Perasaanku Masih Ada

15 1 0
                                    

Hani mengerjapkan matanya berkali-kali ketika Lief tepat didepannya, " Hai Lief. " Hani melambaikan tangannya canggung.

" Aku tidak menyangka akan bertetangga denganmu. Pasti akan menyenangkan karena kita pernah sebangku. " Lief tersenyum lebar berbeda dengan Hani yang tersenyum bingung. " Sudah 17 tahun bukan, kita tidak bertemu. Kamu juga tidak pernah hadir ke acara reuni. "

" Aku selalu tidak sempat untuk hadir, ada banyak hal yang terjadi tiap aku ingin datang kesana. " Hani menggaruk lehernya yang tidak gatal pelan. Alasan yang membuat Hani tidak datang selalu karena Lief. Misalnya, disaat Hani akan datang, pria itu baru saja mengunggah foto bersama dengan pacar barunya dan lain sebagainya yang membuat Hani enggan untuk datang. Akhirnya malah menjadi kebiasaan hingga Hani tidak pernah datang ke reuni itu.

Lief mengangguk sambil mengurut dagunya, " Aku senang jika begitu selama ini aku mengira kamu tidak datang karena diriku. "

Hani langsung menggeleng cepat dengan tangan juga melambai cepat, " Kau salah sangka, lagipula itu sudah sangat lama. Sikap over percaya dirimu itu sama sekali tidak menghilang padahal sudah tua. "

Lief meraih pundak Hani dan mengunci kepalanya di ketiak Lief, " Jangan menyebutku tua. Begini-begini aku masih keren. "

" Heeiii!! Jangan memperlakukanku sama seperti dulu, sekarang aku bukan Hani yang biasa kau bully. " Kata Hani lalu menonjok perut Lief hingga Lief langsung menjauh darinya.

Lief memeluk perutnya, " Kamu masih saja kasar. Aakh..padahal perutku sudah keras begini tapi kau tetap bisa memukulnya keras. "

Hani mengerucutkan bibirnya sambil memperbaiki rambut, " Aku baru lihat kemarin fotomu karena sebelumnya ponselku rusak. Selamat atas pernikahanmu, Lief. "

Lief tersenyum canggung, " Aah itu, terimakasih. "

Ponsel Hani berdering disaat yang tepat, lagipula Hani tidak ingin meneruskan percakapan lagi dengan Lief yang notabenya sudah menjadi suami orang. Mungkin hal itu hanya hal normal bagi orang lain tapi tidak bagi Hani yang masih mempunyai perasaan pada Lief. Hani tidak ingin akal sehatnya menguap karena perasaanya yang meluap. " Aku masuk dulu ya. " Kata Hani tersenyum lalu masuk ke kamar apartemennya.

Setelah pintu tertutup, tubuh Hani merosot. " Ini benar-benar gila, Rossie. "

" Apa yang terjadi?? "

Hani mengacak rambutnya, " Padahal aku sangat membenci pelakor tapi jika begini terus mungkin aku akan segera menjadi perusak itu. "

" Whaat?? Pelakor?? Apa maksudmu? Kenapa kamu berbicara begitu? Jangan bilang kamu akan merusak rumah tangga pria itu. "

Hani menggeleng, " Sebenarnya aku juga tidak ingin merusak itu karena itulah aku minum banyak malam tadi tapi dia malah tinggal disebelah. " Hani sedikit berbisik ketika menyebutkan kata 'tinggal disebelah'

" Tinggal disebelah? Tidak mungkin, jika itu terjadi maka hidupmu benar-benar seperti drama. " Hani hanya terdiam tidak menjawab, " Ini benar-benar terjadi?? Aku akan kesana sekarang. " Rossie menutup telfonnya sedangkan Hani masih belum beranjak dari posisinya.

" Apa harus kulakukan? " Hani memegang dadanya yang berdebar. " Jantungku bahkan masih berdetak kencang ketika melihatnya. Ini benar-benar gawat. "

🍀

" Dia disebelah? " Bisik Rossie pelan. Hani mengganguk. " Ini benar-benar gila. Aku harus memeriksanya. " Rossie mengambil sekotak bolu kiriman ibu Hani di kulkas lalu menuangkannya ke mangkuk kecil setelah itu diwrapping rapi.

" Apa yang akan kau lakukan, Chiez!! Jangan lakukan apapun atau kau akan kubunuh hari ini. " Hani menahan tangan Rossie tapi ditepis oleh wanita itu.

The First and The Last Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang