Cio mau Cari Ayah angkat

10.4K 805 14
                                    

Karina cuma terdiam melihat ketiga putranya. Sedikit berpikir kenapa Theo tidak menginginkan Putranya, padahal mereka sama- sama punya kemiripan meskipun wajah Cio memang lebih mirip dengannya

Mereka Sama-sama gak suka sayuran!

Michael, anak sulungnya dengan cepat mengambilkan air untuk Gaudencio. Sementara Leon dia memijat belakang leher Cio, yang membuatnya langsung merinding.

Ada apa dengan kakak-kakaknya ini?

Cio di kehidupannya yang dulu tidak pernah sedekat ini dengan kedua kakaknya. Dalam ingatannya, Michael lebih banyak diam dan bahkan enggan menatapnya.

Mereka sekalipun tidak pernah mengobrol, dia hanya pernah satu kali Sama Cio saat kecil karena Cio gak lahir sebagai Cewek, dan juga karena Cio mami gak bisa hamil lagi.

Yah, siapa lagi biang keroknya kalau bukan papinya sendiri!

Setelah itu mereka tidak pernah saling berinteraksi lagi, Michael  lebih banyak bertindak dari pada ngomong sama Cio. Yang paling kelihatan, saat Cio meninggalkan pintu rumah Garendra.

Kakak pertamanya hanya menahan tangannya tapi tidak mengeluarkan sepatah katapun, kemudian setiap bulan selama Hori setahun Cio selalu mendapatkan kiriman uang dari akun Michael Ganendra.

“Minum, kenapa menghayal?”

Cio kaget, ketika mendengar suara kakak pertamanya. Dia menerima segelas air putih dan meminumnya sampai habis, kemudian mengembalikannya kepada Michael.

“Terima kasih,”  Cio cuma ngucapin itu habis itu selesai.

“Adek kalau gak makan sayur, bagaimana bisa tinggi? Padahal adek udah 15 tahun, tapi tingginya masih seperti usia anak 13 tahun.”

Wajah Cio menghitam. Dia baru saja di serang oleh Kakak keduanya, mentang-mentang Kedua kakaknya tingginya dia atas 180 cm, kalah sama dia yang cuma 160 cm. Padahal anak laki-laki usia 15 tahun tinggi rata-ratanya sudah 170 cm.

“Tumben perhatian, kemaren kemana aja....” Cio menatap Leon dengan sinis.

Leon Garendra, kakak keduanya yang usianya setahun lebih tua dari Cio. Dalam ingatannya, kakaknya ini selain ceplas-ceplos, dia juga suka marah-marah.

Di kehidupannya yang dulu, Leon suka marah padanya meskipun tidak pernah melakukan tindakan fisik.  Kakak keduanya marah karena Ara mengadu padanya dan menjelekkan Cio lagi.

Menuduh Cio mengganggunya di sekolah...

Tapi anehnya, gak bedah jauh dari kakak pertama, Leon juga diam-diam membantu Cio kalau dia lagi ada masalah, atau kalau ada orang yang ganggu Cio.

Besoknya Cio akan mendengar kabar, kalau si pengganggu sudah sekarat di rumah sakit.  Saat Papi Theo bertanya dan menginterogasi Leon hanya berkata bahwa orang itu mencari masalah dengannya.

Agak heran memang...

Berbeda sama keheranan Cio, Leon memiliki Masalah tersendiri di hatinya. Setelah dia berkunjung dan menjenguk Cio di rumah sakit, dia belum pernah mendengar Cio memanggilnya Kakak singa lagi.

Padahal, dulu Cio sering melakukannya meskipun dia gak peduli dan gak ngerespon.

“Kak Leon...”

Tiba-tiba saja muka Leon jadi masam, dia berharap yang panggil adek bungsunya tapi kok malah boneka Anabel yang sampai ke telinganya.

Gadis jadi-jadian itu sedang duduk di seberang mereka dan itu masih menempel pada Papi mereka. Tatapan masam Leon tertuju pada wajah datar papinya

“Adek bilang, kalau tadi adek di ganggu di sekolah. Kenapa gak bantuin adek?”

GaudencioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang