14. Salah Paham

2K 114 14
                                    

Seorang pelayan datang bersama dengan Rega yang memasang senyuman lebar di wajahnya. Jenis senyum yang membuat Kinar merasa mual karenanya.

"Kejutan banget nggak sih? Setelah malam itu kamu datang bersama Mama mu dan mengacau, sekarang kamu menghubungi aku duluan."

Sialan! "Nggak usah basa basi busuk. Aku minta ketemu karena mau ambil pasport aku yang ada di kamu."

Satu alis Rega terangkat dengan masih tatapan menyebalkannya. "Kalau aku nggak mau kasih?"

Sebenarnya ini yang paling membuat Kinar malas. Harus bertemu muka seperti ini saja sudah membuatnya muak sekali, apalagi sampai meladeni Rega dalam versi menyebalkannya ini? Jadi, Kinar sudah mengantisipasinya dengan menyiapkan rencana cadangan.

Diangkatnya ponsel dalam panggilan darurat, "halo, kantor polisi. Saya mau melaporkan-"

"Eits! Kamu gila ya?!" Rega langsung menepis ponsel Kinar sampai terjatuh. Tatapannya melotot dan jelas tidak menyangka atas sikap nekat yang Kinar lakukan. "Kenapa harus sampai lapor polisi segala, sih?!"

Ponsel Kinar jatuh berdebum, untungnya masih diatas meja. Meskipun begitu, ada lecet sedikit saja maka Kinar akan pastikan kalau Rega akan melakukan pembayaran ganti rugi yang sesuai. Tapi bukan itu tujuan awalnya datang.

"Duapuluh menit aku nggak kembali ke mobil, supir akan langsung telepon Papa. Dan kamu pasti tahu apa yang bisa dilakukan Papa kalau sampai tahu anak gadis nya kamu tahan-tahan disini." Kinar berujar sengit.

"Memangnya harus sampai seperti ini? Astaga..." Rega berujar frustasi tetapi tetap mengeluarkan buku dan surat izin terbang miliknya. Sedikit emosi melemparkannya ke meja.

"Kalau itu tentang kamu, aku memang harus selalu mengamankan diri dengan banyak rencana cadangan."

Rega menatap Kinar dengan desahan lelah. "Kamu berubah, Kin. Aku nggak mengenal Kinar yang ada dihadapan aku sekarang ini."

"Ya dipikir aja. Mana ada cewek habis diselingkuhi terus masih bisa bersikap manis dan haha hihi sama mantan brengseknya?" Kinar sepertinya harus memuji dirinya karena semakin lihai menggunakan kalimat sarkasnya.

"Itu sudah berlalu, Kin. Bisa nggak kita melupakan aja dan mulai dengan hubungan yang baik? Lagipula... nggak puas kamu sudah mempermalukan aku kemarin di acara pernikahan? Bahkan Vala samapi masuk rumah sakit karena pendarahan."

"Ohya? Bagus dong..." senyum sinis Kinar jelas menutupi rasa muaknya. "Nggak sekalian mati aja itu mantan selingkuhan yang sekarang naik level jadi istri kamu?"

"Kinar!" Seru Rega karena tidak percaya bahwa gadis semanis Kinar bisa mengatakan kalimat kejam tersebut. "Tega ya kamu sampai bilang begitu? Vala itu lagi hamil dan-"

"Dan itu nggak ada urusannya sama aku." Tandas Kinar dengan wajah datarnya.

Rega geleng kepala dengan sikap sinis yang Kinar tunjukan. Benar-benar tidak habis pikir. "Aku nggak ngerti. Selain berubah ternyata kamu benar-benar berpikiran sempit. Apa segitu nggak terimanya kamu kalau aku akhirnya menikahi Vala? Ini semua salah-"

Byuuur!

Gelas air putih dihadapan Kinar terangkat. Sisa airnya masih bergolak sementara wajah Rega yang shock terlihat dipenuhi bulir dan tetes air dari gelas tersebut yang Kinar lemparkan baru saja.

"Kepercayaan diri kamu itu buat perut aku mual," sinis Kinar. Tanpa rasa bersalah karena telah membuat Rega menjadi basah akibat lemparan air miliknya. "Satu hal lagi, kamu tahu kenapa aku sampai mau repot-repot menemui kamu untuk meminta pasport ini?"

Rega diam dengan wajah kaku. Antara malu sudah menjadi pusat perhatian orang-orang juga karena raut datar Kinar yang terasa begitu merendahkannya.

"Aku butuh ini untuk menyusul calon suamiku. Bukan hanya kamu, tapi aku juga akan segera menikah. Tentunya dengan laki-laki beruntung yang nggak hanya memaksa dan menuntut aku untuk menjadi calon istri yang sesuai untuk dia tetapi sikap gentelman dia yang berani menghadapi Papa dan Mama ku." Kinar meraih tas tangannya dan beranjak berdiri. Sekali lagi menatap Rega yang kaku, "nggak seperti seseorang yang terlalu pengecut untuk menjadi menantu dari kedua orangtuaku."

Istri Untuk Mas Langit [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang