"Kin, duduk dong. Mama jadi ikutan pusing kalau kamu mondar mandir terus begitu."
Itu teguran yang entah keberapa, tapi rasanya Kinar sudah menulikan telinganya. Kecemasannya semakin beralasan dan semua protes dari mamanya tidak sama sekali membantu. Lagipula, semua masalah undangan dan pernak pernik acara sudah ada yang mengurus, ada hal penting lainnya yang mengganggu Kinar.
"Kin, astaga..."
Hampir saja Kinar melemparkan ponsel di tangannya. "Ma, ini udah jam delapan malam. Mas Langit masih nggak ada kabarnya! Aku tuh... khawatir."
"Mama tahu, tapi kamu yang uring-uringan begini kan juga buat Mama pusing. Mending dibawa duduk dulu sini, kita tunggu Papa pulang baru kamu minta baik-baik buat kesana, ya?" Itu karena Ivana juga sudah pusing menjadi penengah antara sang putri dan suaminya. "Nanti Mama yang kena marah lagi sama Papa gara-gara kasih kamu pergi apalagi malam-malam begini."
"Pergi kan juga aku nggak kemana-mana, Ma. Cuma mau memastikan keadaannya Mas Langit aja. Ck!" Kesal Kinar. Wajahnya sudah ditekuk sedari tadi. Ketara sekali sedang menahan diri meski rasanya sangat gelisah.
"Iya, Mama tahu..." Ivana mendesah pusing. "Sini, duduk dulu sebentar. Kamu putuskan dulu, ini si Rega sama selingkuhannya jadinya mau kamu undang apa enggak?"
Padahal Vala kini sudah resmi menjadi istri Rega tetapi sepertinya label selingkuhan tidak akan pernah bisa lepas dari namanya. Yah... Kinar juga tidak bisa menyalahkan mama nya untuk masalah ini.
"Ya... udah, undang aja biar Mama seneng." Karena Kinar tahu kalau mamanya adalah orang yang paling berharap Rega datang sehingga bisa menunjukan betapa tidak ruginya keluarga Mahardika kehilangan calon menantu brengsek semacam Rega itu.
"Nggak bilang ke Langit dulu?"
Kinar mengibaskan tangannya sambil lalu, "Mas Langit juga paling terserah gimana aku. Udah, kalau mau undang, ya udang aja. Sekalian aku mau pamer kemesraan sama Mas Langit besok."
Dan jadilah dua nama yang sejak beberapa hari lalu menjadi bahan perdebatan tersebut dimasukan kedalam daftar tamu undangan. Ini sudah H-2 dan jelas sekali undangan yang diterima oleh Rega dan Vala adalah jenis undangan susulan. Tapi toh mana Ivana pikirkan itu. Yang penting dirinya bisa memuaskan kekesalannya.
"Ma, Papa masih lama pulangnya?" Kinar kembali berdecak-decak karena nomor Langit belum juga aktif. "Bu Ratih bilang Mas Langit juga belum pulang ke rumah."
"Beneran belum sampai di rumah? Tadi itu terakhir kamu video call jam empat kan?" Ivana ingat karena setelahnya Kinar bahkan mengaturkan untuk jadwal massage and spa ke rumah Langit. "Lingga bagaimana? Sudah bisa dihubungi anak itu?"
Kinar menggeleng. "Mas Langit bilang ada proyek di Bekasi. Nggak tahu juga pulang apa enggak, tapi telepon aku nggak diangkat-angkat." Kinar mengangat ponselnya untuk menunjukan deretan panggilan keluar yang tidak satupun dijawab saat layar ponsel miliknya menyala. Sebuah panggilan masuk dari nomor tidak dikenal.
"Siapa?"
Tetapi Kinar menggeleng. Dia juga tidak tahu, tapi feeling nya tidak bagus. "Halo..."
Ivana begitu saja beranjak bangkit dari duduknya. Wajah Kinar perlahan berubah tegang dan pucat sampai akhirnya panggilan diakhiri dengan konfirmasi sebuah alamat rumah sakit. Dan tahulah Ivana bahwa keadaannya tidak baik-baik saja.
"M—mas Langit di rumah sakit, Ma..." gumam Kinar dengan sedikit gugup. "Aku... aku harus kesana sekarang."
Satu lengan Kinar ditahan dan tatapannya yang memerah siap menangis menyorot marah. Tetapi Ivana tidak mungkin melepaskan Kinar yang kalut begitu saja. "Tunggu, Mama ikut kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Untuk Mas Langit [END]
RomanceDi hari pernikahannya, Kinara Laurasia Mahardika mengetahui fakta bahwa Rega-calon suaminya ternyata berselingkuh. Alasannya sangat mengejutkan, bahwa seama 7 tahun mereka berpacaran Kinara hanya membatasi pelukan atau sekedar ciuman di pipi. Bagaim...