26. Mario dan Catrina

22 5 0
                                    

Niskala, Caca, dan Naya tidak diizinkan masuk ke gedung yang menjulang tinggi didepannya itu. Alasannya karena situasi kantor benar benar ramai dengan beberapa wartawan dari televisi. Meskipun kantor Mario yang berada di Surabaya adalah kantor Cabang namun tetap saja wartawan wartawan yang mencari uang ceperan itu tetap ngotot mendesak mencari informasi tentang berita Sabrina.

Alasan yang membuat Caca sangat kesal.

"Kampret!!! Kesel gue!" Ujar Caca sembari menendang batu kerikil yang ada di dekatnya.

Sedangkan Niskala melihat Caca seperti malah terkekeh, Caca terlihat lucu.

"Gue belum tau rencana Radit! Ngeselin banget sih, gatau terimakasih udah dianterin juga!"

Lagi lagi Niskala terkekeh kecil. Kali ini Caca menanggapi kekehan Niskala dengan memincingkan mata.

"Lo dari tadi ngetawain gue ya?!" Bentak Caca. Naya yang sedari tadi mencomot keripik kentang milik Niskala hanya melirik sekilas lalu kembali melanjutkan acara makannya. Gadis itu lapar.

"Gue ga ketawain lo kok."

"Ck! Kalian berdua sama aja, gaada rada khawatir khawatir nya dari tadi!" Celetuk Caca melampiaskan emosinya.

Bagaimana tidak emosi? Sedari tadi diperjalanan Niskala dan Caca terlihat sangat santai dan tidak melakukan tindakan apapun selain tidur dan ngemil.

Naya menghela nafas panjang. "Bahkan lo sendiri gabakal bisa ngelawan Kafka karena ayahnya pemilik agensi terbesar di negara ini, Ca." Ungkap Naya.

"Ngelawan Kafka ga semudah apa yang lo bayangin. Walaupun mungkin media bakal tau hal yang dialami Sabrina itu perbuatan kakak tirinya, Pak Mario gabakal tinggal diam karena nama baik anak kandungnya tercemar."

Naya bersandar di bahu Niskala dengan tenang menatap Caca. "Kalo lo ngotot ikutan masuk kedalem sama Radit yang ada lo bakal nyusahin mereka." Lanjut Naya.

Caca mengkerut kan dahi nya. Apa tadi yang Naya bilang? Nyusahin?

Niskala yang dapat melihat tanda tanda bahaya akan terjadi perang adu mulut menghela nafas panjang. Astaga andai saja tadi dia diperbolehkan ikut kedalam bersama Radit.

"Yaampun..."

Sementara di dalam kantor cabang milik Mario, Radit, Rayan dan juga Arjuna sudab duduk di dalam ruangan pribadi milik Mario.

Ruangan ini terlihat luas dan terlihat sangat nyaman untuk beristirahat saat seseorang sudah lelah bekerja. Dinding kaca yang begitu besar membuat Radit dapat melihat pemandangan kota dari sini.

"Sebentar lagi Papa akan berbicara dengan ayah sambung Sabrina." Ujar Arjuna basa basi. Bahkan sebelum diberi tahu Radit ataupun Rayan pun sudah tahu akan hal itu.

"Sudah tau Pa." Balas Rayan membuat Radit mengatupkan bibirnya rapat. Ia sedang mengalami masa canggung dengan Papa nya.

"Papa harap obrolan kita dan penjelasanmu tentang Kafka dapat mendapatkan hasil, Dit." Radit menoleh dan mengangguk mantap menatap Arjuna. Ia sudah membulatkan tekadnya untuk mengungkapkan kelakuan si biang kerok Kafka bagaimana pun caranya.

Hampir sepuluh menit mereka menunggu Mario disana dan akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang. Mario datang bersama perempuan dibelakang nya. Sekertaris Mario — Catrina.

Arjuna berdiri menyambut dan bersalaman dengan sepasang suami istri itu. Begitu juga dengan Radit dan Rayan.

"Maaf Pak Arjuna telah menunggu lama. Masalah di kantor benar benar sangat rumit sekarang." Ujar Mario merasa bersalah karena telah membuat tamu nya menunggu.

Persona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang