24. Biang kerok

26 9 1
                                    

Suasana gelap didalam kamar membuat gadis yang meringkuk diatas kasur semakin takut untuk beranjak turun dari kasur. Nafasnya sesak, ia sekarang diselimuti oleh rasa takut yang teramat sangat.

Sudah berkali-kali ia mendengar suara ketukan pintu kamarnya namun ia tetap urung untuk membukanya. Ia juga sudah berkali kali mendaptkan telpon dari beberapa orang terdekatnya termasuk juga pacarnya sendiri, Radit. 

Semua hal yang mencoba mengajaknya berbicara malah menambah perasaa takutnya semakin menjadi jadi. Ia benar benar depresi menghadapi masalah ini.

Masalah yang disebabkan oleh Kakak tirinya itu.

Masalah ini berawal dari peristiwa setelah makan siang kemarin yang masih terlihat lancar lancar saja. Sabrina masih tertawa dengan Catrina dan juga Mario.

***

"ceritakan ke Mama bagaimana hari hari mu disekolah, Na." Catrina menatap Sabrina lembut sambil memakan cookies di toples, buatan Sabrina (dan radit).

"Baik Ma. Brina selalu dapet peringkat pertama dikelas dan pastinya itu karena Mama." Jawab Sabrina tampak percaya diri. Catrina memincing kan alisnya manahan senyuman.

" hm? Bagaimana bisa karena mama?" Tanya Catrina sembari terkikik lucu. Ia merindukan anak gadisnya yang selalu saja senang memuji dan juga menggodanya.

"Karena Mama itu adalah wanita paling cerdas dan hebat yang aku kenal!" Seru Sabrina mengacugkan Cookies yang akan dimakanya keatas. 

"Oh ya?" Bukan Catrina yang bertanya, melaina Mario.

Mario yang baru saja menyelesaikan hajat nya dikamar mandi tadi kini sudah ikut bergabung duduk di sofa ruang keluarga untuk ikut berbincang dengan keluarga kecilnya itu.

Sabrina terlihat menoleh kekanan dan kekiri, ia mencari sosok yang ia benci selama ini. Kafka. Dimana dia sekarang? Tumben tidak ikutan caper didepa kedua orag  tuanya, sipaling sok menjadi kakak terhebat sepajang masa.

"ma, pa."

Nah itu dia. Baru jufga dibatin oleh Sabrina, si biang kerok itu sudah datang saja. Emang kaya setan, tiba tiba dateng, sekalinya dateng bikin takut Sabrina.

Mario meggeser duduknya memperssilaha Kafka untuk duduk disampinya, meyuruhnya juga ikut bergabung duduk bersama mereka.

Kafka duduk disebelah Mario, ia memasang ekspresi wajah sok sedihnya, sudah Sabrina tepabak kemungkinal hal yang aan terjadi selanjutnya adalah hal buruk bagi dirinya.

"Sudah dari tiga bulanan ini Sabrina ga pulang kerumah. Baru waktu denger kabar kalian akan kerumah saja dia langsung dengan segera pulang tanppa disuruh," Adu Kafka pada kedua orang tuanya. Catrina terkejut mendengar pernyataan Putra sambungnya. 

Ia beralih menatap Sabrina yang terlihat menunduk memainkan ujung jemarinya.

"Brina?" Sabrina mendogak menatap Catrina yang sudah menatapnya dengan penuh selidik dan tanda tanya. Ia juga beralih menoleh pada Mario yang terlihat mengkerutkan dahinya seperti tidak mengerti dengan keputusan yang Sabrina buat.

"Brina takut sama Kafka lagi?" Tanya Mario dengan penuh selidik pada Sabrina. Hal ini sudah sering dilakukan oleh Sabrina. Dan sudah berkali kali juga Sabrina medapatkan amukan dari Catrina.

Sabrina melirik laki-laki yang duduk di sebelah mario, Kafka menatap dirinya dengan pandangan mengejek seolah dirinya memenangkan permasalahan ini.

"Sabrina juga tinggal..." Kafka sengaja menggantung kalimatnya. Sabrina melotot menatap garang ke arah Kafka. Sabrina yakin, biang kerok itu pasti akan mengadu bahwa Sabrina tinggal bersebelahan dengan Radit yang tak lain adalah pacar Sabrina sendiri.

Persona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang