FLASHBACK
Juli 2031
"Berapa hari??"
"5 hari."
Hana mengangguk. Kembali mengeratkan pelukannya pada tubuh sang suami. Bernaung pada selimut tebal yang menutupi tubuh mereka.
"Apa Kota Ankara yang akan kau kunjungi itu, pernah kau kunjungi sebelumnya?"
Seungmin menggeleng. "Belum. Ini pertama kalinya aku akan terbang ke Turki."
Hana mulai menutup matanya. "Dulu, Negara impianku adalah Turki."
Seungmin melihat wajah istrinya yang bersembunyi di ceruk lehernya. "Kita akan berlibur kesana suatu saat nanti. Kau mau?"
Seungmin mengernyit tatkala istrinya itu menggeleng pelan.
"Itu hanya masa lalu. Dulu aku ingin pergi kesana bersama ketiga sahabatku." Jelasnya.
Seungmin mengeratkan pelukannya. "Kalau begitu, pergi dengan 3 orang baru saja."
"Siapa?"
"Aku, Yuri, dan adik Yuri nanti."
Tanpa Seungmin ketahui, Hana tersenyum miris dalam dekapan itu.
Apa ia memiliki dosa besar jika tidak memberitahu hal yang akan ia lakukan nanti pada suaminya itu?
"Jangan melirik wanita lain disana."
Seungmin mengangguk. "Tentu saja. Untuk apa melirik wanita lain, jika aku sudah punya dirimu?"
"Cih.. Bisa saja."
***
Hana mengangguk yakin. "Ya.. Lakukan."
Selama kurang lebih satu jam, Hana akhirnya keluar dari ruangan itu.
Mata sembabnya masih terlihat jelas disana.
"Kau baik-baik saja Hana??" Seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu bertanya.
Hana mengangguk. "Aku tidak akan hamil lagi, jika sudah memakai suntik KB ini kan?"
Dokter perempuan bername-tag Suyeon itu mengangguk. "Ya. Tenang saja. Hanya saja, sering-seringlah memeriksakan diri padaku. Atau dokter penanganan seperti ini lagi."
"Kenapa kau menangis?" Tanya Suyeon.
"Aku telah mengaborsi sebuah bayi yang tidak berdosa. Bukankah aku jahat sekali?" Tanya Hana.
Suyeon tersenyum tipis. "Kau memang harus melakukannya. Rahimmu memang sudah tidak baik-baik saja sebelum kehadiran Yuri. Kau mampu menyimpan Yuri didalam sini saja sudah sebuah keajaiban besar."
"Nyawamu yang akan menjadi taruhannya, jika kau masih membiarkan janin itu ada disini." Suyeon menunjuk arah peut Hana.
"Sudah hal yang tepat melakukan KB. Tapi, kenapa kau tidak melangsungkan pengangkatan rahim saja?" Tanya Suyeon lagi.
Hana menggeleng kukuh. "Aku tidak berani memberitahunya pada Seungmin. Ia akan kecewa, benar bukan?"
Istri dari sahabat suaminya itu tersenyum dan menarik tubuhnya kedalam pelukannya.
"Seungmin itu sangat mencintaimu. Jika saja diberikan pilihan, ia pasti akan menyetujuinya. Ia juga akan melakukan hal yang sama, yaitu menyuruhmu untuk menggugurkan janin itu."
"Jangan khwatir. Yang perlu kau lakukan adalah, jujur padanya. Jika rahimmu tidak segera diangkat, hal fatal akan terjadi. Dan ingat, jangan mencoba-coba untuk hamil lagi."
Hana mengangguk. "Aku akan berusaha memberitahunya.."
Suyeon mengangguk. "Jangan takut. Seungmin tidak akan meninggalkanmu."
***
"Kejutan!!!"
Hana mendelik kaget. Ia menjatuhkan tas yang sedang ia pegang.
"Kim Seungmin!"
Mereka saling berpelukan.
"Kau tidak memberitahuku akan tiba hari ini!" Kesal Hana.
Seungmin tertawa dibalik punggungnya. "Surprise... Dimana Yuri?" Tanyanya.
"Aku menitipkan pada Ibu."
"Baru dari pameran?" Tanya Seungmin.
Hana mengangguk. "Eum.. Kau bawa aku hadiah?"
"Tentu. Disini."
Hana menatap heran Seungmin yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Setelah sadar, ia mulai memutar malas arah pandangannya.
"Ish! Aku mau hadiah coklat atau hadiah khas Turki lainnya."
Seungmin akhirnya mengalah dan memberikan sekotak coklat dengan bentuk yang berbeda-beda.
Istrinya itu tampak bersinar-bersinar saat melihat kotak berwarna merah kecoklatan itu.
"Kau hanya menatap coklat itu. Kau tidak merindukanku?"
Hana mendelik. "Aku sudah memelukmu tadi, apa lagi?"
Seungmin speechless mendengarnya. Kemudian mengangguk pasrah.
"Setidaknya berikan kalimat untuk menyambut kedatanganku..."
Hana tersenyum manis. "Selamat kembali kerumah, papa Yuri... Aku mencintaimu Kim Seungmin. Sampai kapan pun.. Aku hanya ingin tetap hidup lebih lama lagi bersamamu."
♡ PAINTING YOU ♡
©stayyyhere2023
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINTING YOU • KIM SEUNGMIN ✔
Short StorySELESAI ✔ Hana itu kesepian. Kedua orangtuanya yang mengasingkan dirinya, membuatnya hanya bergantung pada ke-Tiga sahabat kecilnya. Sungguh tragis, ketiga sahabat perempuannya itu juga tak berpegang teguh janji. Yera yang kehilangan nyawanya karena...