Jisoo masih saja tidak berhenti memusatkan perhatiannya kepada Jane, yang sampai sekarang masih tidak kunjung juga mengangkat telepon darinya atau bahkan untuk membalas pesannya pun tidak.Dengan gelisah ia memutar handphone miliknya, menimbang apa dia harus tetap menghubungi Jane untuk mengabarinya bahwa dia akan ke Seoul besok atau tidak. "sudahlah, lupakan saja orang yang tidak pernah memikirkanmu itu" Jisoo spontan beranjak dari sofa panjang miliknya. Ia mendapati sosok Ruka yang sepertinya baru saja kembali dari pekerjaan part-timenya.
"aku- aku tidak memikirkannya" bohong Jisoo
Ruka mendecih sambil meletakkan satu paper bag yang dibawanya ke atas counter top dapur. "kau nampak bodoh, unnie"
Belum sempat Jisoo memprotes perkataan tidak sopan yang dilontarkan oleh adiknya itu, Ruka dengan cepat melanjutkan kalimatnya "kalau aku jadi kau, aku akan segera melupakan si Jane Jane itu dan memilih untuk memacari Nayeon unnie saja!"
"kau selalu berbicara sembarangan. Nayeon itu temanku, kau ini bicara apa" Ruka mendengus kesal "kau tidak peka, itulah yang sedang ku bicarakan"
Jisoo memperhatikan Ruka dengan bingung, sekilas menyadari bahwa sang unnie sedang menunggu penjelasan lebih lanjut darinya. Ia menghela nafas panjangnya "jangan melihatku seperti itu, bukan bagianku untuk memberitahu soal perasaanya padamu"
"kau sungguh tidak jelas" Jisoo memutar bola matanya dengan malas "kau yang tidak mengerti, pabo" mata Jisoo terbelalak menatap keberanian sang adik mengatainya seperti itu "YA!"
Ruka menyungingkam senyum miringnya, tanpa menatap Jisoo dia berkata satu kalimat yang membungkam Jisoo "kau marah karena kau merasa itu benar, bukankah begitu?"
"sudahlah, aku malas berdebat, kepalaku sakit" Jisoo memutar badannya membelakangi Ruka. Perhatiannya kembali tertuju kepada handphone miliknya. "Jane.." lirihnya.
Akhirnya, Jisoo memutuskan untuk memikirkan kembali ketika dia sudah benar benar sampai di Seoul. "unnie" mendengar namanya dipanggil dengan lirih, Jisoo segera menoleh ke arah Ruka.
"lupakan saja dia kalau dia hanya bisa menyakitimu seperti ini, dia tidak pantas mendapatkan perhatian sebesar itu darimu, dan lagi, kau berhak bahagia unnie" Jisoo hanya memberikan senyum kecil atas kekhawatiran adik kecilnya itu "arraseo, aku akan mempertimbangkannya. terima kasih, Ruka-ya"
"istirahatlah unnie, penerbanganmu cukup pagi besok" Jisoo mendekati Ruka sebelum berjalan ke arah kamar tidurnya "gomawo dongsaeng" ujar Jisoo sambil mengusap puncak kepala Ruka dengan lembut.
***
"unniee! ampuni akuu!" gadis blondé itu ketakutan setengah mati, sampai sampai dia harus menamengi dirinya sendiri dengan tas ransel yang tidak diketahui pemiliknya, well tadi dia tidak sempat memikirkan apapun selain pikiran untuk menyelamatkan nyawanya jadi dia hanya meraih apa saja yang berada di dekatnya
"AKAN KU BUNUH KAU HARI INI PARK CHAEYOUNG" teriakkan itu menggelegar di seluruh penjuru dance studio. hari itu masih cukup pagi, maka belum ada seorang pun di ruangan itu selain Jennie dan Rosè.
Jennie menarik tas ransel yang Rosé pegang dengan kasarnya. "UNNIEEEEEE" teriak Rosé, mungkin dalam bentuk fisik, Rosè bisa dibilang jauh lebih besar dari Jennie, namun dalam hal kekuatan, Jennie tidak bisa dianggap remeh.
"ya! kenapa kau memberitahu Irene?! kenapa kau jahat sekali! aku sudah bilang padamu jangan memberitahu siapapun" marah Jennie sambil beberapa kali memukuli tas ransel yang menjadi tameng yang digunakan oleh Rosè itu
YOU ARE READING
Unexpectedly (Jennie x Jisoo Blackpink, Jensoo)
RomanceJensoo (Jennie X Jisoo Blackpink) ✔️ Bahasa Indonesia 🇮🇩 Warning ⚠️ GxG, 18+ "i think you are my serendipity. i wasn't even looking for you and i wasn't even expecting you, but i'm kinda lucky i met you."