat ada yang lebih tampan dari Pak Exel. "
Gea langsung menepuk tangannya, " Sekejap aku lupa Pak Exel. Benar..benar.. ketampanan Pak Exel memang diakui tapi ketampanan Pak Lief jauh lebih sempurna. "
" Bukankah kak Hani dulunya satu sekolah dengan Pak Exel? Tadi aku juga lihat sepertinya Pak Lief kenal dengan Pak Exel. " Celetuk Kiara sinis. " Apa mungkin kak Hani juga kenal Pak Lief? Tadi kulihat dia juga tersenyum padamu. "
Mata Gea melebar, " Kamu kenal pak Exel? Benarkah? Kenapa tidak cerita!!! "
Hani berdeham sedikit sambil menggigit bibir bawahnya, " Karena itu juga tidak penting tapi jika kalian ingin tahu, baiklah. Aku memang kenal dengan Exel dan Lief karena di tahun kedua SMA, aku pindah ke sekolah mereka. Dan kebetulan juga sekelas dengan mereka berdua. "
" Benarkah??!! Waah, aku sangat ingin mendengar cerita anak SMA!! " Sorak Gea bersemangat.
Kiara memutar matanya malas, " Saat ini sudah masuk jam kerja, sebaiknya kita semua bekerja, bukan? Bukannya malah mengajak junior mendengar cerita saat masih ingusan. " Ujar Kiara malas lalu beralih fokus ke komputernya.
Gea mendengus kesal sambil mengepalkan tangannya, " Padahal dia sendiri yang memulai topik ini, sialan!! "
" Aku mendengarmu. " Ujar Kiara kesal.
" Aku memang ingin kau dengar perkataanku. " Dengus Gea marah yang langsung ditenangkan oleh Hani.
" Sudahlah, sekarang kita lanjut bekerja dulu. " Kata Hani tegas dan menyuruh Bara dan Gea kembali bekerja.
Hani menatap layar monitor sambil mengurut pelipisnya, " Seharusnya aku tidak menceritakan bagaimana aku kenal Lief dan Exel. Kepalaku semakin sakit. "
Hani sudah bekerja hampir 8 tahun di Ancortech, perusahaan yang mengelola berbagai makanan beku dan makanan kemasan siap saji, seperti dimsum, dessert, salad dan lain sebagainya. Dan sudah 5 tahun Hani bertanggung jawab di bagian pemasaran.
Kehidupan Hani biasanya selalu monoton dan tidak mencolok. Tapi tatanan hidup biasa dan tenang itu sekarang mulai berantakan sejak kedatangan Lief. Hanya satu hal tapi mampu merobohkan benteng pertahanan Hani. Pikirannya yang biasanya selalu dingin sekarang sering panik jika nama pria itu disebut. Padahal sudah 13 tahun sejak pertemuan pertama Hani dan Lief lalu sudah 10 tahun juga Hani tidak bertemu Lief tapi pikiran dan hatinya masih tetap sama seperti 13 tahun yang lalu. Bodoh dan lugu.Hani menepuk pipinya keras untuk menyadarkan pikirannya, " Ingat Hani, usiamu sudah 30 tahun dua bulan lagi. Jadi jangan bersikap kekanak-kanakan lagi. " Bathin Hani.
Setengah jam kemudian, Lief datang dengan tenang dan masuk ke ruangannya tanpa sepatah katapun. Bahkan hanya melihat Lief melewatinya, mampu mempercepat detak jantung Hani. Bahkan aroma parfum Lief sangat maskulin. Pria itu benar-benar membuat Hani tergila-gila padanya.
TING!!
Satu pesan masuk ke ponsel Hani, " Rossie? " Hani langsung membaca pesannya.
' Honeeyy..aku lupa bilang tadi, meskipun celahnya sudah tercipta dan meskipun kamu tergiur dengan cinta pertamamu, jangan pernah tunjukkan perasaanmu terlebih dahulu. Biarkan dia yang mengejarmu kali ini!!! '
KAMU SEDANG MEMBACA
The First and The Last
RomanceJika diingat lagi, masa-masa jatuh cinta pertama kali itu sangat memalukan namun semuanya serba pertama kali yang selalu membuat jantung berdetak cepat tapi memberikan adiksi yang membahagiakan. Hani Carlsson tahun ini akan menginjak usia 30 tahun...