17. Ngehindar

22 10 0
                                    

dug

dug

dug

Sabrina dapat mendengar ketukan dari seberang tembok dikamar apartemen nya. Bisa ia tebak itu adalah ulah cowok yang tak lain pasti Radit.

Bahkan seharian ini Sabrina juga tidak ngechat Radit duluan karena masih merasa kecewa dengan kejadian siang tadi di mall.

"Lo aneh Dit." Ucap Sabrina sembari menyentuh tembok dimana suara ketukan tadi terdengar.

dug

Sabrina mengetuk tembok itu juga untuk membalasnya. Disebrang sana Radit tersenyum manis saat akhirnya mendapatkan jawaban dari ketukan Sabrina yang artinya gadis itu pasti belum tertidur.

Tiba tiba ada panggilan masuk di handphone Sabrina yang dapat gadis itu lihat terdapat nama Radit yang sedang memanggil nya.

"Hallo.." Sapa Radit dengan suara yang terdengar senang.

"Hai." Balas Sabrina. Gadis itu tiba tiba merasa tidak percaya dengan Radit karena kejadian tadi.

Sabrina kira, hubungannya dengan Radit bisa dikatakan lebih dari teman. Mereka bahkan sudah sering melakukan kegiatan bersama kan? Atau kah hanya Sabrina saja yang merasakan perasaan itu?

Banyak sekali pertanyaan dipikiran gadis itu. Ia merasa terjebak dengan perasaan yang ia buat sendiri.

Bahkan sebelum memulai hubungan dengan Radit gadis itu sudah dapat melihat laki-laki itu berjalan bersama dengan perempuan lain.

"Kamu udah makan, Na?" Tanya Radit selanjutnya. Laki-laki itu berbaring diatas kasurnya sembari menebarkan senyum manisnya.

Ia merindukan Sabrina sedari kemarin.

"Udah kok." Balas Sabrina singkat. Radit mengernyitkan dahinya bingung. Ia menatap ponselnya sebentar lalu menempelkan nya lagi ditelinga.

"Gimana kegiatan kamu hari ini? Ada yang seru ngga?" Tanya Radit lagi lagi hanya dibalas dengan singkat oleh Sabrina.

Radit langsung beranjak duduk saat itu juga. Ia merasa ada yang tidak beres dengan gadis yang tinggal disebelah apartemen nya itu.

Dia beranjak keluar apartemennya dan mengetuk pintu yang ada disebelahnya.

Sabrina yang bingung karena tidak ada suara disebrang sambungan telpon pun akhirnya paham saat mendengar suara ketukan pintu apartemen nya sendiri.

"Ihhh ngapain kesini sihhhhhh!!" Geram Sabrina lirih. Ia tidak mau menatap wajah Radit karena ia masih kesal. Sabrina juga tidak mau ketahuan habis menangis karena laki-laki itu.

"Na, kenapa kamu ngga buka pintu?" Tanya Radit disebrang telepon.

Sabrina menggigit bibirnya bingung untuk menjawab apa. Ia kan gengsi kalo bilang ia marah gara gara cemburu!

"A-aku lagi ganti baju!" Jawab Sabrina membuat Radit langsung terdiam didepan pintu apartemen Sabrina. Wajahnya bersemu merah.

"A-ah g-gitu ya? Yaudah aku gajadi main. Aku tutup teleponnya ya- sampai jumpa besok disekolah!"

tut

Sambungan telepon terputus begitu saja. Radit langsung kembali memasuki apartemen nya sendiri karena ia tidak mau mengganggu aktivitas Sabrina selanjutnya.

Sementara Sabrina malah terkekeh pelan. "Bisa bisanya bocah itu percaya apa yang gue omongin." Gumam Sabrina sembari memijat pelipisnya.

"Ahhh kenapa imut banget sih!"

Sabrina membaringkan tubuhnya lalu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia bingung dengan perasaannya ini. Padahal dia tadi begitu kecewa namun sekarang dia hampir melupakan perasaan kecewa itu.

Persona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang