"On every way time, I always found you."
---
Waktu berlalu saat aku mendengarkan cerita dari pemuda di depanku tentang kondisi sekarang. Aku korban penculikan. Tidak hanya aku, pemuda di depanku termasuk orang-orang di sekitar juga sama-sama korban penculikan. Parahnya, kami adalah korban yang akan dibunuh dan diperjualbelikan organ di dalam tubuh.
Aku menyentuh dahiku begitu kebingungan dengan kondisiku saat ini, sudah kena sial pergi ke masa lalu, sekarang justru jadi korban penculikan.
Pemuda di depanku memegang tanganku di dahi lalu menariknya ke bawah. "Hey, tenanglah."
Aku menatapnya tidak percaya. "Haruskah aku tenang sekarang?!"
Namun, ekspresi yang ditunjukkan pemuda di depanku justru membuatku merasa bersalah. Lantas aku memeluk lututku sendiri dan menaruh kepalaku di atasnya. Aku masih memakai baju sekolah menengah atas dengan jaket, mungkin sampai ke depannya aku tidak akan berganti. Tiba-tiba pemuda di depanku berpindah posisi di sampingku. Dia menyandarkan kepalanya pada dinding, menatap atap gudang yang remang-remang.
"Siapa.. namamu?" Aku memberanikan diri bertanya. Tampaknya pemuda di sampingku seumuran denganku. Walaupun sangat kotor, dia seperti memakai jaket almamater dari sekolah. Bahkan di dadanya tertulis sebuah nama, tapi begitu kotor dengan pasir gudang.
Dia tersenyum ramah ke arahku. "Alvendantara Azriel. Panggil saja Azriel."
Aku sedikit merasa nyaman setelah mendengarnya. Lantas, mendekatkan tubuhku padanya. Di masa lalu aku tidak punya seorang pun dan mungkin saja Azriel bisa membantuku di sini. Entah di dalam gudang ataupun di luar gudang nantinya.
"Kau tampak seumuran denganku, berapa usiamu?" Tanyaku.
"Delapan belas."
Aku menghembuskan nafas, "Ternyata kita beda satu tahun. Tapi, kau berada di tahun ke berapa?"
"Tahun kedua."
Aku menatapnya terkejut, "Beneran? Kita seumuran dong!"
Azriel sedikit melengkungkan bibirnya, "Baguslah aku punya orang yang seumuran di sini."
Entah mengapa saat itu aku merasa sedikit lebih nyaman daripada sebelumnya, padahal saat ini aku diculik. Namun, dengan keberadaan Azriel di sampingku membuatku merasa lebih tenang. Seolah-olah aku berpikir jika aku tidak sendirian dan punya orang di sisiku.
Seminggu terlewat begitu saja, dan saat ini aku masih disekap sama seperti sebelumnya. Lampu yang remang-remang, tidak ada pencahayaan sinar matahari. Bahkan rasanya aku sudah lupa jam berapa saat ini, ataupun hari ini. Entah itu pagi, siang, sore, ataupun malam terasa sama saja di dalam gudang. Pintu dijaga ketat oleh penjaga, tidak ada yang diperbolehkan keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iraganean | Leeknow
Science Fiction"Aku melihat seluruh waktu, entah itu di masa depan, ataupun masa lalu. Aku melihatnya. Bahkan, aku melihat kematianku sendiri." --- Setelah perasaannya tertolak, Cheryl memutuskan untuk membolos sekolah. Pada saat pulang menggunakan sepeda, dia men...