Bab 3

1K 63 6
                                    


Patah Hati


Di luar kelas

Ai Pov

“Au.. aku lapar sekali..”

“Bagaimana kalau kita pergi makan? Kamu ingin makan apa, Ai?” Tanya Intha.

“Ai berkata dia ingin makan ayam goreng..” Jawab Nhai.

“Aku tidak bertanya kepadamu, Nhai..” Balas Intha lagi.

“Aku hanya ingin menjawabnya memang salah?”

“Hah..” Ton menghela napas.

“Sudah cukup.. Ayo kita pergi ke mall yang ada di belakang Universitas saja, bagaimana?” Tanya Nine.

Setelah mendengar perkataan Nine, kami semua mengangguk setuju.

“Lalu bagaimana kamu pergi ke mall itu, Ai? Apakah kamu membawa mobilmu?” Tanya Ton.

“Aku berpikir, aku akan memarkirkan mobilku disini saja. Lalu akan pergi kesana bersama-sama dengan Nhai..”

“Hei Ai.. Jangan..”

“Kenapa Ton?” Tanya Nhai.

“…” Ton segera terdiam sambil menatap Nhai.

“Kamu jangan mengatakan apa-apa padanya..” Kata Nhai.

Lalu dia segera menaruh telunjuknya di depan bibirnya.

“Kamu bisa ikut dengan mobilku kalau kamu mau..” Kata Nine.

“Tidak apa-apa. Aku hanya ingin mencoba naik motornya saja..”

Saat aku mengatakan seperti itu, aku melihat teman-teman Nhai saling berpandangan dan tersenyum mencurigakan sedangkan Nhai sendiri tersenyum penuh kemenangan.

“Kalian lihatkan? Ai temanku tersayang ingin naik motorku. Kalian semua cepatlah pergi dari sini. Ayo cepat pergi sana..”

“Semoga beruntung..” Kata Ton kepadaku sebelum dia pergi.

Aku hanya menatapnya dengan pandangan bingung dan tersenyum, lalu mengikuti Nhai ke arah motornya.

---

Ai Pov

Aku saat ini sedang duduk di atas motor Harley-Davidson dan menghadapi lalu lintas kota Bangkok yang padat. Aku menghirup debu asap kotor kendaraan yang ada di sekitarku dan merasakan panas matahari yang sangat menyengat di tubuhku. Hal ini membuat kepalaku sakit sampai berdenyut-denyut dan mataku menjadi buram. 😞

Aku tidak suka naik motor sebenarnya, tetapi demi dekat dengan Nhai tidak apa mencoba sekali-sekali naik motor. 😊

---

Parkiran Motor Mall

Saat ini kami sudah sampai parkiran motor mall dan aku sedang mengembalikan helm yang aku pakai kepada Nhai saat kami sampai.

“Kamu berkata padaku bahwa mall itu dekat dengan Universitas, kenapa aku merasa kita pergi begitu jauh?” Tanyaku.

“Hmm.. Mereka sudah sampai dan mengatakan padaku bahwa mereka sudah memesan makanan untuk kita. Jadi ayo kita masuk dan makan..” Balas Nhai tanpa mau menjawab pertanyaanku. 😅

“Kenapa mereka yang pergi dengan mobil bisa lebih cepat sampai dari kita?” Tanyaku lagi.

“Yeah.. itu karena mobil lebih cepat daripada menggunakan motor..” Balas Nhai. 🙄

“Hm? Kenapa bisa begitu?” Aku bertanya karena tidak mengerti perkataan Nhai.

Nhai hanya mengangkat alisnya dan kemudian mulai menggerakkan kakinya yang panjang itu untuk turun dari motor yang dia kangkangi itu dan dia terlihat sangat keren saat dia naik atau turun dari motor itu. 

Dia turun dengan kaki kanannya dulu yang dia miringkan ke belakang dan membawa tubuhnya yang ramping untuk berdiri dan menyebabkan celana panjang yang dia pakai sedikit terangkat.

Hhmm.. Dia memakai celana panjang berwarna gelap, pinggang yang ramping, paha yang terlihat kurus dan kuat pasti dia sangat populer di Universitas. 🤔

Kenapa dia sangat suka memakai celana panjang yang sangat pas di tubuhnya sehingga menampilkan lekukan tubuhnya, Sial! Dia benar-benar sangat tampan dan cantik di waktu yang bersamaan.

Saat sedang memikirkan gaya berpakian Nhai, dia menatapku dan tersenyum sehingga matanya tidak terlihat. Senyumannya terlihat sangat cerah dan saat melihat wajahnya membuat aku merasa panas di wajahku.

Aku baru bertemu orang yang tanpa sadar membetulkan pakaian dalamnya di depan umum seperti ini. Yeah.. ini adalah pertama kalinya bagiku melihat orang yang tidak punya malu sepertinya. 😅

Pada saat aku menatapnya pertama kali, aku berpikir dia sangat mirip dengan Chao Nan, tetapi setelah mengenalnya dia tidak terlalu mirip dengan Nan. Dia memang mirip dengan Nan, tetapi.. kebiasannya sangat berbeda jauh.😅

---

Di restoran ayam

Ai Pov

“Aku sudah tahu bahwa mereka berdua akan datang terlambat..” Kata Intha.

“Ah.. baru saja kita omongi mereka sudah sampai..” Kata Ton.

“Akhirnya kalian datang juga..” Kata Nine.

“Apakah kamu membawa Ai keliling dunia dulu, Nhai?” Tanya Intha.

Begitu kami berjalan ke arah meja kami di dalam restoran ini, aku menyadari ada banyak orang di dalam restoran ini yang menatap kami berdua dengan intens.

Tentu saja mereka memperhatikan kami berdua, Nhai termasuk tampan dan tinggi serta dia juga sangat suka tersenyum.
Hal ini seperti membuat mereka melihat pria di dalam serial Korea. 😅

“Tidak. Aku hanya membawa dia melewati jalan pintas saja..” Balas Nhai.

“Kamu membawa dia lewat jalan pintas yang mana? Kami sudah duduk disini dari tadi dan sudah minum cola juga..” Kata Intha.

“Lalu.. Mana minumanku?” Tanya Nhai.

“Itu baru saja diantar. Siapa suruh kamu datang begitu terlambat?” Kata Nine.

“Kamu membawanya melewati jalan pintas? Bukannya setiap kali kamu pergi kamu pasti akan tersesat?” Tanya Intha.

“Kenapa kalian bisa sampai begitu cepat?” Tanyaku.

Aku lalu segera duduk di meja itu bersama-sama dengan mereka. Aku merasa sedikit aneh saat melihat lima pria besar yang duduk mengelilingi satu meja bundar yang tidak terlalu besar ini. Meja ini memang tidak besar sehingga kaki kami  semua sering bersentuhan.

Bukankah hal ini sedikit terlihat tidak normal? 🤔

Aku berkata seperti itu karena berkali-kali kaki Nhai menyentuh kakiku.

“Kami hanya melewati jalan biasa saja. Orang yang membawa motor dan pergi bersama-sama denganmu bukanlah orang biasa. Kalau tidak tersesat atau melewati jalan lain namanya bukan Chen Nhai..” Kata Intha.

“Betul. Pernah suatu kali kami pergi ke Phetchabun. Aku ikut dengan mobil Nine, tetapi orang ini bersihkeras untuk membawa motornya sendiri tetapi dia malah pergi ke Phetchanburi. Makanya dia tidak jadi ikut pergi bersama-sama dengan kami waktu itu haha..” Kata Ton.

“Sudah jangan bicara lagi. Makan saja ini. Sekarang gambarku di depan Ai sudah kamu hancurkan..” Kata Nhai.

“Gambar? Maksudmu adalah kesan terhadapmu kan?” Tanyaku.

Aku mengerutkan alisku dan bibirku yang tadi tersenyum mulai tidak tersenyum lagi ketika aku bertanya kepada Nhai.

“Yeah.. kamu betul..” Kata Nhai sambil tersenyum.

“Selamat Ai, kamu adalah orang pertama yang bisa mengerti apa yang dia katakan..” Kata Ton.

“Hah? Benarkah?” Tanyaku.

“Selama hidupku, aku tidak pernah mengerti apa yang dia katakan. Hal ini karena dia terlalu parah bila berbicara sehingga dia selalu diputuskan oleh pacarnya..” Kata Nine.

“Baiklah.. Kalian semua sangat suka menjelekkan aku kan? Aku akan membalas kalian. Aku akan membocorkan rahasia kalian semua saat menggoda para gadis..” Balas Nhai.

“Yeah.. bocorkan saja..” Kata ketiga teman Nhai bersama-sama.

“… Aku akan membicarakan tentang Ton dulu. Dia… Dia..”

Nhai segera menunjuk ke arah temannya dan tidak lama matanya berkedip-kedip seperti sedang berpikir saat menatap teman-temannya itu sebelum dia menurunkan tangannya lalu mengambil gelas colanya Dan meminumnya seperti biasa.

“…”

“Oui.. Kenapa kalian semua tidak mempunyai hal yang memalukan untuk aku ceritakan kepada orang lain?” Kata Nhai dengan nada kesal.

“Karena kami semua adalah orang yang normal tidak seperti dirimu..” Kata Ton.

“Aku merasa sedih saat menyadarinya. Mengapa aku terlihat begitu menyedihkan di depan kalian?” Kata Nhai.

Setelah itu dia hanya bisa menghela napas dan matanya menatap ke arah bawah seolah-olah dia merasa sedih. Dia seperti mengharapkan ada orang yang bisa mengerti dirinya dan menghiburnya. Bahkan saat ini aku juga ikut mentertawakannya bersama teman-temannya.

“Lalu apakah saat ini kamu mempunyai pacar?” Tanyaku.

“Tidak punya. Aku sudah setahun ini jomblo. Seratus persen jomblo. Kamu pasti tidak menyangka orang setampan diriku masih jomblo kan?Aku benar-benar merasakan kesepian, Ai.. ” Jawab Nhai sambil seperti setengah memohon padaku.

“Yeah.. itu karena kamu tidak bisa menjaga bebekmu sendiri. Makanya jagalah baik-baik bebek itu maka kamu tidak akan kesepian lagi..” Balas Intha.

“Bebek?” Tanyaku.

“Ehm gantungan kunci bebek yang waktu itu kamu pungut karena dia menjatuhkannya. Omong-omong, Ai apakah kamu mempunyai pacar?” Tanya Intha.

“Oh.. Khun Intha, kamu bisa melihat wajahnya Aiyaret yang tampan itu. Tidak mungkin dia tidak memiliki pacar..” Kata Ton.

“Hm.. Kamu benar juga..” kata Intha.

“Ehm.. Aku masih belum memiliki pacar. Tetapi aku akan mulai menggoda seseorang yang ada di dekatku saat ini..” Balasku.

“Hah? Apa?”

Mereka berempat langsung berteriak kaget dan tampak sedikit terkejut saat mendengar jawabanku dan mata mereka melotot seolah-olah tidak mempercayai perkataanku.

“Apakah kamu sungguhan?” Tanya Nhai.

“Benar-benar tidak bisa dipercaya..” Kata Intha.

“Dia tidak mempunyai pacar..” Kata Nhai kepada teman-temannya.

“Yeah.. aku tidak memiliki pacar..” Balasku.

Aku tersenyum manis dan mengambil sepotong kentang goreng untuk aku makan. Mantan pacarku pernah berkata bahwa kentang goreng dan makaroni di restoran ini yang paling enak. Saat ini aku menyetujui perkataannya itu. ☺️

“Hmm, makanan ini benar-benar enak." Kataku.

Aku mengatakan hal itu setelah melihat mereka masih manatapku dengan pandangan masih tidak mempercayai perkataanku itu.  Aku kemudian berkata lagi.

“Memang ada yang salah bila aku belum memiliki pacar sampai saat ini?” Tanyaku.

“Hmm.. Tidak ada sih. Tetapi memang seperti apa tipemu?” Tanya Intha.

“Memang kalian suka tipe yang seperti apa?” Tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaan Intha.

“Aku suka orang yang baik hati, imut dan hanya mencintai aku seorang saja..” Kata Ton.

“Aku menyukai orang yang juga menyukai aku apa adanya..” Balas Intha.

“Aku juga memiliki pemikiran yang sama dengan Intha..” Balas Nine.

“Lalu bagaimana denganmu?” Tanyaku pada Nhai.

“Aku sudah mempunyai orang yang aku sukai. Nong Karn Liuw, dia adalah mahasiswa tahun pertama dari Fakultas Manajemen dan juga bintang Fakultas..” Kata Nhai.

Saat mendengar perkataannya, aku menjadi sedikit sedih dan terdiam. 😔

“Dia berambut panjang, di lengannya ada bulu tangan yang terasa halus dan lembut..” Tambah Nhai lagi.

“Kenapa kamu sangat mesum, Nhai!” Kata Nine.

“Kamu tidak mengerti, Nine. Orang yang memiliki bulu di tangannya sangat mempesona. Benarkan Ai?” Tanya Nhai.

“Hm.. Aku tidak tahu karena aku tidak memiliki bulu tangan di tanganku..”

“Apa maksudmu? Meskipun kamu memiliki bulu tangan di tanganmu, aku juga tidak akan menyukaimu. Aku jadi merinding mendengar perkataanmu itu..” Kata Nhai lagi.

“Oh.. Aku sudah di tolak duluan sebelum mengatakan perasaanku. Sungguh sangat menyakitkan hatiku..” Balasku.

“Ooh.. Aku hanya becanda. Aku akan membagi minuman colaku padamu, Ai. Ini minumlah..” Kata Nhai.

“Oui.. Nhai, sedotan punyamu sudah kotor seperti itu dan masih meminta Ai untuk meminumnya. Aku sudah memesankan minuman satu orang satu disini. Ai, kamu..” Kata Ton.

“Tidak apa-apa, aku tidak merasa keberatan dan ingin merasakan cola rasa spicy wings..” Balasku.

Aku melihat Nhai segera mengalungkan lengannya di leherku. Aku hampir saja berbicara tetapi aku mendengar Nhai bersin di dekatku. 🙄

Hachi!

Aku tidak tahu apakah dia benar-benar bersin atau hanya berpura-pura saja.

Nhai kemudian menunjuk ke arah tiga temannya yang lain dan mulai memberitahukan mereka.

“Kalian harus ingat ya, mulai saat ini teman terbaikku adalah Aiyaret. Sedangkan kalian semua, aku sudah tidak menyukai kalian lagi..” Kata Nhai.

“Terserah kamu saja..” Kata Intha.

“Baiklah..” Kata Nhai sambil tetap memeluk leherku.

“Tanganmu kotor dan kamu masih berani memeluk leher Ai..” Kata Intha lagi.

“Yeah.. dia teman baikku..” Kata Nhai.

“Baguslah kalau kamu menyukainya..” Kata Nine.

Setelah mendengar perkataan mereka itu, aku segera menepuk tangan Nhai yang saat ini masih mengunci leherku agar melepaskannya. Nhai segera menatapku seperti ingin bertanya, tetapi dia akhirnya melepaskan tangannya juga dari leherku.

“Ayo kita makan..” Kata Nhai.

“…”

“Makanan ini terlihat sangat enak..” Kata Nhai lagi.

Aku tidak ingin hanya berteman denganmu, Nhai. Tetapi aku ingin menjadi orang yang sepesial untukmu.
Kataku dalam hati sambil menatap Nhai yang sedang makan.

Akhirnya pesta ayam goreng sudah berakhir dan saat ini sudah sore menjelang malam sehingga  matahari sudah terbenam.

Saat ini matahari sudah tidak terlihat  lagi, jadi aku bisa merasakan angin yang bertiup dengan sejuk yang menerpa wajahku saat aku kembali duduk di atas motor Nhai.

Saat ini duduk di atas motor terasa lebih nyaman daripada saat kami pergi tadi siang. ☺️

---

Parkiran Universitas

Saat ini kami sudah sampai di Universitas lebih cepat daripada kami pergi tadi karena aku membuka navigation di ponselku dan mengarahkan Nhai. 😅

Saat aku turun di parkiran gedung Fakultas kami, Nhai bertanya padaku.

“Kamu memarkirkan mobilmu dimana? Biar aku antar kamu ke mobilmu..” Kata Nhai.

Aku memarkirkan mobilku di dekat sini agar aku bisa melihat dia turun dari motornya karena tempat parkir mobil dan motor dekat di Fakultas kami.

“Itu mobilku..” Balasku.

Bepp.. Bepp..

Aku kemudian menekan remote untuk membuka  mobilku dan lampu depan mobilku menyala membuat Nhai mengangkat kaca helmnya dan membuka matanya dengan lebar serta terlihat terkejut.

“Kamu mengendarai BMW X5?” Tanya Nhai.

“Yeah.. Ayahku hanya memperbolehkan aku mengemudiakan mobil yang ini daripada mobilku sendiri. Mobilku ada di rumah..” Balasku.

“Kamu benar-benar orang kaya, Ai..”

“Chao Nan mempunyai banyak mobil mewah di rumah. Jika kita sudah libur semester, aku akan mengajakmu main ke rumahku dan bertemu dengan Nan juga. Apakah kamu mau?”

“Chao Nan?”

“Yeah.. Dia adalah ayah angkatku dan dia adalah orang yang sangat baik. Ayo jika liburan kita pergi menemuinya dan kamu juga bisa mengajak ketiga temanmu itu..”

“Baiklah..”

“Kamu tinggal dimana?”

“Aku tinggal di asrama di sebelah Universitas dan tidak jauh dari sini. Kalau kamu?”

“Condo Xxx?” Jawabku dengan nada datar.

Aku kemudian mengangkat tanganku untuk membetulkan rambut depanku. Aku sedang mencari topik yang bisa aku bicarakan dengan Nhai karena aku masih ingin berbicara dengannya.

“Ah.. aku suka melewatinya. Kamu benar-benar anak orang kaya dan kamu juga benar-benar terlihat seperti pria sejati..” Kata Nhai.

“Ah.. Tidak juga. Ayahku yang mengajarkan aku untuk melakukan segala sesuatunya sendiri agar aku menjadi mandiri..”

“Oh.. Bagus sekali. Baiklah, kalau begitu aku rasa aku akan kembali sekarang. Kamu mengemudilah dengan baik..”

“Uhm.. Yeah..”

Saat Nhai akan pergi, aku kembali berkata kepadanya.

“Apakah kamu menggunakan aplikasi share lock di ponselmu? Jadi jika kamu tersesat maka aku akan dapat menemui dirimu. Keluarkan ponselmu aku akan menguduhnya untukmu..”

“Untuk apa aplikasi itu?” Nhai bertanya dengan wajah bingung.

Tetapi dia kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku celananya dan menyerahkannya padaku.

“Ini adalah aplikasi untuk bisa melacak dirimu. Aplikasi ini akan memberitahukan kepadaku ketika kamu meninggalakan rumahmu, kembali ke rumahmu serta memberitahukan aku dimana lokasimu berada. Jika kamu tersesat maka kamu bisa menelepon aku untuk menjemputmu..”

“Oh.. Baiklah. Jika aku tersesat kamu benar-benar akan menjemputku kan?”

“Yeah.. Jika kamu tersesat maka kamu bisa meneleponku dan aku akan menjemputmu. Kamu tidak perlu merasa khawatir lagi. Aplikasi ini sangat mudah digunakan. Baiklah ini sudah selesai..” Kataku dan mengembalikan ponselnya.

“Yeah.. terima kasih..”

“Hmm.  Setelah ini kamu mau kemana?”

“Aku akan duduk di depan asramaku..”

“Untuk apa?”

“Aku mau melihat Nong Karn Liuw karena dia biasanya suka duduk disana bersama-sama dengan teman-temannya. Karena saat ini aku masih sangat malas bila harus segera kembali ke kamarku..”

“Jadi.. Bolehkah aku ikut denganmu?”

“Untuk apa kamu ikut? Jika kamu ikut bisa saja Nong Karn Liuw lebih menyukaimu daripada diriku..”

“Boleh na. Aku tidak akan tertarik kepada siapapun lagi..”

“Ya sudahlah.. ayo kita pergi..”

---

Di bawah Asrama

“Mana Nong Karn Liuw?” Tanyaku.

“Itu dia disana yang baru saja keluar dari asramanya..”

Aku melihat ada gadis dengan rambut panjang dan tubuh yang semampai serta berkulit putih sesuai dengan arah tangan Nhai.

“Apa pendapatmu tentang Nong Karn Liuw?” Tanya Nhai.

Saat aku menatap matanya, aku merasa dia benar-benar sangat tidak percaya diri sama sekali. Aku hanya bisa tersenyum lembut saat menatapnya dan buru-buru menjawabnya.

“Lebih baik kamu bersikap lebih santai saat bertemu dengannya. Kamu juga bisa tersenyum manis untuk menggodanya bahkan kamu bisa bernyanyi dan memainkan alat musik seperti yang biasa di lakukan orang-orang saat sedang jatuh cinta..”

“Yeah.. tetapi aku tidak bisa bernyanyi dan aku benar-benar sangat gugup saat bertemu dengannya. Aku sudah bilang padamu..”

“Kamu bisa mulai bernyanyi sekarang. Jika aku berpikir suaramu jelek maka aku akan meminta kamu berhenti bernyanyi..”

“Aku benar-benar sangat jarang bernyanyi dan siapapun tidak ingin mendengar suaraku..”

Aku hanya bisa tertawa terbahak-bahak saat mendengar perkataan Nhai. Aku kemudian mengambil ponselku dan mulai mencari lagu yang sudah aku rekam yang pas untuk menggoda seseorang. Tidak lama suara jernih gitar yang aku mainkan segera terdengar.

Aku mulai bernyanyi dengan lembut di depan Nhai.

Well you done done me and you bet I felt it..

I tried to be chill but you’re so hot that I melted..

I fell right through the cracks

And now I’m trying to get back

Because the cool done run off I’ll be giving it my bestest

Nothing’s going to stop me but divine intervention

I reckon it’s again my turn to win some or learn some

But I won’t hesitate no more

No more it can’t wait

I’m yours..

Lirik I'm yours by Jason Mraz

Aku merasa sedikit terkejut dengan perasaanku sendiri. Aku sekarang merasa sedikit canggung saat melihat orang-orang yang ada di sekitar tempat kami duduk sedang memandangiku. 😅

Saat ini kami sedang duduk di meja marmer di depan asrama Fakultas.
Disini banyak orang-orang dari Fakultas yang berbeda-beda dan bukan teman-teman dari Fakultasku saja. Tetapi kami tetap bisa hidup rukun.

{✓} Ai Long NhaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang