🪐 0.5: Kota Kecil

15 6 0
                                    

"Aku di sisimu, selalu, dan setiap saat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku di sisimu, selalu, dan setiap saat."

----

Aku menghembuskan nafasku pelan. Tanganku terus bergerak untuk mengambil pakaian dan menjemurnya di tali yang dipasang antar tiang. Tatapanku terarah ke depan. Angin menyapu wajahku dengan pelan. Selepas baju-baju selesai kujemur, aku berjalan ke pinggir gedung. Manik mataku berpapasan dengan pemandangan yang cukup indah di bawah, menampilkan warga-warga tempatku bermukim tengah melakukan aktivitas sehari-hari.

Kota yang kutempati sekarang termasuk kota kecil dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak. Sawah-sawah berhamparan luas di beberapa tempat. Bahkan aku juga bisa menengok petani yang tengah bekerja di siang hari yang cukup terik. Selanjutnya pandanganku menengadah ke arah utara. Walaupun cukup jauh aku bisa menangkap sebuah danau yang luas dengan rumah apung di atasnya. Kudengar-dengar danau itu merupakan salah satu objek wisata di kota kecil ini. Danau Rawa Pening di Kota Ambarawa. Itulah tempatku berpijak saat ini.

Suara pintu dibuka dari arah belakang, dengan cepat badanku berbalik. Seorang wanita paruh baya dengan rambut pendeknya berjalan ke arahku, tangannya juga memegang bak berisi cucian miliknya, bibirnya menyunggingkan senyum ke arahku. Langkahnya terhenti di depan tali, lalu dia menaruh baknya ke bawah. Tampaknya wanita tersebut juga hendak menjemur.

"Kamu kok murung seharian. Ada masalah, Lin?" Dia bertanya.

Aku mendongakkan kepalaku, lalu berjalan ke arahnya. Kemudian, aku juga membantu wanita yang sangat kuhormati di tempat ini. Senyum tipis ramah kuberikan pada wanita tersebut.

"Iya, kamu kelihatan engga baik-baik aja."

Aku masih diam dengan senyum di wajahku dan tanganku yang terus bergerak memeras baju. "Aku tidak apa-apa kok, Bu." Aku menjawab.

"Kamu rindu dia, ya?"

Dengan sukses pertanyaan barusan membuat tanganku berhenti menjemur baju. Wanita di sampingku tertawa kecil karenanya, ekspresi wajahku sangat kentara dan mudah dibaca.

"Udah hampir lima bulan, kamu masih engga bisa ngehubungin dia?" Wanita tersebut-Elijah, pengasuhku di rehabilitasi anak di bawah umur-kembali bertanya.

Senyumanku langsung luntur berganti wajah murung. Lantas aku menganggukkan kepalaku. "Iya, dia tidak bisa dihubungi."

Elijah menghela nafasnya. "Memang cukup rumit jika membicarakan hubungan itu."

Aku menoleh ke arahnya dengan wajah sedih.

"Jika memang kalian saling suka dan menjalani hubungan, tapi tiba-tiba salah satu dari kalian pergi, bukankah artinya hubungan kalian selesai?" Elijah menoleh ke arahku.

Aku menelan ludahku, entah bagaimana dadaku terasa sesak sekarang. "Dia menyuruhku untuk menghubungi nomor telepon yang dia berikan. Dia berkata jika aku hanya bisa menghubunginya agar kita bisa bertemu kembali. Namun, nomor itu bahkan tidak aktif, bagaimana aku harus mempercayai dirinya sekarang?"

Iraganean | LeeknowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang