10. Penjelasan

30 17 1
                                    

Sabrina tertidur dengan posisi kepalanya diatas paha Radit. Iya, sedari tadi Radit tidak beranjak dari apartemen Sabrina karena melihat kondisi gadis itu begitu buruk.

Sebenarnya pikiran Radit sudah kemana mana dan ingin menghajar laki-laki yang berani menyakiti gadisnya itu.

Sesekali Radit menggertakan giginya saat tangannya mengelus luka di ujung bibir Sabrina. Luka yang karena bekas tamparan yang kencang.

"Dia ngapain kamu, Na?" Gumam Radit dengan menghela nafas dan tetap mengelus kepala Sabrina sayang.

"Emm.."

Radit menatap gadis yang tidur dipangkuan nya. Dia tersenyum kecil melihat wajah Sabrina dengan bibir yang terbuka. Suara dengkuran halus itu membuat gadis itu terlihat lucu dimata Radit.

Selang beberapa menit kemudian, Radit malah ikutan terbawa kedalam alam mimpi dengan posisi duduk. Mereka berdua terlihat lucu dengan posisi mereka masing masing.

Gadis itu membuka matanya disaat perutnya merasakan keroncongan akibat belum makan sedari pagi tadi.

"Radit?" Gumam Sabrina karena saat membuka matanya ia langsung melihat wajah Radit yang tertidur dengan tangan yang berada diatas kepalanya.

"hihihi." Sabrina berkikik melihat wajah Radit yang tertidur karena menemani nya.

"Lo ganteng ya ternyata?"

Sabrina mendudukan tubuhnya pelan pelan agar cowok yang ada disebelah nya itu tidak terbangun. Ia jadi malas untuk pergi ke dapur karena melihat wajah tampan Radit yang tertidur.

Sabrina menopang dagunya dan menoleh kesamping, dimana tempat Radit berada. "Lo baik juga nemenin gue disini dari tadi."

Tangan Sabrina hendak menyingkirkan beberapa helai rambut yang ada diwajah Radit. Namun saat hampir menyentuh rambutnya Sabrina mendadak grogi. Tangannya tiba tiba kaku saat itu juga.

"Na?" Panggil Radit saat ia mulai membuka mata. Dengan cepat Sabrina menarik tangannya dan menatap Radit dengan tatapan terkejut.

"Kok melotot gitu mukanya?" Tanya Radit bingung lalu membenarkan posisi duduknya.

'Gue tadi mau ngapainnnnnn!!' Jerit Sabrina dalam hati.

"e-eh i-itu... Engga kok!" Jawab Sabrina dengan gugup membuat sang lawan bicara memicingkan matanya curiga.

"Yaudah deh." Ujar Radit. Laki-laki itu mengusap kepala Sabrina lembut lalu menyentuh ujung bibir Sabrina yang terluka.

"Aku ambilin P3K dulu ya, Na. Kamu tunggu disini." Mendengar itu Sabrina tersenyum lalu mengangguk dengan cepat.

Krucuk

Krucuk

"Hehehe." Sabrina menampilkan giginya karena suara keroncongan dari perutnya membuat Radit kembali menoleh kearahnya.

"Hahahhaha kamu laper, Na?" Tanya Radit sembari tertawa karena melihat wajah Sabrina yang memerah karena menahan malu.

Dengan malu malu kucing gadis itu mengangguk sekilas. "i-iya." Cicitnya.

"Bentar ya."

Selang beberapa menit kemudian, Radit kembali dengan kantong kresek dan juga kotak obat ditangannya.

"Sinian, mau aku kompres pipinya."

Sabrina menganggukan kepalanya lalu menggeser tubuhnya lebih dekat kearah Radit.

"Na, kamu ditonjok apa gimana sih kok bisa sampe kaya gini?" Tanya Radit pelan-pelan takut takut Sabrina menangis lagi karena membahas Kafka.

"Iya." Jawaban Sabrina membuat Radit geram. Ia berdecak dan mengompres pipi Sabrina dengan pelan.

Persona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang