Kantin Sekolah

7.6K 623 6
                                    

Gaudencio duduk anteng di ruang kelasnya, kursinya ada di dekat jendela sehingga Cio bisa saja mencuri waktu untuk memperhatikan pemandangan di luar.

Cio ada di kelas X.2 ketika dia masuk kelas tadi, teman-teman sekelasnya pada tanya tentang keadaannya.

Berita kalau Cio jatuh di jembatan membuat heboh seantero sekolah.

Gaudencio tidak terlalu di kenal, bahkan paling mungkin dia hanya di kenal sebagai pengganggu Sekolah, tukang bully yang suka menggertak Ara untuk menarik perhatian orang-orang.

Yah, pokoknya Cio tidak terlalu di sorot. Kecuali dalam lingkungan kelasnya, Cio di kenal sebagai anak yang pendiam, penyendiri, tidak suka bergaul, antisosial.

Jadi selama di masa sekolah di kehidupannya yang dulu, Gaudencio sama sekali tidak punya teman.

Dan sekarang, dia tidak tahu bagaimana memulai obrolan dengan teman sekelasnya.

Jadi, Cio hanya memilih diam dan memperhatikan guru menjelaskan di depan kelas.

Ketika waktu istirahat tiba, Cio masih tetap duduk di kelasnya dengan baik sambil menunggu kakaknya datang.

Ya, sebenarnya Cio bisa pergi sendiri sih tapi pasti di tengah jalan akan ada drama, jadi lebih baik menunggu kedua penjaganya.

Brak!

Leon membuka pintu kelas Cio dengan tergesa-gesa, "Adek, kakak datang!"

Bima dan Sakti, hanya menatap Leon dengan penasaran. Ini adalah pertama kalinya mereka melihat Leon sangat bersemangat, ketika menuju ke wilayah anak kelas tahun pertama.

Sebelumnya, pernah sih pas semester lalu hanya saja tidak Semangat ini. Dulu Leon selalu datang untuk menjemput Ara ke kelasnya dan kemudian membiarkan gadis itu memeluk lengannya, sambil mereka berjalan menuju Kantin.

Dan wajah Leon kaku...

Sekarang, mereka melihat Leon tersenyum lebih cerah dari biasanya, dia berjalan di depan mereka dengan merangkul adik kelas yang tidak terlalu mereka kenali.

"Leon, siapa bocah ini? Gue lihat Lo akrab banget." Sakti bertanya padanya.

"Adek kesayangan gue, kenalin namanya Gaudencio. Lo pada gak boleh dekat-dekat," Jawab Leon sambil dirinya melirik kedua temannya.

"Lo tenang aja lagi, gue juga punya adek kok."

Bima yang tidak dapat bergabung dalam obrolan karena gak punya saudara, menangis dalam hati Bunda Bim-Bim juga pengen adek!

Biar gak di cuekin...

Cio sendiri yang lagi jadi topik obrolan kakaknya, hanya pasrah. Sebenarnya tidak masalah, hanya saja Cio susah jalan karena di rangkul kakak keduanya.

Leon berat tahu!

"Kak, bisa jalan normal gak? Pundak Cio pegal, kakak berat."

"Gimana kalau kakak gendong adek aja?" tawar Leon.

Cio menatap horor pada kakaknya, "Gak, jalan sendiri. Cio udah besar, kenapa harus gendong lagi!"

"Yah, kan dek siapa tahu aja kamu mau kakak gendong. Lagi pula adek tubuhnya.kecil kok, masih seperti usia 13 tahun."

Cio berhenti bergerak, dan menatap wajah kakaknya dengan kesal.

Crak!

"Argh!!! Adek!"

Cio baru saja menginjak kaki Leon, kesal dia tuh. Mentang-mentang sudah tinggi jadi membandingkan dengan dirinya yang bertubuh pendek tapi agak berisi karena asupan gizi dari baby sister kesayangannya.

GaudencioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang