🪐 0.9: Tentang Kamu

17 5 2
                                    

"What can I do? I adore you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"What can I do? I adore you."

---

"Jangan lupa untuk sarapan, sampai engga sarapan kubunuh kau."

Aku menghela nafasku. Azriel selalu mengancam seperti itu. Tampaknya dia tidak ingin meninggalkanku sendiri di rumah sakit. Namun, dia terpaksa karena dorongan orang-orang kampusnya untuk membuat dirinya kembali masuk ke kelas, setelah lama absen.

Keadaanku sudah cukup membaik, walaupun jariku nampaknya harus dijahit sekali lagi. Namun, sekarang aku sudah bisa sedikit menggerakkannya. Sayangnya itu menyakitkan, tetapi aku harus terus berusaha agar aku bisa menggunakan jariku kembali sedia kala.

Aku duduk di atas ranjangku dengan selimut yang menutupi bagian bawahku. Di atasnya terdapat buku. Aku suka sekali membaca buku berisikan cerita pendek dari tahun ini. Meskipun awalnya aku tidak terlalu memahami kata-katanya yang bisa dibilang terlalu tinggi dan cukup filosofis. Namun, lama kelamaan aku justru menyukainya dan merasa terhibur dengan cerita klasik seperti ini.

Agar tidak mati kebosanan di rumah sakit pun, Azriel langsung membelikanku satu pack buku cerita pendek. Aku hanya bisa menerima dengan senang hati. Rezeki kan tidak boleh ditolak.

"Hei, Cheryl, kau dengar aku tidak?"

Aku mendongak ke arahnya dengan wajah bingung. Azriel sudah memakai baju rapi dengan kemeja biru cerah yang dimasukkan ke celana juga tas ransel yang dia cangklong salah satunya. Wajahnya mengisyaratkan jika seharusnya aku memperhatikan dirinya saat berbicara.

"Ish, kau ini, nanti kesurupan lho kalau terus-terusan melamun. Aku engga mau kamu kenapa-napa!" Ujar Azriel dengan suara seperti biasanya, dramatis.

Aku hanya tersenyum kecil. "Aku engga bakalan kenapa-napa kok. Terus juga kalau nanti suster nganterin makanan juga bakal kumakan kok."

"Ada lagi."

"Huh?"

"Ada lagi yang hal harus kau lakukan selain itu."

Aku berpikir sejenak. Apa yang dikatakan Azriel sewaktu aku melamun, ya?

"Berjuang untuk menggerakkan jari?"

Wajahnya langsung berubah cerah yang awalnya menatapku kesal. "Bingo! Jangan sampai lupa ya. Harus digerakin terus. Itu kata dokter, biar jarimu makin terbiasa. Kalau engga kamu gerakin nanti jadinya kaku."

Aku mengangguk-angguk mengerti sambil tersenyum tipis. Azriel mendekat ke arahku. Lalu mengusap-usap pucuk kepalaku.

"Cepat sembuh ya sayang, nanti aku balik lagi kok. Janji ini!"

"Iya, kamu kan sibuk tuh. Udah sana kuliah." Aku mendorongnya untuk segera pergi sambil tertawa kecil.

"Jangan ngeliat orang lain selain aku lho ya. Meski di sini dokternya pada muda semua, tapi ga boleh, oke?"

Iraganean | LeeknowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang