Ketika mobil Gaudencio sudah melaju meninggalkan halaman rumah keluarga Garendra, Theo langsung menghentikan sarapan paginya.
Dia menatap anak angkatnya yang masih duduk di kursi meja makan, kemudian dia beralih menatap istri Tercintanya yang sudah mulai disibukan dengan peralatan makan ketiga putranya.
Ara masih diam dan kepalanya menunduk. Tangannya hanya mempermainkan sendok makan dan sarapannya belum habis.
“Ara kau akan terlambat sayang.”
Tatapan kesal muncul di wajah Ara, “Ini semua salah Papi! Ara jadi terlambat, bahkan Mike dan Leon gak mau nungguin Ara!”
“Jangan melempar kesalahanmu pada orang lain, kau harus belajar mandiri. Ara, kau sudah bukan anak kecil lagi. Jangan selalu menyusahkan keluargaku.”
Karina berbicara dengan santai, tetapi Perkataannya tampak seperti panah yang menusuk Ara.
“Mami kenapa berubah? Apa Ara sudah bukan anak mami lagi?”
Karina menatap gadis muda yang masih duduk di kursi. Kemudian, bibirnya tersenyum lembut.
“Aku tidak ingat pernah menganggap mu seperti anakku. aku merawat mu atas perintah suamiku, jadi jangan salah mengartikan perlakuanku padamu.”
Setelah itu, Karina menatap suaminya lagi dengan senyum yang sama.
“Mas juga harus ingat, aku hanya pernah melahirkan tiga anak laki-laki. Kau seharusnya tahu sendiri mana anak yang berhak mendapatkan kasih sayangku dan mana yang bukan. Aku tidak akan pernah membagi kasih sayangku pada anak yang tidak pernah aku Kandung dalam rahimku.”
Setelahnya, Karina meninggalkan ruang makan dan berjalan menuju ke lantai atas tepatnya ke dalam kamar mereka.
Di ruang makan, Theo menatap Putri angkatnya dengan Iba. Wajah Ara terlihat sedih dan matanya kembali mendung, hujan Ara akan kembali lagi..
“Hiks...papi, kalau mami dan yang lainnya gak sayang Ara lagi, untuk apa Ara di ruang ini Pi? Ara bukan siapa-siapa.”
“Sayang tenanglah, mami pasti hanya sedang marah karena kau tidak menghabiskan sarapanmu. Sekarang ayo pergi, Papi akan mengantarmu ke sekolah.”
Theo sudah berjalan lebih dulu kemudian Ara menyusulnya dari belakang, ambil menggerakkan giginya dan menyumpahi setiap anggota keluarga Garendra.
Sialan, kenapa semuanya jadi seperti ini?
Jelas-jelas sebelumnya tidak seperti ini. Karina, wanita itu tidak pernah menatapnya dengan pandangan yang asing seperti belakangan ini.
Wanita itu, selalu memberikannya banyak kasih sayang di bandingkan dengan ketiga putra kandungnya. Bagaimana semua itu hanya atas perintah Theo?
Kasih sayang dan kepalsuan? Apakah itu sepadan?
“Sudah tiba, sekarang turunlah jika tidak kau benar-benar akan terlambat, Princess.”
Cup!
Pipi Theo di cium sama Ara, “Terima kasih papi, Ara sekolah dulu.”
“iya, belajar yang rajin. Kalau bisa pulang nanti bareng sama saudara kamu yah, sayang. Papi ada rapat siang nanti kemungkinan pulangnya agak malam, princess.”
“Tapi papi...”
“Udah yah, sayang papi masih banyak urusan.”
Mobil Theo meninggalkan gerbang sekolah, Ara menatap mobil ayah angkatnya sambil menggerakkan giginya, dan tangannya terkepal kuat.
Ketika dia berjalan memasuki lingkungan sekolah, Para murid memperhatikannya. Beberapa mulai membicaran dirinya;
“Lihat gadis itu, bukankah semester lalu dia dekat dengan duo Garendra?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaudencio
Teen FictionGaudencio arti namanya Dia yang bahagia, tapi sayangnya itu berbeda dengan Gaudencio Garendra dia adalah anak bungsu dan merupakan yang termuda tetapi dia tidak pernah merasakan kebahagiaan selama 22 tahun hidupnya. Keluarganya menginginkan anak per...