Papi Tio

9.6K 750 10
                                    

Pada sore hari tepat di hari Minggu, Gaudencio baru saja bangun dari tidur siangnya. Dia mengucek matanya agar rasa ngantuknya sedikit berkurang.

Cio beranjak dari kasurnya dan menuju balkon kamar, dia menghirup udah sore hari yang menenangkan kemudian dia menatap langit yang sudah tidak terlalu terik.

"Hm, sekarang sore-sore enaknya ngapain yah?"

Tok!

Tok!

Tok!

"Dek, Adek udah bangun belum? Halo... Adek kakak yang paling kakak sayang sedunia... Main yuk!"

Oke, Cio baru saja mendengar suara kakak keduanya. Jadi Cio pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya lalu membuka pintu kamarnya.

Cio menatap Leon, dengan mengernyit.

Leon berdiri di depannya lengkap dengan pakaian basket dan bola basket, dia tersenyum lebar pada Cio kemudian menepuk kepala Cio beberapa kali.

Puk!

Puk!

"Ayo main basket, sama kakak."

Cio mulai curiga pada kakak keduanya, di kehidupannya yang dulu mereka tidak pernah bermain bersama. Jangankan bermain, mengobrol saja jarang.

Jadi bagaimana bisa kakaknya jadi seperti ini?

Cio menggelengkan kepalanya dan membuang pikirannya itu. Mungkin saja Leon sudah menyadari keberadaannya setelah dia tidak membuat masalah untuk Ara.

"Adek!"

"Kak, jangan teriak. Cio bisa tuli nanti!"

"Hehehe... Ayo cepat.".

Iya, ist!

Cio merasa sedikit kesal tapi dia masih tetap mengikuti kakak keduanya menuju halaman belakang rumah mereka, di sana sudah ada dua ring basket.

Kedua kakaknya itu suka olahraga, apa lagi renang dan basket. Pantas saja badan mereka tinggi-tinggi, Michael memiliki tinggi 185 Cm, sementara Leon di usianya yang ke 16 tahun sudah mencapai 183 cm.

Berbeda sama Cio yang awalnya tidak suka olahraga. Di kehidupan yang dulu, Cio baru punya minat buat membentuk tubuhnya karena Cio di tolak oleh seorang gadis.

Gadis itu tidak satu sekolah dengan Cio, dia berada di sekolah khusus perempuan. Cio jatuh cinta padanya karena gadis itu pernah menolong Cio.

Kemudian mereka menjadi dekat, Cio mencoba untuk membawa hubungan mereka lebih serius jadi dia membuat pengakuan pada gadis itu.

Tidak di sangka gadis itu berkata bahwa dia hanya anggap Cio sebagai Teman saja, dan bukan tipenya karena saat itu Cio memang agak gemukan, sementara gadis itu mau dengan Cowok yang badannya punya kotak-kotak.

"Adek!!!"

"Apa sih, kak! Cio udah bilang jangan teriak!"

"Salah adek, kenapa melamun! Lihat depannya adek apa! Ntar jatuh nangis, bukan salah kakak!"

Cio melirik sesuai yang di katakan kakak keduanya, lalu dia melihat kolam renang. Sial, dia hampir tercebur!

Cio menghela napasnya, kemudian mendekat kearah Leon dan berdiri di sampingnya. Disana juga sudah ada Michael, kakak pertamanya sedang melakukan pemanasan.

"Adek juga ikut main yah? adek satu tim dengan kakak."

Puk!

Cio memukul kepala kakak keduanya itu dan menatapnya dengan kesal; "Kakak lupa yah, Cio baru keluar dari rumah sakit. Kakak mau Cio masuk rumah sakit lagi!"

GaudencioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang