Di hukum Mami

4.8K 386 8
                                    

Setalah mobil tiba di halaman mansion Garendra, Gaudencio turun lebih dulu dan meninggalkan kedua kakaknya serta saudari angkatnya.

Perutnya benar-benar lapar kabar memang tadi saat jam istirahat di sekolah Cio ngotot cuma makan semangkuk mie instan saja.

Padahal kakaknya sudah pesankan Salad sayur.

Mereka berdua lupa kalau Cio gak suka sayur.

Ya, Cio tolak lah. Dia sampai ngancem kedua kakaknya, kalau gak di bolehin makan mie Cio ngambek gak mau keluar di akhir pekan nanti.

“Mami, Cio pulang! Mami masak apa? Cio laper...”

Mendengar suara anak bungsunya yang melengking, Karina melirik Cio dan menatap putranya dengan bingung.

“Tumben, cari mami. Biasanya cari Tio.”

“Ya udah, kalau begitu Cio cari Papi Tio saja. Mami, Papi Tio dimana Cio mau minta makan, perut Cio lapar.”

“Ist, mami cuma bercanda kok di anggap serius sih, adek. Sana ganti baju, mandi sekalian biar wangi baru mami ngasih makan.”

“Ck, mami nyebelin"

Cio membuang mukanya dari Karina kemudian dia melangkah pergi menuju kamarnya.

Setelah Cio pergi, pintu kembali terbuka. Michael dan Leon muncul, di susul dengan Ara yang paling terakhir.

“Mami, Leo sama kakak pulang.”

“Ya, pergi dan bersihkan tubuh kalian lalu turun untuk makan siang.”

“Ya, mami.”

Mike merangkul Leon, yang mungkin lebih tepatnya seperti akan mencekik lehernya. Sial, kakaknya ini masih mau menggertak dirinya.

Ara melihat kedua saudara angkatnya itu dan api di dalam hatinya kembali menyala lagi.

Ara kemudian menatap mami Karina, “Mami, Ara pulang...”

“Hm, pergi ganti pakaian dan makan bersama.”

Mata Ara merah, keluarga angkatnya benar-benar sudah berubah, bahkan mami yang dulu sering mengusap kepalanya dan tersenyum sekarang telah benar-benar mengabaikannya.

Ini semua pasti gara-gara Gaudencio, awas saja kau! Keluarga ini hanya milikku!”

Karina memandangi Ara yang sudah melangkah pergi, dan dia berdecak lagi. Gadis itu pasti akan merencanakan sesuatu, entah apa itu yang jelas insting betinanya kembali aktif.

Seperti mengatakan, bayi kecilmu sedang dalam bahaya.

Karina menyimpan majalah bulanannya kemudian dia menuju ke lantai atas ke kamar putra bungsunya.

Membuka pintu tanpa di ketuk kemudian matanya melotot.

Putra bungsunya baru saja selesai mandi dan dia baru selesai memakai celananya.

Wangi sabun bayi pilihannya tercium hingga ke hidungnya dan bibir Karina tersenyum dengan mata berbinar semangat.

“Adek, mau mami beliin pempres celana gak? Yang bisa di cuci ulang itu loh...”

Gaudencio melotot pada maminya, “Arght! Mami mesum!”

Cio tiba-tiba menutup daerah dadanya dengan kedua tangannya.

Ini kok maminya bisa sampai kesini?

Perasaan di kehidupan yang dulu gak ada momen ginian deh.

“Loh, adek. Kok sebut mami mesum?”

GaudencioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang